SA #35

12 1 0
                                    

Selamat Membaca Seaver

Absen dulu sini!

Cung yang suka Laut sama Sungai, cie kayak hubungan kita aja😋

🥀

🌹

Suara ketukan pintu menganggu tidur siang Nara. Akhir-akhir ini, Nara seringkali ketiduran di sofa sebab pekerjaannya lebih banyak menghabiskan waktu di sofa ketimbang ruang kerja, entah kenapa terasa lebih nyaman bila bekerja di ruang keluarga sambil menunggu putra tersayangnya pulang.

Nara mengucek matanya, lalu bercermin sejenak untuk memastikan dirinya tidak kucel sehabis bangun tidur. Sambil berjalan ke ruang tamu, Nara mengambil tissue basah yang tersedia di dalam kotak kecil lalu mengusapnya ke seluruh wajah. Kemudian Nara keringkan menggunakan tissue wajah di meja tamu dan membuang bekasnya tepat ke dalam tong sampah kecil di sudut ruang tamu.

"Siapa sih?" gumam Nara sambil meraih gagang pintu.

Saat pintu terbuka sempurna, dengan cepat telapak tangan Nara melindungi area matanya akibat silau, oleh karena itulah ia tidak bisa melihat tamunya secara langsung sebab butuh waktu untuk beradaptasi dengan cahaya luar sehabis tidur pulas. Dirasa penglihatannya sudah jelas, Nara terkejut bukan main saat melihat siapa yang tiba-tiba datang berkunjung.

"Istriku, aku pulang."

Suara yang selama enam bulan ini hanya bisa ia dengar melalui speaker handphone, sekarang bisa ia dengar langsung dari telinganya sendiri. Wajah yang hanya bisa ia lihat dari galeri maupun saat videocall, sekarang ia sudah bisa menyentuhnya secara nyata. Begitu lebar senyum keduanya, seakan berlomba-lomba menebar kerinduan yang teramat dalam.

Tanpa bisa berkata-kata, Nara langsung berhambur ke pelukan sang suami yang sudah ia nanti-nanti. Pelukannya begitu erat namun lembut, sampai melepas rindu lewat pelukan saja rasanya tidak cukup bagi pasangan romantis ini.

"Selamat datang kembali, Suamiku. Terima kasih sudah pulang dengan selamat dan semoga sehat!" sambut Nara, penuh haru.

Nara menangis tersedu-sedu saat tahu bahwa Eka—suaminya lah yang datang. Nara tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi saking rindunya ditinggal pergi suami untuk menuntaskan urusan bisnis di luar kota.

"Jauhnya jarak diantara kita, nggak akan pernah bisa bikin aku lupa sama kalian. Semakin jauh jaraknya, aku semakin rindu sama kalian." Eka mengungkap isi hatinya yang sudah lama ia simpan.

Inilah yang Nara tunggu selama enam bulan lamanya, meskipun Eka seringkali pergi jauh demi memperlancar bisnisnya, tapi ia tidak lupa sedikitpun bagaimana keharmonisan keluarganya. Meskipun kadang hilang seperti ditelan bumi, tapi sekali muncul bikin rindu di hati.

"Kenapa kamu nggak ngabarin aku dulu sih? Tau gitu 'kan aku masakin makanan kesukaan kamu!" protes Nara, memukul dada Eka lantaran kesal.

"Iya, maaf ya? Sebelum ke sini, aku mampir dulu ke kantor Anta, dia juga kaget pake gaya coolnya. Padahal, udah mau jadi kakek-kakek, tapi lagaknya kayak anak SMA, sok dingin!" cibir Eka, sampai bergidik mengingat Anta yang seperti lupa umur. Masih sok dingin!

"Yaudah biarin aja, dia mah emang kayak gitu orangnya. Sekarang ayo kita masuk, lanjut cerita di dalem aja." Nara membawa Eka masuk tanpa mau melepas pelukannya meski dari arah samping.

Eka duduk dan meregangkan otot-ototnya di sofa, barulah Nara mau melepas pelukannya. Nara pamit ke dapur, bergegas menyajikan hidangan spesial untuk kedatangan sang suami. Jarak dapur dengan ruang keluarga tidak begitu jauh, tapi jika komunikasi tetap ingin lancar, mereka harus menggunakan nada bicara yang agak tinggi.

SEPUCUK ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang