Pandangan Pertama.

768 75 10
                                    

Seorang perempuan tengah berada di resto. Dia kesini bersama keponakannya dan juga bersama sepasang kekasih yang ada didepannya.

Mereka disini ya mau makan lah, ngapain lagi.

Keponakannya ini tidak bisa diem, rasanya ingin mengikatnya dikursi karna terus mondar-mandir, kemeja sana kemeja sini.

"Alan disini aja, awas ada orang mau duduk disana." ujarnya, ketika melihat bocah kecil itu tengah bergelantungan dibawah meja. Astaga rasanya sedang membawa peliharaan bukan anak manusia.

Namun pria kecil itu tidak menanggapinya, dia malah berjalan lurus menjauh dari Tantennya.

"Alan! Yaallah itu bocah susah banget diomonginnya." desisinya sebal.

"Lagian lo tumben banget bawa Alan." ujar temannya yang sedang mentertawakannya sambil melihat dimana Alan berada.

"Kakak gue rese, dibilang mau pergi masih nitipin ke gue." dengusnya.

"Orang mah tinggalin aja." timpal pria yang berada dihadapannya.

"Iyah niatnya sih pengen gitu, cuman karna masih kecil aja. Kasian lah ya." ujarnya mengibaskan telapak tangannya, membuat kedua pasangan itu tertawa.

"Wen Alan jatoh noh." ujar temennya yang melihat Alan terduduk disana, membuatnya melotot.

"Hah serius luh!" perempuan yang bernama Wendy itu segera bangkit dan menuju ponakannya.

Tampak tergesa, dirinya melihat ponakannya tengah bersama pria yang bersetelan rapih menggunakan Jas. Di lihatnya pria itu mengusak rambut Alan dan membangunkan tubuh kecilnya yang terduduk.

Wendy yang melihat tersentuh, pria itu lembut sekali kelihatannya. Terlihat dari cara dia memperlakukan Alan seperti orang dikenalnya, Wendy jadi berfikir pasti suara pria itu juga terdengar lembut.

Seketika Wendy tersenyum malu, namun segera menepis fikiran randomnya. Dia langsung menghampiri Alan yang masih bersama pria tersebut.

"Alan."

Keduanya kompak melihat ke arahnya, ketika matanya bertemu dengan mata elang milik pria tersebut membuat jantungnya berdetak kencang.

"Tante Wen." pria kecil itu berjalan ke arahnya dan bersembunyi dibalik kakinya.

"Kamu gapapa? Kan dibilang jangan kemana-mana." tanya Wendy selembut mungkin, menunjukan kalau dirinya terlihat lembut dan ke Ibuan. Padahal rasanya ingin menjewer kuping ponakannya yang badung ini.

"Aku kepeleset." ujarnya sambil mengusap pantatnya, dia kalau melihatnya sudah pasti tertawa kencang. Melihat keponakannya terkena musibah seperti terpeleset atau terjungkal dan segala jenis jatuh lah, ia akan tertawa sebelum membantunya. Tapi setelah itu akan mendapatkan toyoran dikepalanya dari Kakaknya yang laknat itu.

"Ouch pasti sakit ya." Wendy mengusap pipi Alan, lebih tepatnya seperti memukulnya dengan pelan. Sangking gemasnya karna melihat wajah keponakannya ini.

Pria kecil itu cuman menampilkan cengirannya lagi, Alan umurnya udah 5 tahun. Sebenernya gaada imut-imutnya sih, ngeselin iyah.

"Maaf ya atas keteledoran pekerja saya, kalian bisa kembali menikmati kembali dan saya akan memotong harga untuk anda. Sebagai tanda maaf dari saya." ujarnya menampilkan senyumannya.

Tuh kan bener, kalau pria itu suaranya lembut dan tadi juga tersenyum padanya. Wendy menahan untuk tidak berteriak disini, karna senang disenyumin orang ganteng.

"Oh gapapa, keponakan saya juga sih yang bandel. Jalan-jalan terus padahal disuruh diem aja dikursinya." ujarnya tersenyum malu, dengan menyelipkan rambutnya dibelakang telinga.

Kim Yeon Seok✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang