Aileen duduk bersila diatas kasur, ia terjebak dalam pikirannya dari semalam.
"Membicarakan soal lamaran? Jadi ini perempuan pilihan bapak?"
"Cantik. Sesama keluarga pengusaha juga, semoga dia adalah bahagia untuk bapak."
"Tiga tahun aku pendam rasa, berpikir kalo sikap yang selama ini juga menunjukkan kalo bapak punya perasaan yang sama kayak aku,"
"Yang kemarin, adalah terakhir kali kita jalan bareng, ya?"
"Pada akhirnya bapak nelan ludah sendiri dengan menerima perjodohan yang katanya mempermalukan nama keluarga bapak."
"Selamat berbahagia, Erlan."
Aileen sudah tidak tahu berapa kali ia menitihkan air mata sambil menatap layar handphone-nya, berita tentang putra tunggal dekan juga dosen muda di kampus tempat ia berkuliah yang akan melangsungkan acara pertunangan minggu depan dengan perempuan bernama Jessie, anak dari rekan perusahaan milik keluarga Erlan sudah tersebar luas digrup kampus.
*****
Kediaman Martin.
"Kamu yakin dengan ini sayang?" Isyana mencoba memastikan tentang keputusan putranya.
"Bukankah semua sudah selesai, Erlan? Kamu sudah mengembalikan dana investasi mereka, sudah tidak ada lagi sesuatu yang mengharuskan perjodohan ini tetap berlanjut," lanjut Jevano, mereka kini berada didalam kamar Erlan, saat mendengar tentang Erlan yang menerima perjodohan ini padahal dulunya Erlan bersih keras menolak, Jevano yang sedang meeting dan Isyana yang sedang mengadakan pertemuan dengan beberapa dosen guna membahas tentang permintaan Erlan untuk resign, langsung bergegas untuk pulang.
"Keputusan aku kali ini tidak ada kaitannya dengan urusan bisnis," jawab Erlan, ia menghirup dalam-dalam udara dari balkon kamar.
"Aku yakin dengan keputusan ini." mendengar ucapan Erlan yang tidak main-main, Isyana dan Jevano hanya bisa saling melempar pandang, walaupun keduanya tidak saling menegur namun jika menyangkut Erlan mereka harus membuang ego jauh-jauh.
*****
"Tinggi banget, sih!" Aileen menggerutu saat tidak dapat meraih nampan yang letaknya di rak lemari paling atas.
"Makanya jadi orang jangan pendek," Gavin timbul secara tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Aileen yang terkesiap.
"Aku yang pendek kamu yang sewot." ketus Aileen meraih nampan dari tangan Gavin dan segera berlalu keruang tengah, ia memindahkan beberapa cemilan yang ia buka sekaligus kedalam nampan, menyetel CD yang isinya lagu-lagu K-Pop.
Gavin melewati Aileen diruang tengah menuju kamarnya, pria itu kini mulai berjalan dengan bantuan tongkat.
"Vin, dance yuk," panggil Aileen cengar-cengir berhasil mengejek Gavin.
"Dance sambil nangis? Ogah." skakmat, giliran Gavin yang tersenyum penuh kemenangan saat Aileen tertegun, benar, ia tidak sadar dengan deraian air mata yang sedari tadi terus mengalir.
Gavin terkejut bukan main saat baru memasuki kamarnya dan mendengar tangisan histeris Aileen dari luar, ia cepat-cepat mengintip dari balik pintu.
"Pak Erlan jahat banget!" teriak Aileen dengan tangisan piluh.
"Kalo tau bakalan berakhir kayak gini, Ay gak bakal berharap banyak sama bapak!"
"Bisa-bisanya bapak nerima perjodohan dan ninggalin Ay yang udah baper stadium akhir!"
"Kalo kanker, aku pasti udah mati sekarang!"
Gavin langsung menutup pintu kamarnya, tak ingin ikut campur urusan yang tidak penting baginya.
"Gue menang." tutur Gavin memancarkan smirk terbaiknya.
Aileen merebahkan tubuhnya diatas lantai yang dilapisi karpet bulu, ia mengunyah cemilan dengan lahap sambil mendengar lagu K-Pop yang volumenya sengaja dibuat full.
"Pacar halu aku pada ganteng-ganteng," gumamnya dengan posisi yang sama, hanya kepala yang menoleh.
"Gimana aku bisa ngelupain semua kisah tentang kita selama ini?" setiap moment bersama Erlan kembali memenuhi kepalanya, membuat dadanya terasa begitu sesak.
"Semesta sejahat ini sama aku, baru juga mau bahagia, udah dibikin sedih aja. Mana lama banget nunggu antriannya,"
"Kira-kira aku bakalan dapat bagian gak ya?"
Aileen berpikir bahwa ini terlalu berat baginya, dia sudah mentargetkan hal tentang Erlan dan dirinya akan menjadi kebahagiaan suatu saat nanti, namun nyatanya semua salah, tidak sesuai harapan.
Ponsel Aileen bergetar, dengan enggan ia membuka isi pesan yang masuk. Matanya membola dengan mulut menganga saat mengetahui apa isi dari pesan itu.
"BIBI!" Aileen segera berlari menaiki anak tangga dua sekaligus, ia menerobos masuk kedalam kamar Katrin membuat wanita yang sedang merias wajah itu terkejut, apalagi dengan suara musik yang sangat memekik telinga saat pintu dibuka.
"Bi baca, deh!" Katrin meraih Hp dari keponakannya, membacanya perlahan, senyumnya pun mulai mengembang secara perlahan.
"Banyak selamat buat kamu sayang," Aileen masuk dalam dekapan hangat Katrin.
"Ay bisa kuliah S2 diluar negeri Bi, bahagia banget sumpah!" Aileen kegirangan, ia menerima pesan dari kampus yang memberitahukan bahwa dirinya lolos seleksi untuk beasiswa kuliah di luar negeri.
Disisi lain diwaktu yang sama, Erlan menghembuskan napas panjang, ia merasa sedikit lega.
"Makasih Ma." ucapnya memeluk Isyana dari belakang, mereka menatap layar komputer bersama-sama setelah mengirimkan pesan serentak kepada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang beruntung.
"Kenapa memilih bertunangan dengan Jessie kalau kamu cintanya sama Aileen, Erlan?" pertanyaan Isyana begitu membuat hati Erlan berdenyut nyeri, sangat-sangat sakit.
"Aileen? Dia harus bahagia." tandas Erlan, ia tahu dengan kegagalan Aileen berkuliah diluar negeri saat lulus sekolah karena kendala keadaan keluarganya.
"Dua puluh dua tahun Mama ngerawat kamu, gak pernah sedikit pun Mama merasa sedih, sama kamu itu bawaannya bahagia terus sayang." Isyana yakin, siapapun yang akan bersanding dengan putranya nanti, akan menjadi perempuan yang paling beruntung dan berbahagia.
"Erlan suka dendam sama orang, Ma." balas Erlan membuat Isyana mengerutkan kening tidak mengerti.
"Mama istirahat aja, aku mau ke rumah Jessie, om Healer ngajak ketemuan." Gavin mencium kedua pipi wanita hebat yang telah melahirkannya, ia berlalu setelah itu.
"Kamu selalu konsisten dengan ucapan, sama seperti Papa kamu, tidak pernah mengingkari janji didepan Tuhan dia gak bakal ninggalin Mama apapun yang terjadi. Kenapa riba-tiba berubah pikiran seperti ini?" rasa penasaran terus hinggap dikepalanya, melihat Erlan yang begitu tulus memintanya agar ikut mencantumkan nama Aileen di list penerima beasiswa dan betapa bahagia Erlan membaca respon Aileen saat membalas chat itu, cukup untuk membuktikan bahwa gadis pilihan yang dimaksud Erlan beberapa Minggu lalu adalah Aileen.
"Mama cuma bisa doain yang terbaik buat kamu sayang."
"Semoga kamu tidak terjebak dengan perempuan seperti Mama-mu ini."
ucap tulus Isyana saat mendengar suara mesin mobil yang mulai menjauh.
*****
SENIN, 140322.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Romance"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...