𝐄𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠

1.1K 54 13
                                    

Satu tahun kemudian.

Aileen yang duduk di jok belakang, mengedarkan pandangannya disetiap bagian rumah dengan dinding kaca ini, ia tersenyum.

"Ayo, Paman, Bibi." ucap Aileen, Osvaldo menginjak pedal gas perlahan meninggalkan pekarangan rumahnya.

"Pelan-pelan aja, Mas." tegur Katrin, Osvaldo menoleh kearahnya sambil tersenyum hangat. Aileen yang duduk ditengah jok ikut bahagia melihat hal itu.

Beberapa menit perjalanan, mereka tiba disuatu tempat.

"Selamat sore, sayang!" Aileen berlutut dan mencium nisan didepannya, ia meletakan buket bunga yang digenggamnya.

"Lihat, aku lulus gak sampe empat tahun, loh, cumloud lagi!" Aileen mengangkat-angkat kedua alisnya naik turun dengan bibir tersenyum, ia berdiri memamerkan toga yang melekat ditubuhnya.

"Vin, aku kesini buat izin sama kamu." Aileen kembali berjongkok, "Tiga jam lagi aku akan terbang ke Jerman, aku lanjut kuliah dengan beasiswa disana." ucap Aileen, dia sudah pernah membahas soal beasiswa sewaktu mereka sedang berkumpul lalu.

"Jadi untuk sementara, aku belum bisa ngunjungin kamu disini, gak papa, kan?" Aileen mengusap sayang nisan didepannya.

"Vin, Niken terus nyariin kamu, kata Valen, kamu lagi liburan ke surga." ucap Aileen, ia selalu datang dan menceritakan hal-hal random yang ia lewati pada Gavin– di makam Gavin.

"Niken udah masuk paud, Vin." ucap Aileen.

"Sampai bertemu lagi, kebo ganteng!" ucap Aileen kembali meninggalkan makam itu dalam kesunyian.

"Satu tahun Papi nunggu kamu, gak pernah datang. Papi udah sering tidur biar kamu datang lewat mimpi, kamu gengsi ya?" Osvaldo menatap nanar makam itu, "Datanglah walau hanya sekali, Gavin. Papi rindu." ucap Osvaldo kemudian menyusul Katrin dan Aileen.

"Kamu udah membereskan semua barang-barang yang akan dibawa?" Aileen mengangguk menjawab pertanyaan Osvaldo, saat mobil mulai melaju, Aileen melambaikan tangan kearah makam Gavin sambil menahan air matanya.

Tidak memakan waktu lama, mereka tiba didepan sebuah gedung tinggi.

Aileen turun lebih dulu, mereka segera masuk kedalam lift.

Tiba didepan sebuah kamar, Aileen menekan password untuk masuk kedalam kamar itu, 2118.

Keadaan apartemen tidak berubah, masih sama seperti saat terakhir Aileen makan malam bersama Gavin setahun yang lalu, semua posisi masih tetap sama, bahkan bantal diatas kasur Gavin tidak berubah sama sekali.

"Ini emang selalu kebuka, Ay?" Aileen mengangguk menjawab pertanyaan Katrin, "Kenapa gak ditutup?" tanya Katrin melihat pintu kamar Gavin terbuka.

"Gak papa." balas Aileen, Katrin dan Osvaldo saling melempar pandang, rasa terpukulnya Aileen membuat gadis itu memilih hidup sendirian di apartemen ini setahun belakangan ini, untungnya Wulan sering mengunjunginya disini.

"Ya sudah, ayo kita ke bandara, sisa satu setengah jam." sela Osvaldo.

Aileen dengan cepat memeluk sebuah tas yang ukurannya lumayan besar, Osvaldo menarik koper, dan Katrin mengunci semua pintu.

"Itu apa sayang?" tanya Katrin melihat tas dipelukan Aileen.

"Kebo." jawab Aileen dengan senyum lebar, ia sudah menyewa jasa untuk membungkus boneka itu menjadi kecil dengan menghirup udara didalamnya, akan dia buka saat tiba di Berlin nanti.

Mereka kembali melaju dengan mobil menuju bandara, Aileen meraih kunci apartemen yang diberikan Katrin.

"Bibi, foto aku sama Gavin, jangan dicabut, ya?" Katrin mengangguk, foto pernikahan itu terpajang indah di kamar Gavin yang ada di rumah.

"Paman? Nanti paman bakalan terus bersihin rumah Gavin, kan?" Osvaldo mengangguk menjawab.

Meskipun sudah menjadi 'menantu' namun Aileen tetap memanggil mereka dengan panggilan Paman dan Bibi.

"Kalian bahagia disini, ya? Ay gak bakalan lama-lama disana, kok." pinta Aileen pada kedua mertuanya itu.

"Iya sayang, kamu jaga diri baik-baik disana, jaga kesehatan." ujar Katrin, Aileen manggut-manggut.

Tiba di bandara, Aileen keluar dari mobil sambil memeluk kebo, ia menghampiri Valen, Wulan, dan Niken yang sudah menunggu dikursi tunggu.

"Aileen! Lo beneran ninggalin gue!" Aileen dan Wulan saling berpelukan, Aileen menoleh kearah Niken yang memeluk kakinya.

"Hei, bocah tengil! Jangan nakal-nakal disini, ya?" Aileen berjongkok mendekap tubuh Niken, ia sudah tidak kuat menangkap tubuh Niken yang sudah lumayan besar sekarang ini.

"Valen, aku titip Wulan, ya. Sama jangan lupa sering-sering ke rumah baru suami aku, kamu marahnya lama banget, kasihan suami aku." Valen memang tidak pernah mengunjungi makam Gavin, bahkan dia tidak menghadiri pemakaman. Sampai saat ini pun dia tidak dapat menerima kenyataan bahwa sahabatnya itu sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Hmm." balas Valen, sifat ceria pria itu hilang bersama kepergian Gavin, Wulan sangat merasakan perubahan Valen selama ini.

"Aileen?" mereka semua yang ada disitu menoleh, mendapati Erlan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada.

"Pak Erlan," ujar Aileen saat Erlan tiba didepannya.

Aileen terkejut bukan main saat Erlan mendekap tubuhnya erat.

"Kamu hebat." ucap Erlan, hanya beberapa detik pelukan mereka.

Erlan tersenyum didepan Aileen, Aileen membalas senyuman itu, senyuman yang sudah lama tidak ia lihat, saat kembali masuk kampus, Erlan sudah resign membuat mereka tidak pernah bertemu lagi, apalagi saat kabar pernikahan Erlan dan Jessie tersebar beberapa bulan yang lalu.

Aileen menatap kepergian Erlan, pria itu jauh-jauh kesini hanya untuk mengucapkan tiga kata sebagai salam perpisahan.

"Pesawat aku akan segera lepas landas, aku harus pergi sekarang, sampai bertemu lagi." Aileen berjalan perlahan menjauh dari mereka yang ada disitu, senyum dibibirnya tidak pudar.

Beberapa saat setelah itu, bunyi mesin pesawat yang perlahan menjauh terdengar begitu nyaring ditelinga. Dari kaca, Aileen menatap orang-orang yang disayanginya meratapi keberangkatannya, tangisan Katrin pecah dipelukan Osvaldo, Wulan melambai kearahnya dengan deraian air mata, sedang Valen menggandeng tangan Niken, bocah itu merengek.

Aileen melambai, air matanya juga mengalir, ia mengusap lembut cincin yang melingkar di jari manisnya. Di perjalanan pulang, Erlan menatap pesawat yang melintasi langit sore.

"Semoga kamu selalu bahagia, cinta pertamaku."

*****

Apa pendapat kalian tentang cerita ini?

Ending cerita sudah dibuat sebagaimana mestinya, semua yang terjadi sudah seharusnya terjadi, salah satu contohnya adalah kisah Erlan Jessie dan Aileen, walaupun awalnya Erlan salah paham dengan siapa Aileen, tapi keputusannya menerima perjodohan dengan Jessie juga membawa keberuntungan besar untuk kedamaian Jevano dan Isyana.

Begitu pun Aileen, tidak ada harapan lagi untuk dia bisa bersama Erlan walaupun mengatakan yang sebenarnya, sampai kapan pun dia tidak akan bisa melepas diri dari Katrin.

Untuk kepergian Gavin, salah satu faktor perubahan untuk Osvaldo, juga sudah alurnya seperti itu, tokoh utama yang memiliki akhir menyedihkan.

Seperti yang saya katakan dipapan pesan sebelumnya, saya ingin cepat-cepat selesai dengan naskah ini, ada sesuatu yang harus dilakukan di RL (penting) jadi hari ini, kita selesai.

Info tentang Aileen yang merindukan kebo gantengnya, semuanya ada di Instagram @cldyesttkrg dan tiktok @wttpdofc_

GAVIN ALMERO
"Kejamnya permainan takdir"

RABU 23 MARET 2022

END

GAVIN ALMERO [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang