35. Sebuah Alasan Bertahan

1K 297 491
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Remang-remang kota Jogjakarta semakin terasa indah kala pertokoan angkringan mulai membuka lapak-lapak tendanya. Mereka yang lupa akan waktunya dan mereka yang terlalu bahagia untuk meninggalkan kota Jogjakarta.

Malioboro seakan mencampuradukkan semua rasa yang semua orang miliki menjadi satu.

Seperti dua sosok yang tengah berjalan dengan jari jemari mereka yang saling menautkan diri, mereka pun tak kalah serupa dengan orang-orang yang menenggelamkan diri dalam eloknya remang-remang kota Jogjakarta kala malam.

Hangat rasanya, mendengar sepasang yang tengah jatuh cinta, saling bercakap dengan cara yang tak biasa. Mungkin mereka pun sama dengan pasangan lainnya, yang pada akhirnya memiliki keharusan untuk meninggalkan satu sama lain.

Masih terngiang kala Si Tuan mendekap Sang Puan, begitu ia menyebut perempuan kebanggaannya itu dengan sebutan khas yang amat teramat spesial, "Renjani Kasihnya" tak urung ia mendekap dan terus mendekap hingga Sang Puan sesak kehabisan napas.

Si Tuan tergelak, "Kamu tahu gak? Malam, malam apa yang menakutkan?"

Sang Puan menjawab, bertanya dengan rasa menduga-duga, "Malam Halloween?"

"Salah besar."

Sejurus kemudian Si Tuan menyela dengan gombalan yang mungkin saja terdengar hambar, "Yang bener itu, malam-malamku tanpa kamu."

Semesta, Renjani rasanya ingin terbang saja. Dengan degup jantung tak karuan, ia mengumpat kesal, "Maheesa Partha, kamu diciptakan Tuhan itu buat apa sih? Kenapa kerjaannya gombalin terus?"

"Buat jagain Dek Renjani."

Semua terjadi begitu cepat, terlalu cepat layaknya dua sisi koin yang jatuh untuk membedakan mana bahagia dan nestapa, bukannya baru semalam mereka saling mendekap sebelum berpisah jarak? Saling bercengkrama mengenai kerinduan?

Renjani berpikir barangkali mimpi buruk yang ia alami barusan hanyalah bunga tidur---sebelum ponselnya berdering disusul suara Jaki dan samar-samar bunyi sirine yang melengking setelahnya---sukses membuat Renjani tak mampu bereaksi apa-apa selain terdiam kaku ditempat.

Bermenit-menit lamanya ia masih berusaha mencerna apa yang dikatakan Jaki, tapi dilain sisi Renjani masih berpikir positif, apakah ini hanya lelucon atau candaan semata?

Kemudian, perlahan pintu kamarnya dibuka, Adisthi masuk dan menemukan Renjani tengah menatap ponselnya yang retak di lantai dengan tatapan kosong. Langsung saja Adisthi memeluk Renjani seraya mengelusi punggungnya---berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Adisthi juga mendapat kabar yang sama dari Sean kalau Maheesa terlibat kecelakaan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Yang pertama kali Adisthi pikirkan setelahnya adalah tentang bagaimana keadaan Renjani setelah mendengar kabar tersebut. Adisthi yang kebetulan tidur di kamar sebelah langsung terbangun dan berlari masuk.

Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang