37. Kehujanan

656 36 8
                                    

Agatha baru sampai di pertigaan menuju kompleks rumah mereka ketika hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras.

"Anjir, mana ga bawa jas hujan,"gumam Agatha.

Ia sama sekali tidak menyangka Jakarta akan diguyur hujan malam ini. Karena sejak seminggu lalu cuacanya panas tidak karuan.

Masih perlu 5 menit hingga sampai di rumahnya. Namun bukannya mereda, hujan semakin deras.

Agatha memilih meneduh di sebuah ruko yang sudah tutup di pinggir jalan. Ia berdiri di teras ruko tersebut.
Agatha mengambil ponselnya di dalam tas berniat membuka aplikasi chatting. Ada beberapa notifikasi yang masuk dari berbagai pihak.

juan
udah sampe mana tha?
gue baru aja sampe rumah

giayayaya
tar bagi pr yakkk gw mau tdr dlu
ntar bangunin kalo lo udh sampe rmh

fajar
p
dimana
p
tha
dmn?
sm siapa sih lo sampe malem gini?
udh malem
balik.

Agatha tertegun melihat banyaknya pesan yang dikirim Fajar. Dengan segera Agatha membalas di ruang obrolan mereka.

sorry, gw tadi diajakin nonton
skrg gue di ruko pinggir jalan
di pertigaan mau ke kompleks
hujan
bisa tolong samperin gue ga?
tolong bawain jas hujan

Agatha tidak menerima balasan apa-apa di satu menit pertama. Menit berikutnya baru terdengar suara notifikasi masuk.

fajar

tolong bawain jas hujan

kenapa gue harus kesana?
siapa suruh baru pulang
kan gue udah bilang, jangan balik malem
ga percayaan
rasain sekarang kehujanan

Agatha mengernyit setelah membaca balasan dari Fajar. Sepertinya laki-laki itu marah padanya karena ia pulang sedikit larut.

Agatha mendecak kesal lalu dengan kasar memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Karena tak ada pilihan lain, Agatha memutuskan untuk kembali pada motornya.

Ia menghidupkan motornya kembali. Agatha terus melaju menerobos tetesan air yang makin deras.

Sambil terus mengumpati Fajar dalam hatinya.

Agatha tidak menyangka laki-laki yang beberap hari lalu sangat perhatian padanya di rumah sakit sekarang menjadi secuek ini. Padahal kan Agatha minta disamperin untuk memberikannya jas hujan.

Bukan untuk ditemani kehujanan.

Sesampainya di depan rumah, Agatha cepat-cepat membuka gerbang dan memasukkan motornya ke garasi. Setelah membuka helm dan menutup kembali pintu gerbang, barulah Agatha masuk ke dalam rumah.

Agatha tertawa sinis dalam hati mendapati Fajar tengah duduk santai sembari memainkan game di ponselnya di ruang tengah.

Benar-benar suami durhaka.

Agatha menutup pintu utama dengan kasar. Sengaja. Barangkali Fajar cukup tuli untuk tidak mendengar suara motor Agatha yang menandakan bahwa dirinya sudah di rumah.

Agatha berjalan ke ruang cuci untuk meletakkan jaketnya yang basah kuyup. Benar-benar menyebalkan.

Kemudian dengan cepat ia berjalan ke kamar untuk segera membuka pakaian dan mandi.

Pasangan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang