Erlan dan Aileen

581 68 5
                                    


HAPPY READING

Langkah Aileen terasa begitu berat saat turun dari mobil, ia memikirkan hukuman apa yang akan diterimanya nanti dari Erlan.

"Perasaan tadi aku jalannya pelan, kok, udah didepan kelas aja, sih?" cibir Aileen menghembuskan napas berat.

"Selamat pagi, pak." setelah mengetuk pintu, Aileen memberi salam kepada dosen yang tengah fokus menjelaskan materi.

"Kamu lagi, kamu lagi, gak tau liat jam? Atau emang gak punya jam?" Erlan mengoceh namun malah membuat ketampanan pria itu bertambah, dengan celana kain panjang berwarna hitam dan kameja maroon lengan panjang yang digulung sampai siku, rambut yang ditata rapi. Para mahasiswi di kelas itu bahkan menahan napas saat ini.

"Maaf pak, lain kali nggak akan saya ulangi lagi," cicit Aileen, bahkan dia tidak tahu sudah berapa kali kalimat itu terlontar dari mulutnya setiap pagi.

"Berdiri didepan papan tulis dengan satu kaki diangkat dan kedua tangan ditelinga." tegas Erlan tidak main-main. "Sampai mata kuliah saya selesai." lanjutnya.

Aileen melaksanakan hukuman yang menurutnya tidak terlalu berat, biasanya dia akan menyapu satu lapangan yang besarnya bukan main.

Hampir satu jam, yang tadinya Aileen berdiri dengan mantap, kini tubuhnya mulai oleng ke kiri dan ke kanan, keringat mulai menetes dari wajahnya.

"Pak, boleh saya ganti kaki?" Aileen mendengus saat Erlan tidak merespon pertanyaannya.

"Pak Erlan, kaki Ay udah keram yang kiri, diganti yang kanan, boleh ya, ya, ya?" Aileen merengek seperti bayi didepan kelas membuat Erlan salah tingkah, pasalnya, semua pasang mata kini mengarah pada mereka, SEMUA.

"Aileen, kamu boleh duduk." senyuman lebar mekar diwajah polos Aileen yang tidak sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Ay, Lo gila ya, bisa-bisanya nyebut nama pak Erlan kayak gitu, santai banget lo anjir," takjub Wulan, teman sebangku Aileen.

"Enggak kok, aku waras," balas Aileen santai membuat Wulan merotasikan bola matanya pasrah, dua tahun lebih mengenal Aileen, dia selalu dibuat kaget dengan semua sifat Aileen yang tidak bisa ditebak.

"Hari ini cukup sampai disini, sampai bertemu Minggu depan."

"Terima kasih pak."

Erlan meninggalkan kelas dengan menenteng satu buku cetak yang tidak terlalu tebal.

"Mk pertama ada tugas apa, Lan? Aku pinjem catetan kamu boleh?" Aileen memang sering lalai namun dia tidak bodoh, ucapan bibinya kemarin soal dirinya lulusan terbaik di sekolah benar adanya, dia selalu berjalan seimbang dengan segala macam olimpiade.

"Kita gak nyatet, cuma dikasih tugas aja sama dosen, terus setiap individu tugasnya beda-beda sama yang lain," balas Wulan.

"Tugas buat aku apa?" tanya Aileen.

"Mana gue tau, sana tanya pak Erlan, dia kan yang bagiin kertas yang isinya tugas buat kita, emang Lo gak dapet didepan sana?"

"Enggak." jawab Aileen tanpa dosa.

"Astaga, sana ke ruangan pak Erlan aja langsung, ini tuh tugas buat nambah point kita disemester ini," usul Wulan.

"Temenin," pinta Aileen, dia tidak lupa dengan lima hukuman dari Erlan yang entah apa.

"Ogah!" tukas Wulan langsung menenggelamkan wajahnya diatas meja.

Aileen dengan segera menyusul Erlan sebelum dosen MK kedua masuk.

Tok. Tok. Tok.

Ketukan berulang-ulang tidak membuat pemilik ruangan membuka pintu besar dan kokoh itu.

"Pak Erlan?" panggil Aileen tidak bersemangat, ia bersandar didepan pintu menunggu Erlan menampakkan diri.

"Aduh!" pekik Aileen saat dirinya terhuyung sedikit kebelakang. "Bapak, tugas buat aku apa?" Aileen akan membedakan cara berbicara jika hanya mereka berdua dan didepan umum, tetapi kadang kala gadis itu lupa dan malah kelewatan seperti tadi.

"Tugas kamu, lisan didepan kelas dan jelaskan apa itu hukum pidana, hukum perdata, hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum agraria, hukum perdagangan, hukum adat, hukum internasional, hukum waris, hukum lingkungan, hukum dan hak asasi manusia." Aileen melongo didepan Erlan mendengar ucapan spontan pria itu.

"Oh-oke pak," balas Aileen dengan kesadaran masih melayang.

"Dan hukuman kamu, yang pertama, ikut saya ke perpustakaan yang ada dipusat kota, saya akan menilai tugas-tugas kalian Minggu ini," ucap Erlan.

"Loh, terus aku ngapain?" tanya Aileen bingung.

"Ngepel lantai." jawab Erlan asal sambil terkekeh. "Kamu ketua kelas, Aileen, kamu yang akan menyusun nilai teman-teman kamu untuk saya."

"Kan bisa aku kerjain dirumah-"

"Biar gak kerja dua kali," sela Erlan cepat.

"Hukuman yang kedua?" tanya Aileen seperti menagih hutang.

"Ntar, kalo udah di perpus," Erlan menatap lekat wajah polos Aileen, dia sebenarnya ingin mengomeli muridnya itu karena mengganggu waktunya beristirahat namun lelahnya pudar begitu bertemu Aileen.

"Oh yaudah, Ay balik ke kelas, ya, pak." pamit Aileen langsung membalik badan tanpa menunggu respon Erlan.

"Pak Erlan, aku naik mobil pak Erlan aja, ya?" Erlan dengan cepat merubah Ekspresinya yang tadi memeragakan ekspresi konyol kearah Aileen saat gadis itu membalik badan secara tiba-tiba.

"Hah? Oh, iya," balas Erlan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

*****

"Lo mau kemana, Ay? Supir lo gak jemput?" tanya Wulan, mereka kini berada didepan gedung fakultas.

"Aku mau-"

"Aileen?" suara Erlan mengalihkan atensi Aileen dan Wulan.

"Lan, aku pergi dulu ya," Wulan mengerutkan keningnya heran namun dengan kepala yang manggut-manggut.

"Kenapa?" tanya Aileen bingung saat Erlan tidak menyalakan mesin mobil dan hanya menatapnya.

"Duduk didepan, saya berasa jadi supir kamu kalo kayak gini," ungkap Erlan santai. Aileen mengangguk dan pindah tempat ke jok depan.

Setelah mengenakan sabuk pengaman, mobil Erlan melesat dengan kecepatan normal meninggalkan tempat itu.

"Udah izin sama Bibi kamu?" tanya Erlan memecah keheningan, Aileen menggeleng sebagai jawaban. "Kenapa?" tanya Erlan kaget.

Drtt...

Getaran ponsel Aileen membuat Erlan memelankan volume musik.

"Halo?" sapa Aileen.

"Supir sakit, lo dimana?"

"Gavin?" Aileen menjauhkan ponselnya menatap nomor yang menghubunginya. "Aku lagi di jalan sama pak Erlan, mau ke perpustakaan dipusat kota," jelas Aileen menatap Erlan.

Tut. Tut.

Sambungan diputus sepihak, Aileen mencibirkan bibir jengkel.

"Cowok aneh!" tukasnya.

"Siapa?" tanya Erlan membuat Aileen terkesiap.

"Sepupu aku, udah kebo, aneh pula!" balas Aileen dengan Ekspresi menggemaskan membuat Erlan kembali terkekeh dengan tingkahnya.

"Jangan marah-marah, calon istri saya gak boleh emosian," ucap Erlan tanpa beban membuat Aileen menahan napas.

"Pak, jantung Ay mau copot."

----------

Minggu, 160122.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang