𝐀𝐬𝐢𝐧𝐠

343 29 0
                                    

"Bibi berhutang budi sama Papa kamu, Sergio. Dulu kami tinggal disatu panti asuhan yang sama, Papamu selalu menjaga Bibi layaknya kakak adik kandung, sampai ada sepasang suami istri kaya raya mau mengadopsi anak disana, mereka ingin anak perempuan tapi saat melihat Papa kamu, suami istri itu mempertimbangkan kembali untuk mengambil anak laki-laki saja, tiga bulan setelah itu Papa kamu dikembalikan ke panti asuhan karena selalu membuat masalah, saat Bibi akan diasuh oleh sepasang suami istri itu, Papa kamu berbisik mengatakan Bibi akan hidup bahagia karena kekayaan dan kebaikan keluarga itu, dia sengaja melakukannya agar mereka mau mengadopsi Bibi, waktu itu Bibi berusia sepuluh tahun dan papa kamu lima belas tahun."

"Tiga tahun kemudian Bibi mendapat kabar bahwa Papa kamu memilih hidup bebas diluar panti, menikah, kemudian memiliki seorang putri cantik, ekonomi keluarganya sangat berkecukupan, saat kamu berusia enam tahun Bibi berkunjung, mendiang Papa kamu masih tetap sama, ia mengakui Bibi sebagai adik kesayangannya membuat istri muda dan putrinya percaya akan hal itu."

"Setelah kunjungan itu, Bibi sudah tidak pernah bertemu dengan keluargamu karena keluarga yang mengasuh Bibi mengalami kebangkrutan sampai mereka memilih bunuh diri dan meninggalkan Bibi kembali hidup sebatang kara,"

"Bibi melamar pekerjaan dengan ijazah SMA diperusahan yang cukup besar saat itu, diterima bekerja sebagai cleaning service Bibi sudah sangat bersyukur bisa mendapat upah untuk makan sehari-hari, itu perusahan besar yang saat ini ditangani oleh Gavin. Osvaldo, pemilik perusahan six crown yang waktu itu berkembang secara perlahan,"

"Osvaldo meminta Bibi untuk menikahinya satu tahun setelah Mama Gavin meninggal, waktu itu Gavin baru akan menginjak usia sebelas tahun dan sangat tertekan dengan kehilangan seorang ibu, Bibi bersedia walau perjanjiannya Bibi menikah dengannya hanya untuk merawat Gavin,"

"Beberapa tahun kemudian, Bibi menerima kabar duka kematian Mama kamu, tidak lama kemudian, satu-satunya orang yang berharga dalam hidup Bibi ikut pergi, Papamu. Bibi memohon kepada Pamanmu untuk mengizinkan Bibi membawa, merawat, dan menjaga kamu dirumah Paman kamu, dengan berbagai macam penolakan akhirnya Pamanmu setuju tanpa syarat apapun,"

"Maafkan Bibi baru bisa beri tahu kami sekarang soal ini."

"Pantesan aja ingatan aku selama ini tentang Bibi, sedikit banget," gumam Aileen masih terlalu shock mengingat penjelasan Katrin tadi.

"Kalian tau soal ini, kenapa gak ngasih tau aku?" tanya Aileen, tersisa dirinya, Wulan, Valen, dan Gavin disini.

"Kita gak ada hak buat itu, Ay," balas Valen membuat Aileen mengerti. "Gue aja kaget kenapa tiba-tiba Gavin punya sepupu," lanjutnya.

"Kamu tau Vin?" Gavin mengangguk.

"Gue dengar percakapan Papi sama Mami tentang lo," jelas Gavin.

"Lo baik banget, Vin." Gavin mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Gavin. "Mau menerima Bibi, sama aku juga," lanjut Aileen.

"Menerima? Lo gak tau aja, Ay, bagaimana bencinya Gavin saat awal-awal Om Osvaldo bawa Tante Katrin ke rumah," timpal Valen mengingat saat dimana Gavin selalu memperlakukan Katrin seperti seorang pembantu.

"Jadi-"

"Dia baru bisa nerima Tante Katrin saat lo tinggal di rumahnya," potong Valen, Aileen mengerti sekarang mengapa sifat Gavin begitu dingin saat mereka pertama kali bertemu di bandara.

"Dia baik." timpal Gavin, ia mempertimbangkan perilakunya selama ini saat mengetahui Katrin selalu terjaga menemaninya yang dulu masih tertekan dengan rasa trauma, saat Katrin selalu mengunjungi makam Andrella untuk bersih-bersih, saat dia tahu tentang Katrin yang dengan setia menangani setiap masalah yang dilakukan Osvaldo agar nama baik keluarga Almero tetap terjaga, saat Katrin tidak mau menerima sepeser pun harta kekayaan yang sudah dirintis Osvaldo bersama Andrella, Katrin memilih tetap menjadi karyawan di kantor six crown sampai Gavin sendiri yang memecatnya, memberi takhta Andrella pada wanita itu untuk menikmati haknya sebagai istri Osvaldo.

"Jadi, aku orang asing, ya?" Gavin memalingkan wajahnya mendengar kalimat Aileen. "Tuhan baik banget, menghadirkan orang-orang baik kayak kalian dihidup aku," lanjutnya.

"Ay, kita sekarang udah lebih dari orang asing, Jangan mikir yang enggak-enggak, deh!" Wulan yang duduk disamping Aileen langsung memeluk sahabatnya itu.

"Gak ada yang berubah, anggap aja kejadian hari ini gak pernah terjadi." tegas Gavin menyerahkan obat yang harusnya diminum Aileen sejak berapa jam yang lalu.

"Jangan pernah berpikir lo itu orang asing." Aileen tersenyum, membuka mulut menerima obat yang diberikan Gavin, pria itu membantunya minum.

"Vin, soal yang lo bilang tadi, emang Jessie ngelakuin apa?" Gavin tertegun, fakta tentang Osvaldo yang mengirimkan bukti padanya membuat pikirannya sedikit terganggu.

"Dia yang udah nyewa Erik buat nabrak mobil gue malam itu." dari lubuk hati yang paling dalam, Aileen merasa ini tidak adil, Erlan terlalu baik untuk bersanding dengan orang jahat seperti Jessie.

"Pak Erlan gak tau kalo aku bukan keponakan Paman," ucapan Aileen membuat Wulan, Valen, dan Gavin terdiam.

"Tapi jangan di kasih tau," Aileen sudah terlanjur kecewa dengan Erlan yang terlalu gegabah mengambil kesimpulan tanpa mencari tahu fakta yang sebenarnya, perkataan Erlan barusan juga membuatnya sedikit marah, sampai kapan pun ia akan selalu menganggap Osvaldo Pamannya dan Katrin Bibinya, memberitahu Erlan tidak akan mengubah apapun.

Valen menatap Gavin yang mulai gusar.

"Lo udah ngambil tindakan apa?" tanya Valen mengalihkan pembicaraan.

"Mengirim pesan, ke alamat Jaksa terkenal, Healer Alinski." Gavin tidak main-main dengan ucapannya, ia memang melakukannya.

Di perjalanan, Erlan menyetir dengan wajah datar tanpa ekspresi, pikirannya kemana-mana. Ia melonggarkan dasi yang melekat dikerah kamejanya, menarik napas panjang kemudian menghembuskan ya perlahan guna mengontrol emosinya.

Dia tidak menuju jalan ke rumahnya, ia melintasi jalan panjang menuju kediaman Alinski saat ini, entahlah apa yang akan terjadi nanti tapi Erlan sungguh tidak mengerti dengan jalan pikir tunangannya.

Tiba didepan rumah yang ukurannya besar, Erlan segera masuk tanpa menekan bel.

Tidak menemukan seorangpun di seluruh penjuru rumah, Erlan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Belum terlalu jauh melangkah, samar-samar ia mendengar suara tangisan kecil.

Erlan berjalan menuju kolam renang disamping rumah, mendapati Jessie dan Healer duduk dipondok taman.

"Apa alasan kamu melakukan hal ini, Jessie?" pergerakan tangan Erlan terhenti saat akan membuka pintu menghampiri keduanya, ia penasaran apa jawaban Jessie.

*****

Kelakuan dua sahabat PRIK

Kelakuan dua sahabat PRIK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RABU 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RABU 23.03.22

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang