𝐓𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠

302 30 0
                                    

Pagi hari saat matahari menerpa wajahnya, Gavin menemukan dirinya diatas kasur, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dia keluar dari kamar, menemukan Aileen, Katrin, dan Mbok Irma yang sedang memasak.

"Pagi sayang, mandi dulu biar segar." ucap Katrin, Gavin mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Mata kalian berdua sama-sama di gigit serangga, Ay?" tanya Katrin yang mendengar alibi keponakannya tadi.

"Ah? Kayaknya iya, deh, Bi. Kan kita tidur di apartemen jadi kamar disini gak di bersihin, jadi banyak serangga," Katrin manggut-manggut menimpali, Aileen menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Punya kamu, punya Gavin," Katrin meletakkan dua jenis ayam diatas meja makan, ayam kecap untuk Aileen dan yang pedas untuk Gavin.

"Paman belum bangun, Bi?" tanya Aileen.

"Paman kamu lembur semalam, biar aja dia tidur," jawab Katrin.

"Gavin, sini makan sayang," panggil Katrin sedikit berteriak. Gavin keluar dengan style akan bepergian.

"Mau kemana?" tanya Aileen penasaran.

"Kantor polisi." Aileen mengangguk, Gavin memang melanjutkan kasus tabrakan itu sejak mengetahui hal itu disengaja.

"Aku ikut, ya?" pinta Aileen dengan wajah semringah, gelengan kepala Gavin membuat Aileen mencibirkan bibirnya, Katrin tertawa kecil melihat hal itu.

"Ay, ikut Bibi aja, Bibi mau shopping," ajak Katrin membuat Aileen memeletkan lidah kearah Gavin.

"Bi, beliin Ay cemilan, ya?" tawa kecil keluar dari mulut Gavin, Aileen memang berbeda, gadis itu lebih mementingkan perut dari pada gaya-gayaan.

"Kata dokter, dia belum bisa ngemil."

"Gavin! Kamu gak mau aku ikut, sekarang malah ngelarang!" kelakar Aileen.

"Benar kata Gavin, kamu baru keluar rumah sakit, belum bisa makan sembarangan." semua mata terarah ke tangga, Osvaldo turun menghampiri mereka.

"Punya saya mana, nih?" tanya Osvaldo melihat makanan diatas meja sudah ludes.

"Mbok, tolong ambilin makanan Mas Valdo," pinta Katrin, ia sudah masak makanan khusus untuk suaminya itu.

"Gavin, pergi ke kantor polisi bisa nanti sore?" Gavin menatap datar Osvaldo yang mengucapkan itu. Ia diam tidak menjawab, menunggu kelanjutan ucapan Papinya.

Setelah selesai dengan segara macam drama, mobil yang dikendarai Osvaldo berhenti tepat didepan sebuah Mall. Osvaldo turun dari kursi kemudi diikuti Katrin yang duduk disampingnya, Aileen dan Gavin yang duduk di jok belakang juga melakukan hal yang sama. Mereka masuk, mengelilingi tempat megah ini.

"Kalian gak kesana?" tanya Osvaldo pada Katrin dan Aileen yang berjalan saling berdempetan, keduanya melihat salon besar yang ditunjuk Osvaldo.

"Nanti aja," jawab Katrin, Aileen ikut mengangguk. Gavin memperhatikan Osvaldo dari belakang, ia merasa ada yang aneh dengan sikap lelaki itu. Osvaldo masuk kedalam sebuah toko yang dipenuhi berbagai macam brand Gown dan Jas.

"Tahun ini kita pake tema putih," Osvaldo menunjuk salah satu tuxedo yang melekat di manekin dekat kaca, "Misi? Yang ini," beberapa karyawan toko yang ikut mempromosikan produk mereka langsung membungkus tuxedo itu, "Katrin, ini cocok untuk saya?" tanya pria itu berdiri dimanekin yang lain.

"Sangat cocok," jawab Katrin, pilihan Osvaldo tidak pernah salah.

"Sama yang ini juga," ujar Osvaldo sekali lagi.

"Kalian berdua pilih aja, yang warna putih," ujarnya, dia tahu betul sifat Gavin yang malas memilih, tuxedo pilihan pertamanya, itu untuk Gavin, putranya.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang