SA #37

23 1 0
                                    

Wui, selamat membaca Rivy ku sayang❤️

Follow tikitokok aku yuk; Regasia Kim

Cie, absen dulu atuh jomblo. Yg nggak jombs, juga boleh 😶

.
.
.
.

"Sayang! Bengong aja dari tadi, kenapa?"

Ntah berapa lama waktu yang terbuang sia-sia hanya demi menemani lamunan Amara yang seperti tampak tak berujung, tidak tahu kapan selesainya, kalau tidak ada Alpha yang datang menegur—menjetik jari di depan wajahnya meminta supaya sadar dari lamunan panjang.

Taman terlihat ramai karena banyak mahasiswa/i beristirahat sepulang kelas, wajar saja karena mereka sedang berada di taman agung—sebuta dari Taman Rahayu, merupakan satu-satunya taman megah yang ditempatkan di area depan kampus utama. Dekat dengan gedung rektorat, tidak begitu jauh dari Fakultas Kedokteran.

Mendaratkan bokongnya di sisi kiri Amara, bangku taman yang hanya untuk dua orang sudah terisi penuh. Alpha menyerong ke arah Amara supaya nyaman ketika berbicara.

"Bidadari kok masih bengong aja? Coba sini cerita sama Aal, siapa yang udah berani buat kamu ngelamun kayak gini?" Alpha membujuk rayu.

Bibir Amara terlihat kering, namun perlahan mulai terbuka dan mengucapkan kata.

"Judul skripsi." Singkat, padat, dan jelas pernyataan dari Amara langsung bikin Alpha diam membisu tak tahu harus merespons seperti apa.

"Waduh. Bahaya ini." respons Alpha, takut-takut.

Mata Amara masih memandang lurus, melihat apa saja yang ada di depan sana.

"Ekspektasi aku bilang kalau judulnya bakal di ACC sama dospem. Ternyata suruh revisi, kata mereka judul aku ketinggalan zaman, kurang kuat, tapi udah cukup menarik. Aneh..." Amara mengeluh, bagaikan orang yang putus asa.

Alpha garuk-garuk kepala, pusingnya jadi dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya. Masalahnya, tidak hanya Amara saja yang ditimpa beban revisi, tapi Alpha juga menderita hal yang sama seperti Amara.

"Maaf ya, pacar, kalau kesannya jadi adu nasib. Kamu nggak sendiri kok, aku juga disuruh revisi bab 1. Kukira mudah, ternya syulit..." kata Alpha menghela napas pasrah, bersandar pada punggung bangku dengan posisi kepala menghadap ke arah langit.

Amara langsung melongo mendengar permasalahan Alpha. "Kok bisa, udah bab 1 tapi disuruh revisi?"

"Ya namanya juga salah, Ra. Bahkan, ada yang udah sampai bab 2 pun disuruh revisi. Nasib manusia mana ada yang tau 'kan?" Alpha membalas tanpa niat mengubah posisinya.

Amara mengangguk paham, ia berkata, "Iya sih, ada benernya juga omongan kamu. Terus, sekarang gimana?"

"Senyumin aja, kayak gini nih..." Alpha merubah posisinya, dengan senang hati memamerkan cengiran kuda sampai terlihat deretan giginya yang rapih dan bersih.

"Pembohongan publik! Palingan juga kalau udah nyampe rumah uring-uringan!" sarkas Amara menonjok kuat lengan kiri Alpha.

"Nggak lah!" Alpha menyangkal cepat.

"Nggak salah 'kan maksud kamu?" koreksinya sambil cengengesan

Satu buah ledekan dari Amara sukses membuat Alpha merajuk. Terlihat jelas cowok itu menekuk wajahnya, dengan gaya bibir yang mencebik sebagai tanda kekesalan seorang Alpha Gema Regasia.

"Kamu mah, makin diladeni makin menjadi aja. Udahan deh, Ra, aku nyerah. Kepala aku makin ruwet bentukannya," pasrah Alpha, lalu kepalanya manja ingin bersandar di bahu Amara.

SEPUCUK ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang