Aileen duduk seperti anak kecil yang sedang dimarahi ibunya, ia kini berada dimeja makan bersama Gavin yang duduk didepannya sambil menatapnya datar.
"Enak loh, Vin," ujarnya.
"Hmm enak banget, abisin." tukas Gavin, diatas meja kini penuh dengan pizza, martabak, malabar, ayam lalapan, nasi goreng, dan pisang coklat, spaghetti, dan ice cream. Belum lagi minum yang dipesan Aileen, ada americano, boba, juga tiga box susu full cream.
"Mana mampu aku," cicit Aileen menatap semua makanan didepannya.
"Terus kenapa pesan sebanyak ini?" Gavin berusaha agar tidak meninggikan suaranya.
"Biar bisa sekalian buat besok," cicit Aileen sambil menunduk.
"Mana sempat keburu basi," Gavin memejamkan matanya merendam amarah yang kian membuncah.
Melihat Aileen yang terdiam, Gavin segera mengambil piring dan menuangkan ayam lalapan dan juga nasi goreng untuk gadis itu. "Bisa ngabisin itu?" tanya Gavin takut porsi itu kebanyakan.
"Bisa," jawab Aileen bersemangat, ia mengambil beberapa penggal malabar untuk dimakan bersama lalapan.
Tidak berselang lama usai melahap makanannya, Aileen meraih martabak dan boba yang memang dipesan untuknya.
Gavin tetap dengan porsinya, menatap tidak percaya gadis dengan tubuh mungil didepannya bisa makan sebanyak ini.
"Aduh sayang banget kalian udah gak muat diperut, besok pagi aja, deh." Aileen memasukkan sisa makanannya kedalam kulkas.
Gavin mencuci piring bekas makan mereka, sedangkan Aileen sudah duduk diruang tengah dengan pisang coklat dan ice cream ditangannya.
"Astaga Vin, perut aku melar kayak ibu hamil, hahaha," Aileen berdiri saat Gavin bergabung bersamanya diruang tengah sambil menenteng sekumpulan baju, ia menarik piyama yang ia kenakan kebelakang memperlihatkan perutnya yang mengembang.
"Aku kalo hamil bakalan kayak gini, hahaha," spontan ucapan Aileen membuat Gavin ikut terkekeh singkat.
"Aduh kenyang banget sumpah," Aileen merebahkan tubuhnya disofa panjang, memperhatikan Gavin yang sedang menyetrika baju kantornya dengan sangat telaten.
"Bukan gitu caranya, sini," Aileen mengambil alih setrika ditangan Gavin, memberi contoh agar baju yang disetrika cepat rata. "Kamu emang sering nyetrika sendiri?" Gavin mengangguk menjawab.
"Sejak Mama gue meninggal." gerakan tangan Aileen melambat, ia merasa iba.
"Sekarang biar aku aja yang nyetrika, lagian baju aku juga harus disetrika, biar sekalian aja." ucap Aileen menggantung hanger yang sudah lengkap dengan pakaian kantor Gavin.
"Ngantuk, aku tidur duluan ya," pamit Aileen.
Gavin kembali dibuat terkejut dengan apa yang Aileen lakukan, Gadis itu membawa sepenggal pizza dan segelas susu full cream untuk ia santap didalam kamar, mulai sekarang Gavin tidak akan heran dengan porsi makan Aileen yang sebenarnya.
Gavin mematikan TV dan masuk kedalam ruang kerja yang kini akan dijadikan kamar untuknya, sesuai permintaan Aileen, dia tidak mengunci pintu kamarnya.
Dari balkon kamar, Gavin bersikedap dada menatap betapa indahnya lampu-lampu diluar sana.
Beberapa menit berdiri, ia hampir jatuh kebawah melompati pembatas balkon jika tidak berpegang erat digorden kamar, kepalanya terasa begitu pening seakan mau pecah. Ia berjalan tertatih menuju kasur, meraih ponsel dari dalam saku dan menghubungi seseorang.
*****
"Qinan, lima menit lagi lo gak selesai, gue tinggal." teriak Gavin dari depan pintu kamar Aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Lãng mạn"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...