𝐃𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐚𝐧

263 25 0
                                    

"Anak bapak sama ibu masih dalam tahap pemulihan, dia butuh meminum obatnya secara teratur." Gavin dan Aileen saling bertatapan, benar, mereka tidak ikut membawa obat milik Niken.

Keduanya keluar dari rumah sakit, Gavin menggendong Niken sedangkan Aileen sibuk membaca obat-obatan yang diberikan dokter barusan.

"Kamu sudah telpon Valen?" tanya Aileen, Gavin mengangguk.

"Mereka dalam perjalanan ke apartemen," Aileen memeluk Niken yang terlihat begitu sayu, seperti dejavu, Aileen tertegun saat Gavin membukakan pintu mobil untuknya.

"Makasih," ucap Aileen.

"Lo udah makan?" tanya Gavin saat mulai menyalakan mesin mobil.

"Udah bareng Niken tadi pagi," balas Aileen.

Setengah jam lebih, mereka tiba didepan gedung apartemen, keduanya menghentikan langkah didepan pintu masuk saat motor besar terparkir tepat disamping mobil Gavin.

"Aileen," Wulan turun dari jok belakang dan langsung mengambil alih tubuh Niken.

"Kita keatas dulu, biar Niken makan sama minum obat, demamnya udah sedikit reda," ujar Aileen, mereka semua kemudian masuk kedalam lift.

Gavin memperhatikan keadaan Valen, pria itu masih mengenakkan pakaian yang sama dengan rambut acak-acakan dan muka lelah seperti orang tidak tidur.

Tiba didalam apartemen, Gavin melepas jas, menggulung lengan kameja, dan mengganti sepatunya dengan sendal. Ia membantu Aileen memasak didapur.

"Len, ambilin air anget," titah Wulan, Niken tidak bisa minum susu saat ini karena bocah itu sedang meminum obat.

"Maaf udah egois." tutur Wulan dengan derai air mata, ia merasa buruk dengan tingkahnya semalam tanpa memedulikan keluh kesah dari pihak Valen sendiri. Valen hanya tersenyum, usianya dua tahun lebih tua dari Wulan sudah sepantasnya ia menerima pola pikir wanita itu yang masih belum stabil.

Aileen tersenyum lebar, ia merasa senang melihat interaksi Papa dan Mama muda didepannya, tak bisa dipungkiri, Gavin juga ikut lega.

Setelah selesai dengan memasak, mereka makan bersama.

"Maaf udah ngerepotin kalian," ucap Wulan, Aileen cemberut mendengar ucapan sahabatnya.

"Gak kok, baby Ken juga gak rewel," balas Aileen.

"Vin, thanks ya." ujar Valen, seperti biasa, Gavin tidak merespon.

Ponsel Gavin bergetar, ia meraih benda pipih itu dari dalam saku. Pesan masuk dari nomor tidak dikenal, Gavin membuka pesan video yang dikirim.

Sendok yang jatuh dari tangan Gavin membuat mereka semua yang ada disitu langsung menoleh kearahnya.

"Qinan, makanan yang lo pesan waktu itu, pake ponsel siapa?" tanya Gavin menatap Aileen.

"Punya aku," balas Aileen bingung. "Kenapa?"

"Coba mana Hp lo," Aileen menyerahkan ponselnya.

"Lo hapus riwayat pesanan?" Gavin menatap Aileen sekali lagi.

"Kan emang kehapus otomatis, Vin. Ada apa, sih?" tanya Aileen sedikit jengkel.

"Malam itu lo pesan banyak banget, jadi ada tiga kurir yang nganter pesanan. Salah satu dari mereka adalah supir yang nabrak gue saat kecelakaan," semua terkejut mendengar ucapan Gavin barusan, video yang dikirim entah oleh siapa adalah video rekaman dari dashboard mobil dari mobil Gavin yang saat ini berada di kantor polisi.

"Pantes aja dia nunduk." tukas Gavin mengepalkan tangan erat.

"Kalo kecelakaan malam itu sudah direncanakan, siapa dan apa motif mereka lakuin itu," Valen mulai berasumsi, kali ini Gavin harus mengandalkan Valen, beberapa tahun lalu Valen sempat membongkar aib Osvaldo pada Gavin, dan Gavin tidak percaya sampai pada saat dimana Valen membawanya untuk menguntit Osvaldo.

Gavin membongkar isi kulkas, mengeluarkan semua bungkus makanan dari dalam sana. Valen yang paham langsung ikut mengecek dimana lokasi pembelian makanan-makanan ini melalui boxnya.

"Lan," Wulan langsung mengangguk, ia sudah banyak merepotkan Gavin dari awal pernikahan mereka.

Jam menunjukan pukul empat sore, Gavin mandi terlebih dahulu, Aileen dan Wulan duduk diruang tengah sambil menonton TV sedangkan Valen kini tertidur bersama Niken dikamar Gavin.

Saat Gavin selesai mandi, ia hanya mengambil baju dari kamarnya, memberikan baju untuk dipakai Valen, dan kembali kekamar Aileen untuk memakai pakaian saat Valen mandi, bergantian Aileen dan Wulan yang menjaga Niken dikamar Gavin.

"Kita pergi dulu," pamit Valen saat keduanya sudah selesai.

"Hati-hati," ucap Aileen dan Wulan bersamaan.

Kedua pria jangkung itu pergi menggunakan motor, Valen menyalip beberapa mobil, keadaan jalan raya sudah mulai padat akibat sudah jam pulang kantor.

"Ini tempat pesanan martabak, pisang coklat, sama boba," ucap Valen saat tiba didepan sebuah toko kecil. Keduanya turun menghampiri meja pemesanan, Valen tidak membuka helm dikepalanya.

"Sistem pemesanannya gimana, mbak?" tanya Valen.

"Atas nama siapa?" Valen dan Gavin saling melempar pandang, Gavin memperhatikan keadaan sekitar saat Valen mulai melancarkan aksinya.

"Pesanan dua hari lalu, sekitar jam sembilan malam, atas nama siapa?" tanya Valen.

"Maaf pak, pihak kami tidak memberikan informasi pribadi ke sembarang orang, lagi pula kasir disini menggunakan shift–"

"Nama pemesan saja." potong Valen meletakkan beberapa lembar uang seratus ribu diatas meja, membuat kasir itu sedikit tergoda.

"Kalau tidak mau–"

"Sebentar," dari balik helm ia tersenyum menang menatap Gavin.

"Ada beberapa ojek online yang melakukan pesanan di sekitar jam sembilan sampai kami tutup jam sepuluh malam dua hari lalu, ini list nama mereka." ucap kasir itu menyerahkan selembar kertas yang langsung diraih Gavin.

"Lupain wajah tampannya." bisik Valen pada kasir itu, terdengar seperti peringatan, dia sengaja tidak melepas helm melancarkan aksi ini, mereka sedang saling berburu, antara pelaku dan korban, melihat keadaan saat ini yang begitu mudah jika dengan uang, membuatnya tidak yakin bahwa kasir itu akan tutup mulut jika pelaku mengunjunginya untuk bertanya dengan membawa sejumlah uang.

Keduanya kembali ke apartemen setelah mengunjungi tiga tempat, toko martabak, minimarket tempat membeli susu full cream, dan restoran tempat ojek online membeli spaghetti dan americano milik Gavin. Di tiga lokasi, Valen menggunakan trik yang sama.

"Lo cek ini gimana?" tanya Gavin.

"Mau tau aja apa mau tau banget?" Gavin menjitak kepala Valen mendengar jawaban pria itu.

Tiba didalam apartemen, Valen menghampiri Wulan yang keasikan menonton film bersama Aileen.

"Ini data pemesan, bisa minta tolong Papa cari tau identitas mereka?" Wulan mengangguk menimpali pertanyaan Valen, mereka memanggil orang tua pihak Wulan sebagai Papa dan Mama, orang tua pihak Valen dengan panggilan Papi dan Mami.

"Halo malam Pa," Wulan langsung menelepon Papanya.

"Wulan barusan ngirim foto lewat chat ke nomor Papa, bisa bantu temuin identitas nama-nama itu, Pa?"

"Wulan tunggu ya. Love you Pa!"

"Langsung diproses! Bertepatan pas Papa lagi lembur," ujar Wulan setelah sambungan terputus, Papanya adalah seorang perwira polisi.

"Gitu cara ceknya," Valen menjawab pertanyaan Gavin saat didalam lift tadi.

Setelah beberapa menit menunggu, ponsel Wulan berdering secara beruntun membuat ia membuka spam chat dari Papanya.

"Valen, ini udah dikirim sama foto wajah mereka," teriak Wulan, ada sekitar lima belas foto beserta identitas lengkap.

Gavin dengan cepat masuk kedalam kamarnya dan meraih ponsel ditangan Wulan.

"Erik Petra, dua puluh tujuh tahun, belum menikah, alamat perumahan cakrawala blok tiga rumah nomor enam belas." Gavin membaca detail tepat pada foto terakhir, orang yang sama yang ada didalam video dan yang mengantar pesanan makanan mereka.

*****

SABTU 19.03.22

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang