HAPPY READING, RIVER 🥀
Raka menutup buku sejarah Indonesia begitu bel istirahat berdering nyaring. Memberikan tanda kepada seluruh warga sekolah bahwa sudah waktunya jam istirahat mulai. Raka membiarkan buku-bukunya tergeletak di atas meja, malas membereskan barang-barangnya ke dalam tas.
Terlanjur lapar juga sih sebenernya, jadi Raka pergi duluan ke kantin berbekal selembar uang dua puluh ribu. Teman-teman Raka saling pandang heran, jarang sekali Raka pergi lebih dulu, biasanya Raka keluar hampir paling akhir atau bahkan di urutan terakhir.
Berdasarkan kebiasaannya dulu, Raka lebih suka tidur dulu atau tidak bermain ponsel, barulah bergerak pergi ke kantin. Anak itu cenderung anti sosial bila di mata orang baru. Hanya ada satu orang yang benar-benar bisa Raka ajak bicara. Sebagian dari teman-temannya tau siapa orang tersebut, maka dari itu mereka merasa lega karena akhirnya Raka punya seseorang yang bisa di ajak bicara secara bebas.
Dalam artian---dalam pandangan mereka, bahwa Raka nyaman berbicara dengan orang tersebut. Setidaknya, lingkup pertemanan Raka tidak sepi-sepi amat. Tak apa satu orangpun, mereka sudah sangat senang.
"Raka itu kalau dilihat-lihat, anaknya ramah. Cuman karena sifat dinginnya yang lebih banyak, jadilah diri dia yang sekarang kita kenal ini." Salah seorang teman kelas Raka memberikan pendapatnya kepada teman-teman yang lain.
Sekitar enam orang dari mereka yang masih di kelas mengangguk setuju.
"Raka bisa cair. Tapi, di tangan orang yang tepat. Gue sih ikut seneng ya, banget malah ketika tau kalau dia punya satu orang yang setidaknya nemenin rasa sepi dia," ulas yang lainnya.
"Juga nih ya, kalau Raka udah meleleh, bisa-bisa satu sekolah ribut. Ngantri buat jadi pacar dia. Jadi, mendingan kayak gitu aja deh, setidaknya dia masih ada rasa peduli sama teman-teman sekelasnya." timpal cewek berambut sebahu.
Ketua kelas yang sibuk merekap nilai anak-anak mengacungkan jempol ke arah mereka. Dia sama setujunya atas pernyataan serta opini yang sudah mereka utarakan.
"Gitu-gitu juga dia anak jalanan, Bos! Balapan mulu!" Cowok berambut ikal yang sedang menemani sang ketua kelas membeberkan sebuah fakta yang belum mereka ketahui.
"Bukan maen emang si, Raka." puji sang ketua kelas.
Suara teriakan teman-teman tertahan di dalam mulut. Tanpa di minta pun, mereka sudah paham kalau berkaitan dengan Raka perlu dirahasiakan. Cukup teman-teman kelasnya yang tau. Karena mereka tau siapa Raka sebenarnya jika sudah marah.
Demi kedamaian bersama, tutup mulut adalah kunci utamanya.
Di luar, Raka asik berjalan santai menuju perpustakaan. Letaknya ada di lantai dua, lantai tempatnya anak kelas sebelas singgah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK ASA
General Fiction| Regasia Series | "ᴅɪᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ. ꜱᴜɴɢɢᴜʜ ᴍᴇɴʏᴀᴋɪᴛᴋᴀɴ ᴅɪʙᴀɴᴅɪɴɢᴋᴀɴ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴅɪꜱᴇʀᴛᴀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ." -Sҽρυƈυƙ Aʂα Setiap orang tentunya memiliki seribu harapan. Cara mereka mewujudkannya sangatlah beragam. Disamping terwujudnya sebuah...