𝐓𝐫𝐚𝐮𝐦𝐚 𝐆𝐚𝐯𝐢𝐧

345 27 0
                                    

"Apa alasan kamu melakukan ini, Jessie?"

"Jessie sayang sama Erlan, Pi. Jessie mau lihat Erlan bahagia sama perempuan pilihannya, dan waktu Jessie lihat perempuan itu bersama seorang lelaki tanpa diketahui Erlan, Jessie gak bisa tahan diri untuk tidak melakukannya," tangisan Jessie pecah dipelukan Healer.

Dibalik pintu, Erlan tertegun mendengar semua itu, ia marah tetapi hatinya tersentuh dengan ketulusan Jessie, tunangannya.

"Kamu tau ini salah, kan?" Jessie hanya mengangguk menjawab pertanyaan Healer yang ia sendiri tahu akan mengarah kemana.

"Kita akan tetap menginjakkan kaki bersama di ruang persidangan, entah sebagai seorang jaksa penuntut dan tersangka, jaksa pembela dan tersangka, atau sebagai Ayah dan anak." Healer adalah Jaksa ternama sekaligus pengusaha sukses di kota metropolitan ini, dia selalu menyikapi semua hal dalam hidupnya secara profesional.

"Pria yang hampir kamu renggut nyawanya, adalah sepupu Aileen, dan satu lagi, saya dan Aileen tidak ada hubungan lebih dari seorang dosen dan mahasiswa." baik Jessie maupun Healer segera bangkit dari posisi duduk, terkejut dengan kedatangan Erlan.

"Erlan kamu–"

"Jangan ulangi lagi, Jessie." ucap Erlan menatap lekat Jessie yang mengangguk sambil terisak, entah dorongan dari mana Erlan merentangkan tangannya lebar-lebar menyambut Jessie masuk dalam dekapannya.

Healer memalingkan wajahnya saat matanya mulai memanas, ia tahu jelas Erlan punya alasan tersendiri mengapa ia menerima perjodohan yang sebelumnya dia sendiri menentang dengan keras, namun melihat perilaku Erlan pada Jessie, ia yakin pria muda itu mampu mengatasi masalah perasaannya.

"Saya sudah cukup bahagia, jangan melakukan apapun lagi."

*****

"Gavin, merem yang bener!" Gavin memejamkan erat kedua matanya, tangannya dengan jelih meraba-raba isi tas yang ada dilaci lemari mini disamping brankar Aileen.

"Ini?" tanya Gavin mengangkat sesuatu, wajah Aileen memerah tomat tangannya langsung meraih itu dari tangan Gavin.

"Ada lagi?" Aileen mengecek semua pakaian yang diberikan Gavin.

"Udah lengkap, kamu boleh buka mata tapi tutup retsleting tasnya dulu," Gavin melakukan seperti apa yang dikatakan Aileen, ia menjaga gadis rewel itu seorang diri membuatnya terpaksa mencari pakaian ganti untuk Aileen termasuk— dalaman.

"Terus aku ganti bajunya dimana? Gimana?" spontan Gavin membeku mendengar pertanyaan Aileen.

"Gue, gue mau beli buah, didepan," ucap Gavin sedikit gagap membuat Aileen tertawa kecil, Gavin segera keluar dari ruangan ini.

"Sekarang, kita ganti baju dulu," Aileen mengganti pakaiannya diatas brankar, dia sudah membasuh tubuh tadi sore dibantu Wulan sebelum pulang, malam ini dia mengganti bajunya dengan piyama, dia tidak bisa tidur jika tidak mengenakkan baju tidur.

"Kayak aneh aja, mengetahui fakta kalo selama ini aku tinggal seatap bareng orang-orang yang tidak ada ikatan apapun sama sekali sama aku," gumam Aileen menggulung baju gantinya, ia menghembuskan napas berat.

"Uang transferan dari paman udah bisa buat buaya aku hidup sampai sepuluh tahun mendatang, apa Paman bermaksud mengusir aku kali ini?" Aileen tadi menerima notifikasi masuk dari akun banknya yang masuk transferan atas nama Katrin sebanyak tiga ratus juta.

Ting...

Aileen menerima pesan dari seseorang yang langsung membuatnya heran.

Paman

dibagi dua sama Gavin, bayar biaya rumah sakit, kamu pakai room VIP tanpa kartu apapun, itu sudah termasuk uang belanja kebutuhan sampai tiga bulan depan.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang