Selamat Membaca River 🙂🙏
Jangan lupa menakan tombol bintang ya, siapa tau bisa menekan tombol hati dia, cie 🙂🙏
.
.
.
.
.Mangats bacanya, terima kasih, azek 💖☺️
"Aneh, gue pikir lo bakalan sekap kita sampai seharian penuh," sindir Yuna, tertawa meledek.
Raka menanggapi dengan ketus, "Gue punya kakak perempuan."
Sedikit kaget mendengar pernyataan Raka. Yuna sampai geleng-geleng kepala sambil cengengesan mengingat perlakuan Raka tadi.
"Kasian juga kakak lo itu, tangannya ikut kesakitan habis diseret-seret adeknya empat lantai," celetuk Yuna, hingga membuat Raka melirik sengit.
"Itu karma khusus buat, lo." tekan Raka tak mau kalah.
Alih-alih marah, justru Yuna tertawa hingga matanya menyipit. Sementara Raka memutar bola matanya malas atas reaksi Yuna yang kadang sulit ditebak.
Bukan di ruangan mawar layu, melainkan rooftop gedung utama SMA Gemini yang menjadi tempat pengakuan Yuna atas kesalahannya tempo hari. Bahkan, di tempat ini hanya ada Raka dan Yuna saja, yang lain Raka minta untuk tetap berada di ruangan dengan memberi amanah kepada Dafi untuk tidak menyentuh gadis-gadis itu. Bahkan setitik jari sekalipun.
Tidak perlu khawatir akan panas, karena saat ini jarum jam tepat menunjuk pukul lima sore. Bayangkan saja, selama hampir satu jam di ruangan, mereka bertiga tidak mau mengakui sedikitpun kesalahannya. Yang ada hanya basa-basi tidak karuan dan meladeni balik kalimat manis maupun pedas dari mulut Raka dan Dafi.
Kalau saja Raka tidak ingat gender mereka, sudah pasti ia jadikan samsak sebagai gertakan agar mereka mau mengakuinya. Tapi itu semua akan membuat suasana semakin keruh. Raka tidak luput akan rasa khawatirnya terhadap Dafi, pikiran-pikiran gelap itu mencoba merasuki otak dan hatinya.
"Gue masih belum puas. Keluarin semua rahasia yang kalian simpan dalam kasus penculikan kakak gue!" perintahnya tegas. Yuna sempat kaget, bingung dan takut bercampur menjadi satu.
Ya ampun, baru aja bikin gue ketawa, udah balik lagi aja ke setelan pabrik. Batin Yuna, miris.
Sapuan lembut angin senja membelai paras ayu Yuna. Tapi kecantikannya tidak menggoyahkan hati Raka untuk berpaling dari tuannya.
Yuna tidak sanggup menatap mata Raka yang begitu intens memandanginya. Maka ia terpaksa beralih menatap bentangan bumantara yang mulai diselimuti semarak jingga. Cahaya sang surya mulai redup detik demi detik.
Yuna mulai menyuarakan isi hatinya yang selama ini ia pendam, tidak ada satu pun orang yang tahu termasuk kedua sahabatnya. Yuna pikir, mungkin inilah waktu terbaik setengah beban di pundaknya meluruh.
"Gue cuman cewek nakal yang berani suka sama cowok sebaik, lo. Maaf ya, gue udah jatuh cinta sama lo sejak kelas sepuluh. Gue masih inget, pertama kali mata kita bertemu, itu waktu lo habis main basket di siang bolong. Gue yang refleks ngasih minuman dingin buat lo, dan lo yang dengan entengnya nolak gitu aja." Yuna tersenyum kecut melihat nasibnya yang begitu malang.
Tanpa sadar, Raka sudah berdiri di samping kanan Yuna sambil ia perhatikan lamat-lamat paras cantik gadis itu meski dari samping, kedua tangannya ikut bertumpu di atas pagar besi. Saat angin kembali memporak-porandakan anak rambut Yuna, ternyata pesona wajahnya bukan main. Raka mengakui, kecantikan Yuna hampir di luar nalar, alias berbeda. Manis dan lembut, seperti aura bangsawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK ASA
Fiksyen Umum| Regasia Series | "ᴅɪᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ. ꜱᴜɴɢɢᴜʜ ᴍᴇɴʏᴀᴋɪᴛᴋᴀɴ ᴅɪʙᴀɴᴅɪɴɢᴋᴀɴ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴅɪꜱᴇʀᴛᴀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ." -Sҽρυƈυƙ Aʂα Setiap orang tentunya memiliki seribu harapan. Cara mereka mewujudkannya sangatlah beragam. Disamping terwujudnya sebuah...