𝐇𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧

307 26 0
                                    

"Jika kamu benar-benar serius dengan putri saya, pertunangan akan tetap dilangsungkan. Erlan, ini bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main," Healer dan Erlan berada diruang utama kediaman Alinski.

Erlan tertegun beberapa saat, berusaha membulatkan tekat. Ini sangat berat baginya, namun memilih Aileen adalah hal yang lebih bertentangan baginya.

"Saya serius, om. Bagaimana dengan Jessie?"

"Jessie, satu-satunya yang saya punya, dia sangat berharga. Rasanya berat jika melepasnya kepada orang yang kurang tepat, tapi Erlan, om harap kamu bisa menjaga, membahagiakan, menjamin, dan mencintainya dengan tulus." dari pancaran mata Healer yang begitu tulus, Erlan merasa begitu jahat melibatkan Jessie dalam masalah pribadinya.

"Dia sudah mencintai kamu sejak lama." ucapan Healer barusan sangat membuat Erlan terkejut, pasalnya selama bertemu Jessie, gadis itu selalu terlihat santai tanpa desakan agar Erlan mau menerima perjodohan ini.

*****

"Mama, adek mau punya pacar kayak mama!"

"Beneran?" anak kecil itu mengangguk mantap.

"Iya, udah cantik, baik lagi." ucap anak kecil itu.

"Kalau mau punya pasangan yang cantik dan baik, berarti kamu juga harus sebanding, masa ceweknya udah baik tapi kamunya jahat."

"Adek baik kok, ganteng lagi!" anak kecil itu mulai membanggakan diri sendiri, namun benar adanya.

"Anak siapa dulu dong, Gavin kan ganteng kayak Papa dan Baik kayak Mama." ujar seorang wanita yang terlihat begitu sekarat diatas brankar rumah sakit dengan tubuh dipenuhi berbagai macam alat medis.

"Papi!" panggilan seorang anak kecil membuat Gavin tersadar dari khayalan masa lalunya, ia berada di taman belakang.

"Ken?" Niken masuk dalam pelukan Gavin, bocah itu menatap wajahnya penuh kerinduan.

"Anak durhaka, dia panggil gue nama doang, loh." Valen muncul di pintu belakang sambil mengunyah cemilan ditangannya.

"Kapan datang?" tanya Gavin, ia sedari tadi duduk diayunan yang ada dipinggiran kolam.

"Barusan," jawab Valen.

"VALEN CEMILAN AKU MANA!" suara teriakan Aileen dari dalam rumah membuat Valen cepat-cepat duduk disamping Gavin, menyerahkan cemilan itu pada Niken.

Aileen dan Wulan ikut keluar, membuat keadaan yang semula sunyi senyap kini begitu gaduh.

"Valen, lo mau mati muda?!" Wulan mendesis dengan tangan dipinggang saat melihat Niken keasikan mengemil, bocah tengil itu belum lama keluar dari rumah sakit.

"Astaga Niken! Ini punya Papa kok diambil," Gavin mendelik menyaksikan aksi konyol sahabatnya.

"Yang rasa rumput laut sisa satu," gumam Aileen menatap sendu cemilan ditangan Valen saat ini, dia sangat sensitif jika menyangkut snack.

"Nanti beli lagi Nan," timpal Gavin yang langsung membuat Aileen happy kiyowo.

"Vin, udah lama ya gak nyebur-nyebur disini," ucap Valen menatap Aileen dan Wulan yang duduk dengan setengah kaki didalam kolam renang. Terakhir kali mereka berenang bersama dirumah ini sekitar enam tahun lalu sebelum Osvaldo kembali tinggal dirumah ini bersama istri barunya, Katrin.

Semenjak kepergian Andrella, Osvaldo selalu menyibukkan diri jauh dari rumah, meninggalkan Gavin bersama Mbok Irma, beberapa tahun kemudian ia kembali bersama seorang wanita, sejak saat itu, Valen sudah sangat jarang main kerumah.

"Len, gue berenang ya?" Wulan meminta izin pada suaminya saat ia dan Aileen berencana untuk menyebutkan diri.

Valen hanya mengangguk sebagai jawaban, kedua perempuan itu asik bermain-main didalam kolam renang. Sebagai suami, Valen tidak ingin mengekang Wulan untuk hal-hal yang membuat istrinya itu bahagia, sudah cukup ia merenggut kebahagiaan yang diimpikan Wulan saat terpaksa mengandung Niken.

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang