7. Malam pertama

2.6K 57 0
                                    

Agatha terbangun dari tidurnya yang akhirnya nyenyak. Semalam, setelah semua acara pernikahannya selesai, Agatha cepat-cepat berpamitan dan masuk mobil.

Di mobil ia sudah tertidur.

Jujur, Agatha sangat lelah. Menggunakan dua gaun berbeda hanya dalam sehari. Belum lagi riasan wajahnya yang begitu tebal. Dan kepalanya yang pusing karena hiasan di kepala.

Agatha kemarin hanya sempat menghapus makeup sesampainya di rumah.

Ia kemarin tidak memikirkan apapun lagi karena kedua matanya sudah benar-benar berat.

Agatha meregangkan tubuhnya. Begitu pegal.

Agatha menguap. Gadis itu kemudian berdiri dan mengambil headband dari dalam laci meja riasnya.

Ia akan membasuh wajahnya.

Selang beberapa menit, Agatha keluar dari kamar mandi sembari mengelap wajahnya dengan handuk khusus wajah.

Agatha menoleh saat pintu kamarnya terbuka, "Mama?"

Agita langsung tersenyum begitu melihat putrinya sudah bangun. "Selamat pagi sayang,"

Agatha tersenyum. "Pagi,"

"Mama kirain kamu belum bangun,"ujar Agita.

Mamanya Agatha itu sedang merapikan tempat tidur putrinya yang sangat berantakan.

Jelas. Karena Agatha kalau tidur tidak akan mungkin bisa dalam satu posisi.

"Kamu mau sarapan apa? Mama sih udah buatin pancake."tanya Agita

Agatha menggumam sebentar. "Iya ga papa pancake aja ma,"

"Oke. Kalo gitu ayo sekarang langsung turun aja,"ajak Agita.

Agatha mengangguk. Sebelum turun ia meletakkan handuk dan headband nya terlebih dahulu.

***

"Pagi, papa."sapa Agatha pada Tony yang sibuk dengan ponselnya.

Tony menoleh dan seketika langsung tersenyum. "Eh, kamu udah bangun. Pagi juga Agatha,"

Agatha tersenyum. Ia kemudian duduk di salah satu kursi di sana. Menunggu diberikan sarapan oleh Agita.

"Capek banget kamu kemarin ya?"tanya Tony.

"Ya iyalah pa. Kemaren sampe malem banget nyapa-nyapa." belum lagi mental aku yang kemaren capek banget, pa.

Tony dan Agita terkekeh. Tony mengangkat tangannya untuk mengusap rambut Agatha lembut.

"Anak papa tau-tau udah nikah aja,"ujar Tony sedikit bersedih.

Agatha langsung tertawa melihat ekspresi Tony. "Papa lebay. Lagian kan, papa yang nikahin."sahut Agatha agak menyindir.

"Aku juga kan tinggalnya ga bakal jauh-jauh pa. Ga papa lah,"imbuh Agatha menenangkan.

Mereka yang menikahkan, mereka juga yang sedih. Aneh.

Tony tersenyum mendengar itu. Sebenarnya, jauh di lubuk hati Tony, ia masih sangat tidak rela untuk menikahkan putri satu-satunya itu. Ia tidak rela jika Agatha sudah harus berpisah dengannya di umur yang sangat muda.

Namun ia harus bagaimana? Ia dan Agita juga melakukan ini demi kebaikan putri mereka sendiri.

"Ah kamu! Udah sedih-sedihnya. Sekarang kita sarapan dulu," Agita kemudian menyodorkan piring berisi pancake dan topping nya.

Pasangan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang