SA #38

16 1 0
                                    

Halo guys!!! Aku kembali🫶

Aku mau infoin, akun tiktok @regasia_ sepertinya udh berhenti update😭 Aku mau log in ke situ susah bangettt. Jadi kemungkinan besar, aku buat akun tiktok baru secepatnya🥲 Huhu, sedih bgt tapi mau gimana lagi🥲😭 Sampai bertemu di akun baru🤩😍

Selamat Membaca Pejuang Asa 🦋

🌹

🥀

🌹


Meskipun Dion pusing karena tugas skripsi yang semakin kental, namun Dion bahagia sebab Ayahnya yang ia tunggu-tunggu akhirnya pulang juga. Saat itu Dion sedang lemas sehabis menjalani terapi mandiri, karena tidak mau merepotkan Ibu yang sedang tidak enak badan. Begitu ia sampai di rumah, rasanya segala permasalahan terutama trauma gelap itu menghilang seketika.

Dion teringat betul bagaimana raut bahagia Ayah menyambut kedatangannya, merentangkan tangan meminta untuk segera berhambur ke dalam pelukannya, dan Dion dengan perasaan rindu memeluk sang Ayah begitu erat. Dion juga dengan senang membagikan kabar terkait perkembangan terapinya.

"Kamu itu anugerah terindah di hidup kami, makanya Ayah percaya, mau selama apapun prosesnya nanti kamu pasti bisa sembuh, Nak!"

Untaian kata penyemangat itu terngiang-ngiang di kepala Dion, sampai dirinya ditegur oleh Alpha karena sudah melamun selama hampir dua menit.

"Lo kalau mau proses kesurupan enggak usah deket-deket gue!" tegur Alpha seraya melempar bolpoin Dion yang jatuh ke lantai.

Dion cengar-cengir tanpa rasa bersalah, ia menyahut, "Sengaja. Biar lo yang ruqyah gue secara gratis."

"Ogah! Sembuh kagak, terbang ke langit-langit kelas iya!" tolak Alpha mentah-mentah.

Karena ulah mereka yang bercanda ditengah kelas, membuat teman yang duduk tepat di depan mereka menengok ke belakang untuk menegur. Terlihat jelas bagaimana raut kesalnya, mendengarkan obrolan absurd dari Dion dan Alpha.

"Lo berdua kalau masih lanjut bercanda, gue lempar nih ke meja dosen!" ancam perempuan bondol itu, tatapannya tajam dan sengit. Dikenal sebagai cewek garang, Dion maupun Alpha hanya bisa cengar-cengir sambil minta ampun.

Begitu terbebas dari pengawasan singa betina, dengan kompak mereka saling mengelus dada sambil mengembuskan napas lega. Dion melirik Alpha, "Lo sih bercandanya nggak pake otak!"

"Cangkemmu itu lho! Lo sama gue itu sama aja! Nggak usah sok ngatain gue begitu," sewot Alpha, menampar bahu kanan Dion.

Dion menyengir kuda. "Iya juga ya? Kita satu rahim kali, Al!"

"Iya, kita satu rahim. Sama-sama dari rahim perempuan. Puas lo?" balas Alpha sekenanya, tanpa minat memperhatikan lawan bicaranya.

"Woi kampret! Berisik banget anjir, lama-lama mulut kalian gue kuncir nih!" omel si cewek tomboy yang duduk tepat di belakang mereka.

"Iya, iya, maaf. Namanya juga satu kandungan." Keduanya membalas bersamaan.

***

Seandainya kelahiran dan kematian dapat dipilih dengan mudah, Jordi lebih suka mati lebih dulu dibandingkan harus hidup bersama perempuan haus harta. Sonya—Ibu tirinya yang tega merebut kebahagiaan dan keluarga harmonis yang ia miliki sebelumnya. Karena dia juga Jordi jadi pribadi berbeda.

For your information, sebenarnya Jordi itu anak yang pemalu dan pendiam. Dia tidak biasa memulai percakapan lebih dulu terutama dengan orang asing, tapi semenjak keluarganya terpecah belah, kepribadian itu berubah menjadi Jordi yang sekarang kita kenal.

SEPUCUK ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang