𝐊𝐞𝐛𝐞𝐭𝐮𝐥𝐚𝐧?

338 36 0
                                    

"Halo pagi, kenapa Vin?" tanya Aileen dengan setengah kesadaran, ini masih jam empat pagi.

"Lo off seminggu," ucap Gavin dengan suara berat, sepertinya dia juga masih ditempat tidur.

"Hah! Beneran?" Aileen bangkit dari tidurnya, matanya langsung segar.

"Hmm, Mami apa kabar? Udah bangun?"

"Loh, Bibi gak bilang sama kamu? Kan Bibi ikut Paman keluar kota dari kemarin sore, baliknya gak tau kapan, gak dikasih tau,"  jelas Aileen sambil menguap.

"Sialan!"

"Kenapa Vin?" tanya Aileen sedikit kaget mendengar geraman tertahan diseberang telepon.

"Jangan lupa bersihin aquarium sama ganti air vas bunga." setelah mengatakan itu, Gavin langsung memutuskan sambungan telepon membuat Aileen heran tak karuan.

"Aneh." Aileen bangun, kantuknya sudah hilang mendengar kabar gembira ini. Ia keluar dari kamar dan turun, suasana sekitar masih sangat gelap, sangat jelas terlihat pepohonan diluar sana karena dinding kaca yang mengelilingi rumah yang terletak ditengah puncak ini.

Aileen duduk dikursi goyang yang ada dibelakang rumah, tepat disamping kolam renang.

"Sebenarnya ada apa, sih? Paman jarang di rumah, Bibi gak pernah santai kalo lagi di rumah, Gavin selalu emosian, dirumah ini juga gak ada foto keluarga sama sekali," Aileen berbicara sambil mendengar musik yang ia setel. Rasa penasaran memenuhi pikiran Aileen, sebelum tinggal bersama Katrin, hanya satu kali ia bertemu wanita itu, saat dia berusia enam tahun setelahnya dia sudah tidak pernah bertemu dan mendengar apapun tentang Katrin sampai saat dimana Papanya meninggal, Katrin baru menghubunginya.

"Selamat pagi dunia." gumam Aileen saat matahari mulai menunjukkan wujudnya.

"Jangan lupa bersihin aquarium sama ganti air di vas bunga, udah kayak emak-emak aja dia," Aileen mengulang ucapan Gavin ditelepon tadi, ia memerhatikan ikan-ikan kecil milik pria itu. "Kalian betah amat jadi peliharaan monster," ucapnya sambil membersihkan tabung kaca itu.

"Andai aja, Papa sama Mama masih ada, pasti Ay lagi diluar negeri sekarang." penyesalan terbesar Aileen adalah takdirnya.

"Bunganya udah layu," ujar Aileen mengganti air di dalam vas, setelah selesai dengan kegiatannya, dia bingung sendiri mau melakukan apa pasalnya Gavin memberikan libur untuknya namun pria itu, sahabatnya, juga Valen akan memulai liburan mereka hari ini.

******

Setelah selesai mandi Aileen segera turun, sudah ada makanan tersedia diatas meja makan.

"Mbok, Aileen bisa masak sendiri kok," ujarnya menatap asisten rumah tangga dari meja makan.

"Eh, Non? Ini tuh udah tugas mbok, kan Nyonya gaji Mbok buat kerja," balas mbok Irma sambil terkekeh.

"Yaudah, kita makan bareng ya," pinta Aileen membuat mbok Irma sedikit canggung, "Ayolah mbok, masa Ay makan sendiri, segini banyak lagi," Aileen mulai merengek membuat mbok Irma mau tidak mau harus menuruti permintaan gadis itu.

"Mbok, mbok udah berapa lama kerja disini?" Aileen membuka suara.

"Udah 22 tahun," Aileen melongo mendengar jawaban itu, dia saja baru berusia sembilan belas tahun sekarang.

"Mbok tahu kenapa Paman jarang dirumah? Terus Bibi kayak gak pernah sesantai ibu-ibu lain? Gavin juga kelihatannya gak pernah akur sama Paman," pertanyaan beruntun dilayangkan Aileen yang dilanda rasa penasaran.

"Mbok gak tahu banyak, tapi setahu mbok Tuan sama Nyonya Katrin itu gak saling cinta. Karena pernikahan mereka hanya untuk menutupi skandal tentang Tuan yang hidup tidak beraturan sebagai duda setelah kepergian Nyonya Dea. Soal Den Gavin, mbok teh gak tau kenapa beliau bisa berubah gitu, dulunya gak terlalu tertutup," Aileen mengerutkan dahi, ia baru mengingat kejadian saat baru pertama kali bertemu Osvaldo, kekacauan yang terjadi antara Osvaldo dan Gavin saat makan malam, keduanya sempat membahas tentang-Andrella?

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang