Cihuy, selamat baca ♡
Pelan-pelan, pake perasaan biar nyari jodoh, eh 🙏
Jangan lupa puter lagunya ^^
💃💃💃
.
.
.
.
.
.Wila dibawa bermain oleh Ania agar memberi ruang kegiatan untuk Dafi dan Rissa. Anak-anak diperintah Ania untuk tidak masuk ke ruang tamu sementara waktu, sampai kerja kelompok mereka selesai. Sebagai ganti ruangannya, mereka akan dialihkan ke saung di bawah pohon rindang. Saung hasil buah tangan Rissa, Ania, dan Naufal sebelum anak-anak panti berangsur ramai. Agar lebih bagus lagi, Bunda membayar tukang untuk merenovasi tempat itu agar layak, aman, dan nyaman.
"Duduk dulu, gue mau ke atas sebentar," ujar Rissa, mempersilahkan.
Dafi mengangguk patuh, menuruti kalimat Rissa untuk duduk di salah satu kursi tunggal berbahan kayu. Sambil menunggu Rissa kembali, mata Dafi mengamati secara detail arsitektur rumah ini. Jari-jemari Dafi bergerak menari seolah tengah melukis di atas canvas. Dafi tersenyum tipis, tempat ini memang besar namun berkesan sederhana, bahkan kebahagian yang Dafi rasa begitu kental. Dafi punya pemikiran, bahwa mereka yang tinggal di sini adalah manusia-manusia hebat.
Pandangan Dafi tertuju pada sebuah foto berbingkai besar yang didalamnya terdapat Bunda alias pemilik panti ini. Bunda Lestari namanya. Adalah sosok yang begitu Dafi rindukan. Pelukan dan usapan dari Bunda membuat tidur Dafi nyenyak sewaktu dulu.
"Kalau udah waktunya nanti, gue bakal pulang ke sini lagi," gumam Dafi menahan rindu yang teramat besar.
Dilain tempat, Rissa sibuk bercermin. Berkali-kali Rissa bercermin karena takut ada kekurangan. Pikiran dan perasaan Rissa begitu gugup, dia tidak menyangkan jika Dafi adalah cowok asing kedua setelah Raka yang ia ajak kemari.
"Duh, nggak papa kali ya gue make baju kek gini doang?" Rissa ragu.
Gadis cantik itu kembali berputar seraya memandangi pantulan dirinya pada cermin full body.
Naufal sedari tadi memperhatikan Rissa di ambang pintu. Bersedekap dada dengan pundak kanan bersandar pada tiang pintu. Senyum segaris muncul, tidak bohong bila Naufal terpana akan pesona Rissa. Tapi tidak mungkin dia memiliki gadis itu, bahkan tidak boleh!
Karena Rissa merupakan pondasi utama untuknya terus bertahan hidup dari kejamnya dunia. Disaat orang tuanya sendiri tidak menginginkan dirinya, namun Rissa datang untuk menghibur dirinya. Rissa itu bagaikan malaikat tanpa sayap. Meskipun usia Rissa terbilang muda.
"Lo udah cantik, Rissa." Suara berat setengah serak mengalihkan atensi Rissa. Ia memuji gadis itu dari belakang.
Rissa menghentikan aktivitas bercerminnya, ia memutar badan 180° sehingga berdiri berhadapan dengan Naufal. Rissa tersentak kecil, tau-tau Naufal sudah ada sedekat ini. Penampilan Rissa sederhana, hanya mengenakan kaos oversize hitam yang dimasukkan secara asal ke dalam celana santai selutut.
"Kamu males sisiran atau emang belum keramas?" tanya Naufal ketika ia membantu merapihkan tatanan rambut Rissa.
"Tenang aja, aku rajin mandi kok, Kak. Tadi sengaja diberantakin sedikit, eh sekarang malah dibenerin," beber Rissa disusul mengerucutkan bibirnya.
Naufal tersenyum. "Lebih bagus gini. Siapa tau aja Dafi suka sama cewek tomboy kayak kamu," ledek Naufal dibarengi mencubit hidung Rissa.
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK ASA
General Fiction| Regasia Series | "ᴅɪᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ. ꜱᴜɴɢɢᴜʜ ᴍᴇɴʏᴀᴋɪᴛᴋᴀɴ ᴅɪʙᴀɴᴅɪɴɢᴋᴀɴ ᴘᴜʟᴀɴɢ ᴅɪꜱᴇʀᴛᴀɪ ꜱᴀʟᴀᴍ." -Sҽρυƈυƙ Aʂα Setiap orang tentunya memiliki seribu harapan. Cara mereka mewujudkannya sangatlah beragam. Disamping terwujudnya sebuah...