Aileen membuka mata perlahan, mendapati dirinya berada ditempat asing.
"Gavin," paraunya saat melihat Gavin menatapnya lekat, pria itu hanya diam.
"AILEEN," Wulan berteriak dari depan pintu saat kembali dari apotek untuk mengambil resep obat. Tubuh Aileen perlahan terangkat saat Gavin menaikan tinggi brankar.
"Selang infusnya bisa berdarah," timpal Gavin saat Wulan mendekap tubuh Aileen.
"Sirik lo!" tutur Wulan menatap kiri Aileen yang dihiasi jarum infus sedangkan mereka berpelukan dari sebelah kanan brankar.
Mengedikan bahu acuh, Gavin meraih kantong plastik yang berisi obat-obatan untuk Aileen, setelah memisahkan obat yang harus diminum Aileen, ia beralih mengatur porsi makan untuk gadis itu. Ia terpaksa menyuapi Aileen saat Wulan pergi menjemput Valen didepan rumah sakit.
"Vin, maafin aku udah banyak ngerepotin kamu–" ucapan Aileen terhenti saat sendok mendarat dalam mulutnya, ia menyorot jengkel Gavin.
"Aku telat makan makanya pusing pas mau mandi," alibi Aileen membuat Gavin yang sudah mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Aileen, menahan diri agar tidak mengeluarkan kata apapun.
"Yaudah sekarang diam dan makan." ucap Gavin cepat membuat Aileen manggut-manggut menerima suapan pria itu.
Pintu terbuka lebar, Gavin menatap datar Osvaldo yang masuk lebih dulu diikuti Katrin, Wulan, dan Valen.
"Aileen, kenapa gak jaga kesehatan kamu sayang," Katrin datang memeluk Aileen, Gavin meletakkan piring yang sudah hampir kosong itu keatas meja.
"Cemilan," tutur Valen saat menerima tatapan bertanya dari Gavin, ia mengangkat satu kantong plastik sedang yang isinya cemilan semua membuat mereka yang ada disitu menatapnya, "Kenapa? Kan Aileen suka ngemil," lanjutnya heran.
"Emang bisa, orang sakit ngemil snack sebanyak itu," Valen terdiam kikuk mendengar ucapan Osvaldo yang kini duduk di sofa.
Valen dan Wulan ikut duduk bersama Osvaldo, Katrin duduk dibrankar tepat disamping Aileen, Gavin duduk dikursi tak jauh dari kaki Aileen.
"Apa kata dokter tentang keadaan sepupu kamu, Gavin?" Gavin melayangkan tatapan tajam kearah Osvaldo, tidak berniat menjawab.
"Sayang," tegur Katrin membuat Gavin membuka suara.
"Dia kelelahan." jawab Gavin singkat.
Suasana didalam ruangan ini begitu mencekam, bahkan Valen yang biasanya selalu berulah, kini seperti kucing basah didepan Osvaldo.
"Ay, kalo lelah harusnya kamu istirahat sayang, jangan maksa melakukan aktifitas, kalo udah gini, gimana coba?" tegur Katrin mengusap sayang kepala Aileen.
"Kamu memaksa sepeupumu bekerja, Gavin?" tanya Osvaldo membuat Gavin semakin murka.
"Gavin gak maksa Ay, paman. Ay kecapean karena sering begadang buat ngetik cerita," potong Aileen sebelum Gavin bersuara.
"Kamu tidak menegurnya?" cukup sudah, Gavin sudah meledak dengan amarahnya.
"Jangan ikut campur, dia pergi dari rumah gara-gara Papi. Selama ini yang betah tinggal bareng manusia egois kayak Papi itu cuma Mami!" sentak Gavin membuat Katrin memejamkan matanya. Valen menarik tangan Gavin keluar dari ruangan itu sebelum suasana menjadi lebih buruk.
"Maafin Ay selalu ngerepotin Bibi sama Paman," Aileen menatap bergantian kearah Katrin dan Osvaldo yang kini berdiri disamping brankar.
"Itu udah kewajiban kita, Aileen. Jangan banyak pikiran supaya bisa lekas sembuh," Aileen tersenyum menatap Osvaldo, pria itu sama seperti Gavin, susah ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN ALMERO [ COMPLETE ]
Romance"SINGKAT YANG SAKIT" SELAMAT MEMBACA. ⚠️DON'T COPY MY STORY!⚠️ Gavin Almero, putra tunggal pasangan suami istri yang sama sekali tidak ada kejelasan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia harus menangani perusahaan keluarga yang dirintis dari baw...