"Buset, banyak banget anjir!"keluh Gia saat melihat buku catatan Sejarah milik Agatha.
"Ini seriusan semua dibuat?"tanya Gia memastikan.
Agatha hanya mengangguk polos.
"Udah gila anjrit, ini banyak banget!" Gia tak berhenti mengeluh.
"Kalo lo ngeluh terus, itu tugas ga akan selesai, Gia."kata Devi yang sedang mencatat hal yang sama.
Bedanya Devi melihat pada ponselnya, yang menunjukkan foto buku catatan Agatha.
Gia mendecak kesal. "Males banget dah. Ngapain coba nyuruh nyatet ginian banyak banget,"
"Kalo lo males, gausah dibuat. Nanti paling cuma bakal disuruh presentasi masa reformasi aja."kata Agatha sarkas.
Gia mendesis sewot. "Iya-iya ini gue bikin sekarang,"
Sementara kedua sahabatnya mencatat dengan menyontek buku miliknya, Agatha duduk bersantai di tempat duduknya karena ia sudah menyelesaikan tugas itu sejak dua hari lalu.
"Btw, kemarin lo balik jam berapa Tha?"tanya Devi disela menulis.
Agatha menoleh. "Jam 8 an kalo ga salah,"
"Trus kenapa bisa panas dah?"tanya Devi lagi.
"Kayanya kedinginan gara-gara kehujanan,"jawab Agatha.
"Kak Fajar gimana reaksinya?" Sekarang yang bertanya adalah Gia.
Agatha terdiam sebentar. "Dia tetep ga mau disalahin. Cuman ya, pas gue suruh ambilin obat dia mau. Trus gue diambilin air anget. Pas tengah malem jidat gue ditempelin washlap basah, trus tadi paginya gue ga dikasih masak. Malah dia yang masak katanya biar gue ga kecapekan,"
"Dia ga stop-stop ngecek jidat gue masih panas apa ngga. Udah sih itu aja," Agatha mengoceh sambil membolak-balik buku catatannya.
Hingga tak sadar kedua sahabatnya sedang menatapnya dengan tatapan jahil karena ia baru saja mengoceh panjang tentang Fajar.
"Apa?"tanya Agatha sedikit sensi.
"You just bragged about kak Fajar, Tha. Do you realize it?"ujar Devi.
Gia berdeham. "Kayanya seneng banget tuh ngoceh soal kak Fajar,"celetuk Gia.
Agatha menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan sikap kedua sahabatnya. "Apaansih, biasa aja."
"Gue kaget anjir, tumben-tumbennya seorang Agatha ngomong sebanyak itu. Dan tumben setumben tumbennya bacot soal cowok,"kata Devi pada Gia.
Agatha masih tidak mau mengakuinya.
"Apaan dah? Kan lo yang nanya tadi, yaudah gue jawab aja. And that's all that happened."ujar Agatha membela diri.
Gia menatapnya selidik dengan senyum jahil menyebalkan. "AAAA LUCU BANGET DEH LO AH!"seru Gia gemas.
Gia bahkan sampai mencubit kedua pipi Agatha saking gregetannya. Agatha yang dibegitukan melenguh kesal.
"Sakit, Gi! Yaampun!"seru Agatha kesal.
Devi tertawa menonton itu.
"Tapi serius deh Tha, kak Fajar ternyata se-pedulian itu?? Gue selalu kaget setiap lo sakit tuh kayanya dia selalu ada buat ngerawat. Dan selalu total."ungkap Devi.
Agatha terdiam sebentar memikirkan. Benar juga sih kata Devi. Agatha sendiri saja tidak menyangka kalau Fajar ternyata orangnya seperti itu.
"Well, maybe,"sahut Agatha.
"Pantesan ya, dulu Amanda kaya betah banget sama dia,"celetuk Gia tanpa memikirkan terlebih dahulu.
Devi mendelik pada Gia tepat setelah gadis itu selesai berujar. Agatha hanya diam setelah mendengar kata-kata Gia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Muda
Teen FictionMenikah saat masih duduk di bangku SMA?! Tak pernah terbayangkan sekalipun di benak Agatha bahwa ia akan menikah saat usianya bahkan belum 17 tahun. Gara-gara perjodohan konyol yang dibuat orangtuanya membuat Agatha harus menjadi seorang ismud alia...