Abang.

863 74 22
                                    

Pria kecil itu terusik dari tidurnya, bergerak mencari posisi yang nyaman namun tidak menemukannya. Sampai akhirnya ia terduduk dikasur bersama selimut kesayangannya. Pria kecil itu turun dari kasurnya dengan menyeret selimutnya.

Pintu yang memang tidak pernah ditutup rapat oleh orangtuanya, ia buka berjalan ke arah kamar orangtuanya yang tepat berada disebelah kamarnya. Masih dengan menyeret selimut dan mata yang sedikit terpejam, mungkin karna sudah biasa dan hafal dengan kamar orangtuanya ia tau dimana pintunya berada.

Pria kecil itu mendorong pintu kamar orangtuanya, yang untungnya tidak dikunci. Dengan jalan sempoyongan ia mendekati ranjang orangtuanya yang sedang terlelap, dengan bersusah payah pria kecil itu menaiki ranjang dan langsung menindih sang Bunda yang sedang terlelap tapi itu tidak sama sekali menggangu sang empu.

Yonsok tiduran berbantalan tubuh Jisoo yang tidurnya miring dengan selimut tebalnya, lalu terdengar suara pintu terbuka.

"Astagfirullah."

Seokjin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggang rampingnya, menandakan kalau pria beranak satu itu baru saja mandi.

Dia kaget ada putranya di kamar, ini masih gelap, tapi setengah jam lebih  mungkin matahari bakal muncul. Sekarang masih pukul 04.50. Dan Seokjin baru kelar mandi dan mau sholat, dia telat jamaah gengs. Orang-orang udah pada bubar Seokjin baru kelar mandi.

Seokjin memperhatikan putranya yang tengah grasak-grusuk pada Jisoo yang  masih terlelap, sepertinya Yonsok lagi nyari PW (posisi Wenak). Sampai selimut yang tengah Jisoo pakai hampir melorot memperlihatkan bahu polos istrinya.

Seketika Seokjin melotot, ia lupa kalau istrinya tengah tidur tanpa pakaian apapun dan ada putranya disana. Dengan cepat Seokjin mengangkat tubuh kecil Yonsok dalam gendongannya, "Abang udah bangun belum sih, ngapain ke kamar Ayah?" ujar Seokjin pada putranya yang tengah menyender pada lehernya.

"Ayah cucu."

Seokjin terkekeh dan mengusap lembut rambut putranya, emang gitu kalo masih ngantuk kaya cacing kepanasan pasti minta susu. Dan kalo udah dikasih bakal tidur lagi, liat aja geh.

"Oke Ayah buatin, disini dulu ya sama Bunda. Jangan banyak gerak, Bunda lagi bobo kasian capek." Seokjin menaruh putranya tidur ditempat biasanya dirinya tidur sedikit berjarak pada Jisoo, karna Seokjin tidak mau mengganggu Jisoo yang tampak lelah. Terbukti dari kedatangan Yonsok istrinya ini tidak terusik sama sekali, biasanya langsung bangun dan tidak bisa tidur lagi.

Lalu ia ke arah sisi istrinya berniat membenarkan selimutnya yang merosot dengan menutup kembali sampi lehernya.

"Yaallah, saya udah wudhu disuruh benerin selimut beginian. Eleh udah lah bodoamat, tinggal wudhu lagi apa susahnya." gumam Seokjin pada dirinya sendiri.

Setelah menutup istrinya dengan rapat, Seokjin ke lemarinya mengambil sarung dan baju koko nya plus peci nya. Sehabis berpakaian ia langsung turun untuk membuat kan susu, takut ngamuk. Repot lagi dia pagi-pagi denger tangisan Yonsok.

Tak perlu waktu lama Seokjin sudah kembali dengan botol susu ditangannya, setelah sampai dikamarnya ia langsung memberikan botol susu tersebut pada putranya yang terpejam. Walaupun begitu Yonsok meminum susunya sambil merem. Bener, masih ngantuk nih bocah.

Selesai mengurus kemauan Yonsok, Seokjin kembali ke kamar mandi buat ngambil wudhu. Kan batal tadi megang istrinya, dan setelah itu Seokjin langsung sholat dikamarnya.

Pukul 05.10 Seokjin hendak membangunkan Jisoo, sebenernya ga tega cuman kan istrinya juga harus subuhan.

"Sayang bangun, subuh." ujar Seokjin mengusap wajah istrinya lembut, perempuan itu menggeliat dan mengerjapkan matanya.

Kim Yeon Seok✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang