HAPPY READING~~~
Terhitung sebulan Aileen tinggal di rumah Katrin, rumah megah yang dibangun ditengah-tengah puncak menampakkan pemandangan yang begitu indah.
"Selamat pagi," sapa Aileen saat tiba diruang makan.
"Pagi sayang, udah rapi aja masih pagi," Katrin menyerahkan roti yang sudah ia oles selai pada keponakannya.
"Iya, Ay ada kelas jam delapan. Bibi juga udah rapi, mau kemana?"
"Bandara, mau ikut?" balas Katrin bertanya.
"Ngapain?" tanya Aileen dengan mulut penuh makanan.
"Jemput paman sama sepupu kamu." Aileen terbatuk mendengar ucapan Katrin, ia segera meneguk cepat susu digelasnya.
"Iya, Ay ikut." ucapnya mantap, pamannya sudah sangat baik membiarkan dia tinggal disini dan membiayai kuliahnya, dia harus menghargai kebaikan itu.
"Yaudah, selesai kelas kabarin biar Bibi singgah di kampus, sekalian bibi mau bayar uang semester depan kamu." Aileen tersenyum lebar, dia memeluk Bibinya itu dengan sayang.
"Ay berangkat ya, Bi, dadah," Aileen mencium tangan Katrin, ia sudah terbiasa seperti itu pada kedua orangtua-nya sejak sekolah. Sampai didepan rumah, Aileen langsung masuk ke dalam mobil yang ia tumpangi sebulan ini, dia sudah mengatakan pada Katrin untuk tidak menyediakan mobil dan supir seperti ini namun Katrin bersih keras agar keponakannya itu diantar jemput supir, selain Aileen tidak tahu mengemudi, letak rumah ini juga jauh dari pemukiman, tidak ada angkutan umum yang melintas disini.
Tidak sampai satu jam Aileen tiba didepan sebuah gedung, itu gedung fakultas hukum, tempat ia menimbah ilmu saat ini.
"Makasih pak," ucap Aileen pada supir yang mengantarnya kemudian turun dari mobil, celana jeans panjang berwarna putih, kameja baby blue lengan panjang, rambut panjang tergerai, sneakers putih dan tas salempang. Membuat Aileen terlihat begitu manis, ia berjalan melintasi koridor menuju kelas dengan buku besar dipelukannya.
"Tumben kamu tidak terlambat hari ini," Aileen tersentak saat seseorang tiba-tiba berbicara tepat disampingnya.
"Eh bapak, selamat pagi pak. Aku tidur lebih awal tadi malam makanya pagi ini bangun gak kesiangan kayak biasa." jawab Aileen santai, dosen disampingnya ini tidak terlalu suka berbincang formal. Dosen muda berusia dua puluh lima tahun namun terlihat seperti berondong delapan belas tahun dengan wajah tampannya.
"Padahal saya lebih suka kamu telat." ucapnya membuat Aileen menoleh padanya dengan bingung.
"Kenapa gitu? Kan bagus, bapak gak perlu hukum dan berdiri panas-panasan buat mantau aku," komplen Aileen.
"Ya, justru itu, saya lebih suka mantau kamu nyapu lapangan berjam-jam."
"Bapak aneh, aku telat dihukum, gak telat, disesali. Mending aku gak ngampus sekalian aja, ya?" Aileen meletakkan jari telunjuk didagu menimbang-nimbang ide konyolnya.
"Kalo gitu hukuman kamu nambah,"
"Nambah gimana?"
"Jadi istri saya." Aileen menghentikan langkahnya, jantungnya meronta saat ini.
"B-bapak, Bapak-"
"Bercanda, pipi kamu sampai merah gitu, kayak tomat." dosen itu mengacak rambut Aileen dan berbelok memasuki kelas, Aileen menyusulnya dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.
"Selamat pagi."
"Pagi pak Erlan!" sorak seisi kelas menyambut kedatangan dosen yang bernama Erlan. Erlan terkekeh menatap Aileen yang berjalan didepan kelas dengan pelan, gadis itu masih belum sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Roman d'amour"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...