𝐀𝐢𝐥𝐞𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭

373 23 0
                                    

Pukul sebelas siang, Gavin tiba disebuah restoran dengan tubuh masih dibalut jas, ia meninggalkan kantor.

Gavin berdehem begitu tiba disamping meja. Perempuan yang duduk didepannya hanya menoleh tanpa berucap.

"To the point, gue sibuk." tandas Gavin saat bokongnya menyentuk sofa.

"Apa maksud perkataan kamu semalam?" Gavin terkekeh mendengar pertanyaan itu, dia memperlihatkan video yang menunjukan dengan jelas wajah Erik. "Saya tidak kenal orang ini." kekehan kembali keluar dari bibir Gavin.

"Oh ya? Padahal gue mau bicara baik-baik sama dalang dibalik kecelakaan itu, salah orang, ya?" Gavin menatap lekat orang didepannya. "Apa gue lanjut aja penyelidikan, biar lebih detail informasinya?" Gavin berlagak menimbang-nimbang niatnya, menyenangkan melihat nyali orang didepannya mulai menciut.

"Saya sudah mengatakan tujuan saya mengajak kamu kesini, saya permisi."

"Saya disuruh!"

"Siapa? Siapa yang nyuruh lo bangsat!"

"Wanita itu, wanita yang bertunangan itu, putri tunggal Healer Alinski."

"Dibayar berapa lo?"

"Lima puluh juta."

Belum sempat mengayun langkah, ia kembali merosot dengan raut wajah datar menyorot Gavin.

"Jessie Alinski, bisa melakukan percobaan pembunuhan seperti ini?" Gavin mematikan rekaman diponselnya, ia mengambil es batu yang terpisah dan dicelupkan kedalam kopi pesanan Jessie.

"Apa maumu?" Gavin menuang semua es batu sampai kopi itu tumpah membuat Jessie terkejut.

"Lima puluh juta." Jessie segera mengeluarkan Hp membuka aplikasi bank.

"Gue bakal bayar tiga, lima, sembilan, atau sepuluh kali lipat." pergerakan Jessie terhenti, ia menoleh pada Gavin yang kini menyorotnya tajam. "Buat membayar Jaksa yang terkenal selalu berhasil dalam menyelesaikan kasus, untuk menuntut perempuan menjijikan didepan gue, Bapak Healer Alinski." Jessie mengepalkan tangannya erat-erat, dadanya naik turun dengan gigi yang saling bertautan.

"Stop main-main dan katakan apa maumu sialan!" suara Jessie meninggi.

"Gue gak main-main." Gavin menekan setiap kata membuat Jessie memejamkan matanya.

"Sampai bertemu di persidangan." Gavin berdiri, mengayun langkah santai dengan kedua tangan didalam saku celana.

Jessie menghembuskan napas panjang, ia sangat tidak tenang, matanya menyorot tajam Gavin yang kini melaju setelah menekan klakson dan menyeringai kearahnya.

"Erik!" Ponselnya melayang membentur kaca sebagai pengganti dinding didepannya.

*****

Gavin memarkirkan mobilnya, ia turun melonggarkan dasi kemudian berjalan masuk kedalam apartemen, moodnya benar-benar rusak setelah bertemu Jessie.

Ia sedikit heran saat keadaan apartemennya begitu sunyi, biasanya Aileen selalu melakukan konser dadakan diruang tengah. Saat melihat kebo sendirian diatas kasur, Gavin meraih ponselnya disaku guna mengecek apakah Aileen mengirim pesan padanya, tidak menemukan pesan masuk, Gavin langsung menelepon Gadis itu.

Nada dering ponsel Aileen berbunyi dari ruang tengah, ponselnya terletak diatas sofa bersama remote TV.

Saat melihat pintu kamar mandi tertutup, Gavin merutuki dirinya sendiri kenapa harus sampai menelepon Aileen. Ia masuk kedalam kamar dan mengganti pakaian kemudian merebahkan tubuh diatas kasur sambil bermain game.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang