"lo mau stay disini, atau ikut gue ke apartemen?" tanya Gavin, ia kini berdiri didepan pintu kamar Aileen.
Aileen seperti menimbang-jimbang sesuatu, ia tidak ingin tinggal disini jika ada Osvaldo, kejadian antara Gavin dan Osvaldo sangat membuat dirinya trauma. Dia juga tidak mungkin membiarkan Gavin menyetir sendiri, walaupun sudah bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat, tetap saja cedera kaki Gavin belum pulih secara total.
"Aku ikut kamu aja," putus Aileen.
Keduanya turun menghampiri Osvaldo dan Katrin yang berada diruang makan.
"Kita pamit," ujar Gavin langsung menarik tangan Aileen.
"Dah Bibi, Paman." Aileen melambaikan tangannya, Katrin tersenyum sambil mengangguk, berbeda dengan Osvaldo yang tidak menoleh sama sekali.
Kalo ini Aileen yang duduk dikursi kemudi, keduanya menggunakan mobil Katrin.
"Nyetir yang bener," peringat Gavin saat mata Aileen hanya fokus ke keadaan sekitar yang menampakkan keramaian pasar malam.
"Vin itu bonekanya lucu banget," ucap Aileen, ia memelankan laju mobil.
"Besok kita ngantor." ujar Gavin membuat Aileen mencibirkan bibir dengan mata yang masih fokus ke boneka bear yang ukurannya sangat besar.
"Vin ayolah, bentar aja," Aileen menampakkan wajah penuh permohonan membuat Gavin memalingkan wajahnya.
"Vin," Aileen mencolek-colek lengan berotot Gavin. "Kali ini aja," bujuknya berharap Gavin bermurah hati.
Benar saja, Gavin keluar dari mobil membuat Aileen cepat-cepat ikut keluar, ia kegirangan langsung melingkarkan tangannya di lengan kokoh Gavin membuat pria itu terdiam beberapa saat.
"Let's go!" Aileen menarik pelan Gavin, mengingat kaki Gavin yang masih dalam tahap pemulihan.
"Sepuluh bola, pak." Aileen memberikan sejumlah uang pada seorang pria, ia mengambil keranjang kecil berisi bola tenis yang diberikan pria itu.
"Ini," ia mengarahkan keranjang itu kedepan Gavin membuat Gavin mengerutkan dahi. "Kamu yang lempar bolanya, aku gak bisa," lanjutnya membuat Gavin menghembuskan napas pasrah, butuh kesabaran ekstra menangani Aileen.
Satu per satu bola melayang, Gavin kembali dibuat bingung saat Aileen menjauhkan keranjang darinya. "Kenapa?" tanyanya.
"Sisa satu bola! Bapaknya udah tutup udah gak bisa nyewa bola tambahan," Aileen menatap sendu boneka yang dipajang didepan matanya.
"Siniin," Gavin meraih bola didalam keranjang.
"Qinan," panggil Gavin kikuk saat Aileen berbalik meninggalkannya, tidak ada satu pun bola yang mengenai botol-botol didepan mereka.
Aileen masuk kedalam mobil, bukan cengeng namun kali ini dia begitu menginginkan boneka bear yang sudah lama ia idamkan namun tidak ada kesempat membelinya.
Ketukan dikaca sampingnya membuat ia memerjapkan mata berkali-kali menghilangkan genangan air di pelupuk matanya.
Betapa terkejutnya saat ia melihat boneka raksasa itu berada tepat disamping kepalanya, ia dengan cepat membuka pintu mobil.
"Vin?" gumam Aileen.
"Berat. Cepat ambil kaki gue sakit," titah Gavin yang kesulitan memeluk boneka raksasa yang besarnya hampir sama dengan ukuran tubuh Aileen.
Aileen segera memeluk boneka itu dengan antusias, ia memutar tubuhnya kegirangan, setelah memasukkan boneka ke jok belakang, Aileen kembali masuk kedalam mobil.
"Gavin makasih banyak!" ucap tulus Aileen.
"Hmm,"
"Kamu dikasih bola tambahan apa gimana?" tanya Aileen sambil menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Roman d'amour"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...