"LAST KILL THIS LOVE YE YE YE YE YE!" rasanya Gavin ingin menghilang, ia terjebak diantara manusia-manusia sinting. Gavin sudah berulang kali mengurangi volume musik namun Valen terus menambah volume ditambah lagi seruan dua manusia PRIK di jok belakang, membuat Gavin sesekali hilang kendali mengemudi.
Mereka kini kembali pulang ke rumah, dikarenakan Niken saat ini tengah demam tinggi. Bungkus cemilan berserakan didalam mobil, jika tidak mengingat liburan ini adalah idenya sendiri mungkin dia akan segera menurunkan beban-beban ini dipinggir jalan sekarang juga.
Sekitar empat puluh menit mereka tiba di komplek perumahan tempat kedua orang tua Wulan tinggal, Niken mengungsi disini.
"Thank you bro!" Gavin mengangguk menimpali, saat Wulan dan Valen masuk, Gavin belum langsung melajukan mobilnya.
"Lo kira gue supir?" Gavin membuka pintu mobil disampingnya, mengisyaratkan agar Aileen pindah duduk didepan. Setelahnya baru ia melajukan mobil menuju tujuan mereka.
"Shining through the city with a little funk and soul so I'ma light it up like dynamite, whoa oh oh!" sorakan Aileen menggemah walaupun volume musik sudah tidak sekencang sebelumnya, Aileen keasikan memeragakan gerakan-gerakan abstrak membuat Gavin terkekeh menatapnya.
Tidak memakan waktu lama, keduanya tiba didepan rumah, Aileen yang baru sadar langsung menatap Gavin.
"Kamu kok kesini?"
"Ini rumah gue." Gavin turun seraya menimpali pertanyaan konyol Aileen, gadis itu cengengesan saat ini.
Keduanya masuk kedalam rumah, Gavin menenteng ransel yang dipenuhi baju sedangkan Aileen hanya berjalan santai dengan baju dibadan.
"Kok sepi," gumam Aileen mengedarkan pandangan, "Astaga aku lupa izin sama Bibi!" tutur Aileen menepuk jidatnya, ia buru-buru naik menuju kamar Katrin.
"Bibi?" kosong, Katrin tidak ada didalam kamar.
"Mereka belum pulang," ujar Gavin yang juga ikut mengecek ruang kerja Osvaldo.
"Hah? Terus disini cuma kita berdua doang?" tanya Aileen was-was menatap Gavin.
"Gue gak tertarik sama body lo!" ketus Gavin langsung berlalu menuju kamarnya meninggalkan Aileen yang menganga ditempatnya.
*****
Gavin keluar dari kamar dan langsung mencium aroma yang membuat cacing diperutnya semakin demo, keadaan sekitar sudah gelap.
"Vin, makan malamnya bentar lagi ya, aku masaknya banyak makanya lama," Aileen berteriak dari dapur dengan kepala yang masih dibalut handuk, gadis itu terlihat mungil dengan celemek dan spatula ditambah lagi saat ini dia berdiri diatas kursi mini karena kesulitan dengan letak kompor yang lumayan tinggi.
Gavin berpikir bahwa Katrin dan Osvaldo sudah kembali ke rumah dan memanggil Mbok Irma, makanya dia tidak singgah membeli makanan tadi sore saat dijalan pulang.
"Masak apa?" tanya Gavin penasaran, ia takjub sendiri dengan kelihaian Aileen didapur.
Setelah selesai masak, Gavin membantu Aileen menyajikan masakan diatas meja makan, keduanya makan dalam keheningan sampai Gavin buka suara.
"Cabe dikulkas habis?" tanya Gavin, ia sama sekali tidak merasa bumbu cabai dimasakan Aileen.
"Aku emang gak pernah masak pake cabe, soalnya gak tau makan pedas," jawab Aileen tanpa menoleh, ia makan dengan lahap.
"Uhuk..., uhuk..." Gavin dengan gesit langsung menyodorkan segelas air untuk Aileen minum, ia menghembuskan napas panjang, makan makanan tanpa cabai pun Aileen gampang keselek apalagi makanan pedas.
"Makasih."
Selesai dengan makan malam, Aileen langsung mengeringkan rambutnya sedangkan Gavin langsung mencuci piring bekas makanan. Setelah selesai, Gavin melapisi kaos dengan hoodie, suasana diluar sangat dingin karena hujan, ia duduk diruang tengah sambil menonton TV, sekitar sepuluh menit berlalu Aileen turun dengan menenteng laptop.
"Vin, emang Bibi sama Paman kemana?" Aileen bertanya namun tak kunjung mendapat jawaban.
"Kamu gak ke apartemen?"
"Oh ya, kamu sama Valen hebat banget loh, mampu pegang tanggung jawab besar," Aileen menepuk-nepuk tangan.
"Gavin? Kamu punya pacar?"
Aileen mengatup mulutnya saat Gavin tiba-tiba berdiri meninggalkannya sendiri.
"Es-nya kumat, maklum lagi hujan," gumam Aileen, ia mengotak-atik laptop didepannya, memilih menonton film horror yang sudah lama pengen ia tonton.
"GAVIN?!" saat sedang asik menonton, lampu padam seketika membuat Aileen ketakutan bukan main, masalahnya ia sedang berada diruang tengah yang langsung menampakkan dengan jelas suasana hutan disekitar rumah.
"Gavin kamu dimana?!" teriak Aileen sekali lagi, ia menutup mata dan telinga saat film didepannya mulai tayang, ditambah suara petir dan air hujan yang membuatnya semakin tidak tenang.
"Penakut,"
"Arghhhh!"
Gavin yang datang dengan menenteng dua gelas teh hangat langsung diam membeku saat Aileen mendekapnya erat, sangat erat.
"Qinan? Tenang okay?" tutur Gavin, ia meletakkan perlahan dua gelas diatas meja dan membawa Aileen kembali duduk di sofa.
Melihat Aileen gemetar, Gavin membuka hoodie yang ia kenakan, memakaikannya pada Aileen.
"Gue nyalain genset bentar,"
"Gak usah, disini aja Vin aku takut!" cegah Aileen menggenggam erat tangan Gavin, mata gadis itu masih terpejam.
Gavin kembali duduk, ia meletakkan tangannya dibelakang sandaran sofa, seperti merangkul pundak Aileen tanpa menyentuh, berusaha menenangkan gadis itu. "Ini diminum biar gak kedinginan," Gavin menyerahkan segelas teh hangat yang ia buat tadi.
"Buka mata, Nan." tegur Gavin melihat Aileen bingung mencari dimana gelas yang ia serahkan.
"Vin jangan tinggalin aku sendiri," pinta Aileen mulai menangis membuat Gavin benar-benar kaget, ia tidak menjawab hanya membiarkan gadis disampingnya itu menggenggam erat ujung kaosnya.
Gavin mengganti film yang diputar Aileen tadi dilaptop, sudah tahu penakut masih menonton horror.
Keduanya menikmati alur film yang mereka tonton, walaupun Aileen tidak suka anime namun tetap ia tonton dari pada bingung harus bagaimana, sesekali Aileen menyembunyikan wajah dibalik punggung Gavin saat petir besar menyambar.
Keasikan menonton, tidak terasa hampir dua jam berlalu, Gavin menoleh mendapati Aileen yang sudah tertidur pulas.
"Qinan?" Gavin menepuk-nepuk pipi Aileen.
"Nan?" Aileen tidak kunjung bangun.
Perlahan ia merebahkan tubuh Aileen diatas sofa, ia masuk kedalam kamar tidak lama kemudian keluar dengan menenteng bantal juga selimut, memakaikannya pada Aileen.
Gavin duduk diatas karpet bulu tepat didepan sofa tempat Aileen tidur, mengotak-atik laptop milik gadis itu, ia terkekeh beberapa kali saat melihat foto-foto kocak Aileen sampai pada foto terakhir, foto Aileen bersama kedua orangtua-nya.
"Gue heran kenapa Mami mau ngurus lo." ujar Gavin menatap wajah damai Aileen saat tertidur "Padahal lo bukan siapa-siapa." lanjutnya.
Gavin meneguk sampai tandas teh miliknya, ia menarik sofa single sampai tepat disamping kepala Aileen, ruang tengah yang selalu rapi karena tidak sering dihuni, kini sedikit berantakan saat dua insan itu tertidur pulas disana.
*****
SELASA, 080322.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Romance"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...