𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚

261 29 0
                                    

Aileen dan Wulan saling melempar pandang didepan pintu masuk, masing-masing menenteng paperbag belanjaan mereka, Wulan membeli beberapa pakaian untuk Niken, Aileen membeli beberapa alat make up, tak lupa juga dengan cemilan.

Didepan mereka tepatnya diruang tengah, Valen dan Gavin keasikan bermain play station membiarkan Niken yang kini merengek didalam kamar.

"Valen? Bisa gak sih sekali aja lo ngertiin gue?! Gue baru bisa keluar dan itu pun gak sampe tiga jam, gue di rumah selalu jagain Niken siang malam, gue cuma nitip Niken sebentar aja lo gak bisa jagain, gue capek Len!" Wulan melempar barang belanjaannya dan masuk kedalam kamar Niken, Aileen mengikuti sahabatnya itu.

Gavin menepuk-nepuk pundak Valen, sebelum Wulan dan Aileen tiba, ia sempat mendengar beberapa keluhan Valen tentang betapa sulit ia menjalani hidupnya sekarang ini, namun karena rasa sayang dan tanggung jawabnya pada Wulan dan Niken, ia harus tabah dengan takdirnya. Diposisi ini, keduanya memang sama-sama berada difase harus merelakan masa muda mereka.

"Udah Lan," Aileen mengusap pundak Wulan yang kini terisak, ia sudah berusaha menerima kenyataan ini namun lika-liku yang selalu datang selalu membuatnya kembali terpuruk.

"Gue mau ke rumah orangtua gue, Ay." ujar Wulan membuat Aileen terdiam.

"Biarin dia yang jaga Niken, biar dia rasa gimana susahnya ngurus anak." Wulan segera keluar, membuat Gavin dan Valen segera berdiri.

"Wulan jangan ngebut!" teriak Aileen.

"Aileen?" Valen menatapnya bertanya saat mobil Wulan melaju meninggalkan rumah.

"Katanya mau kerumah Papa sama Mamanya." Valen mengepalkan tangan meninju-ninju jidatnya.

"Mungkin dia butuh waktu, Len." lanjut Aileen, Niken tertidur pulas dipelukannya.

"Apa kata mertua gue nanti," gumam Valen, ia selalu berusaha untuk tetap menjadi suami, ayah, dan menantu yang baik.

"Bisa bawa Niken bareng kalian? Gue mau kejar istri gue," Gavin mengangguk saat Aileen memberi isyarat. Valen segera mengambil kunci motor dan menyambar jaket dan berlalu.

"Vin, tolong ambil baju-baju itu," pinta Aileen, Gavin memungut baju-baju kecil diatas lantai dan memasukkan kembali kedalam paperbag yang tadi dilempar Wulan, tidak lupa ia mengambil beberapa pampers, susu, dan perlengkapan mandi Niken.

"Tadi pas kalian masuk, Niken kaget sama bantingan pintu Wulan makanya nangis." jelas Gavin membuat Aileen paham.

"Sebelumnya dia tidur pulas." lanjut Gavin keluar dari kamar Niken, mereka masuk kedalam mobil, kali ini Gavin yang menyetir.

"Mereka cuma butuh bicara baik-baik, ngomongin semua keluh kesah masing-masing." ujar Aileen sependapat dengan Gavin.

Tiba didepan gedung apartemen, Aileen menggendong Niken sedangkan Gavin menenteng semua perlengkapan bayi.

"Lo tau ngurus anak?" Aileen menggeleng menjawab Gavin. "Terus kenapa lo iyain tadi?" tanya Gavin heran.

"Terus gimana? Biarin Valen gendong Niken diatas motor?" Gavin memalingkan wajah tak habis pikir, mungkin dia tidak akan tertidur malam ini.

"Vin, kalo keluar pake kaos!" peringat Aileen saat Gavin melewati kasur menuju kamar mandi, Gavin memutar tubuhnya malas kembali kekamarnya, tidak lama kemudian ia kembali dingan kaos dipundaknya.

"Puas?" jengkel Gavin, Aileen cengar-cengir kuda.

"Untung kasurnya gede, bisa muat kita bertiga," gumam Aileen menatap Niken yang tertawa sambil bermain dengan kebo, nama boneka.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang