𝐬𝐜𝐚𝐫𝐲 𝐬𝐢𝐭𝐮𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧

284 30 0
                                    

Hampir jam lima sore, Erlan dan Aileen tiba di rumah sakit Flamboyan. Sebelum keluar dari mobil Aileen meraih air mineral yang diberikan Erlan.

"Ruangan mana?" tanya Erlan sambil menenteng paper bag.

"Irene A, ruang delapan." balas Aileen membaca pesan dari Wulan.

"Liat jalan Ay," tegur Erlan saat Aileen sibuk dengan cemilan ditangannya.

Aileen terkejut saat tubuhnya ditarik secara tiba-tiba dari samping.

"Biar gak kesandung," ucap Erlan dengan senyuman membuat Aileen yang menatapnya langsung salah tingkah.

Saat tiba didepan ruangan, cepat-cepat Erlan membuka pintu sebelum Aileen meraih gagang yang tidak steril itu.

"Wulan?" Aileen mencoba membangunkan Wulan yang tertidur disamping brankar.

"Ay? Baru sampe?" Aileen mengangguk menimpali pertanyaan Valen, pria itu bangun perlahan dari sofa, ia tertidur dengan jas yang masih menempel ditubuhnya, tidur Wulan terusik membuatnya juga ikut bangun.

"Ay? Pak Erlan?" Wulan mengumpulkan kesadarannya.

"Selamat sore," sapa Erlan memberikan bingkisan yang ia bawa.

"Duduk disini aja," tutur Valen pindah dibelakang Wulan, ia membuka jas menyisakan kameja putih polos dengan tiga kancing dibuka dan tangan digulung sampai siku, dia terlihat bujang bukan seorang Ayah.

"Baby Ken sakit apa, Lan?" tanya Aileen, ia menghampiri brankar tempat Niken terbaring.

"Tipes," jawab Wulan mengusap sayang jemari Niken, tangan mungil yang selalu menggenggam jarinya itu kini dihiasi jarum infus.

"Jangan sering dikasih Snack, usianya masih rentan jadi gampang terkena penyakit," Erlan membuka suara.

"Di rumah udah kayak mini market," sindir Wulan, Valen diam tidak menimpali, dia selalu membelikan berbagai macam cemilan untuk Niken.

"Pak Erlan, kan? Saya banyak dengar soal bapak dari Wulan," basa-basi Valen menyodorkan sekaleng beer zero yang langsung diambil Erlan.

"Kita cuma beda setahun kayaknya. Cerita golongan A atau B?" tanya Erlan membuat mereka tertawa.

"A, soalnya nilai Wulan pada bagus semua," balas Valen.

"Tidak ada perlakuan khusus dikelas saya, mereka memang pantes dapat nilai bagus," balas Erlan, benar, Aileen dan Wulan juga beberapa mahasiswa dikelasnya sangat berprestasi.

"Saya rasa memang A." gumam Valen membuat Wulan dan Aileen menahan tawa.

"By, ini di makan dulu, lo mau sakit juga?" tegur Valen saat melihat makanan Wulan sama sekali tidak tersentuh sedikitpun.

"Gue gak lapar," jawab Wulan, bagaimana seorang Ibu bisa makan sedangkan anaknya sama sekali tidak bisa makan, Niken terus memuntahkan apa yang masuk dalam perutnya.

Valen menyerahkan piring itu saat melihat kode Aileen, ia mengambil ikat rambut dari laci dan menguncir rambut Wulan.

"Lan, makan. Kamu juga butuh tenaga jagain baby Ken," bujuk Aileen membuat Wulan menerima sialan sahabatnya, melihatnya Erlan tersenyum hangat, dia merasa pilihannya sangat tepat.

Valen menguap sambil memijat kepalanya, menjaga Niken, memikirkan keadaan Wulan, juga kesibukan di kantor, cukup untuk membuat kepalanya hampir meledak.

"Len, sana tidur. Lo cuma tidur sepuluh menit tadi, mau sakit juga?" tegur Wulan, semalam saat Valen pulang dari kantor, Wulan langsung tidur pulas membiarkan pria itu menjaga Niken, paginya Valen langsung kembali bekerja, sekitar satu jam lalu laki-laki itu kembali ke sini dan baru tidur sekitar sepuluh menit sebelum Aileen dan Erlan tiba.

"Gak papa. Erlan, ngopi didepan mau?" mata Aileen dan Wulan membola mendengar itu, Erlan juga sedikit lama konek.

"Oh iya, boleh," balas Erlan langsung berdiri.

"Katanya cuma beda setahun doang," ujar Valen mencubit pipi gembul Wulan yang tervalen-valen.

*****

"Eh itu dia, Gavin?!" panggil Valen sedikit berteriak, membuat pengunjung cafe menatapnya.

Gavin yang baru keluar dari mobil langsung menghampirinya, raut wajahnya seketika berubah datar saat melihat keberadaan Erlan.

"Aileen bareng Wulan didalam, lo mau pesan apa?" tanya Valen mengerti dengan situasi.

"Americano sama hot chocolate, hot chocolate di bungkus," balas Gavin memerhatikan Erlan yang sibuk dengan ponselnya.

"Saya harus balik sekarang, ada–"

"Qinan biar pulang bareng gue aja," potong Aileen saat Erlan berdiri.

"Maaf?"

"Ah, mereka sepupuan, tinggal serumah," jelas Valen.

"Oh yang waktu itu jemput Aileen di perpustakaan, ya?" Erlan ingat saat Aileen cepat-cepat pulang karena sudah dijemput. "Kalau gitu saya pamit dulu, tolong bilang ke Aileen saya ada urusan keluarga," Erlan segera keluar dari tempat itu.

Valen, Gavin, Niken, orang-orang yang dia lihat waktu makan malam di restoran dekat apartemen bareng Aileen dan Wulan. Pantas saja Aileen juga Wulan sangat santai memeluk anak kecil yang waktu itu merengek.

Mengedikan bahu acuh, Erlan berlalu dengan mobilnya.

"Vin lo gila," tutur Valen menggeleng-gelengkan kepala.

"Udah selesai? Ayo masuk," titah Gavin saat melihat gelas Valen sudah kosong.

"Itu punya Lo gimana?" Gavin meneguk setengah gelasnya kemudian berdiri menenteng plastik kecil yang isinya hot chocolate, "Punya Qinan." lanjutnya membuat Valen manggut-manggut.

Keduanya berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang lumayan panjang, tampilan Valen yang mengenakan jas, celana kain hitam, dan pantofel. Gavin dengan kaos dilapisi jaket, celana jeans, dan sepatu kets. Membuat dua lelaki itu terlihat sangat macho.

Jangan terus, itu khusus ruang bersalin. pesan yang muncul di notifikasi Hp Gavin, ia menoleh kebelakang mendapati Valen yang bersandar didinding dengan tangan didepan dada.

Gavin berbalik, tidak heran lagi, ia sudah hampir sepuluh tahun bersahabat dengan Valen, manusia paling meresahkan dimuka bumi.

"Mulut di pake," tandas Gavin.

"Mata di pake," balas Valen tidak mau kalah.

Baik Valen maupun Gavin tertegun beberapa saat didepan pintu ruangan saat melihat Aileen dan Wulan terisak didalam sana. Valen menepis jauh-jauh pikirannya.

"By?" panggil Wulan, ia semakin terisak.

"Qinan ada apa?" tanya Gavin menghampiri, ia menoleh kearah brankar.

"Wulan? Kenapa?!" tanya Valen dengan raut menegang, ia memeluk Wulan, matanya tertuju kearah Niken yang ada diatas brankar.

"Filmnya sad ending!" Raut datar langsung menghiasi wajah khawatir Valen juga Gavin saat mendengar perkataan Wulan, Niken terbangun saat suara rengekan Aileen dan Wulan mengusik tidurnya.

"Stop nonton!" Gavin menutup layar laptop diatas meja, ia dikelilingi manusia-manusia kurang waras.

"Dapat istri gini amat," gumam Valen dengan wajah sendu.

"Lo butuh minum biar waras." timpal Gavin menyerahkan hot chocolate pada Aileen.

"Pak Erlan mana?" tanya Aileen heran.

"Udah balik, ada urusan keluarga katanya," jawab Valen saat Gavin mengatup mulut.

"Makin berat aja," tutur Gavin mengangkat tubuh Niken kepangkuannya, ia duduk dipinggiran brankar.

"Kok baby Ken lebih mirip kamu, Vin?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Aileen mampu membuat Wulan menatapnya horror dan Valen menatap Gavin dengan penuh selidik.

*****

KAMIS, 100322.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang