Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amara berangkat paling akhir dibanding adik-adiknya, karena jadwal masuk kuliahnya pukul 9 pagi. Perut Amara kenyang sehabis menyantap hidangan yang ntah dibuat oleh siapa. Amara sih percaya aja kalau itu buatan Raka, tapi Raka enggan mengakuinya.
Sambil menempuh waktu 20 menit, Amara menikmati sensasi pagi yang mulai terasa sedikit panas. Menikmati tiap hembusan angin yang menyapu wajahnya. Amara bersenandung kecil sepanjang berjalan di atas trotoar menuju ke arah halte bus. Tangannya ia rentangkan secara bebas upaya menikmati suasana pagi yang segar.
Aroma udaranya segar dan sejuk. Apalagi sepanjang ia jalan banyak rerimbunan pepohonan. Jalanan juga sepi. Polusi tidak separah biasanya.
Amara menyipitkan mata sebab halte bus kampus masih sangat sepi. Ntah dia yang datang lebih awal atau mereka yang terlambat datang?
Sambil menunggu yang lain datang, Amara memilih duduk di kursi besi. Dia menunggu bus jemputannya datang. Karena halte ini di khususkan untuk mengantar para mahasiswa, maka terdapat rute khusus dan papan informasi di awal supaya bus lainnya tidak salah jalur.
"Mau kuliah ya?" Sapa seseorang yang tak dikenali Amara.
Perempuan itu mendongak sedikit, menatap orang asing di sampingnya.
"Iya," jawab Amara tersenyum tipis.
Laki-laki itu duduk di samping Amara dengan senyumnya yang merekah. Dia memeluk tasnya di depan. Embusan napas dari mulutnya terdengar jelas. Amara rasa, laki-laki sedang berada pada suasana hati yang baik?
"Harusnya saya bawa kendaraan pribadi. Tapi kayaknya lebih enak pakai kendaraan kampus. Kali-kali nyobain," oceh si pria tampan.
Amara hanya mengangguk dan mengiyakan tiap ocehan yang dia buat.
Amara agak gugup dan tidak percaya diri berada di samping laki-laki ini. Dia sangat tampan. Perawakannya juga sangat bagus. Pasti dia banyak disegani perempuan manapun, pikir Amara.
"Kamu jurusan apa?" Tanya pria itu, penasaran. Dia membenarkan posisi duduknya.
Amara hendak menjawab, tapi lidahnya terasa kelu. Mungkin karena efek gugupnya?
"A-aku... Aku jurusan—"
DING! DONG!
Jawaban Amara terputus oleh bunyi Alarm yang memang terpasang di halte ini. Bila alarm berbunyi, itu artinya bus jemputan akan segera tiba.
Bus datang di susul oleh beberapa mahasiswa lainnya. Amara berdiri sambil membetulkan pakaiannya. Ia amati keadaan sekitar. Makin lama penumpangnya makin banyak.