12; Boleh Rindu?

678 123 18
                                    

"Ingin makan siang dimana, mbak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingin makan siang dimana, mbak?"

Yara yang sedang merapihkan kubikel-nya menoleh pada Sera yang menghampirinya, mengajak untuk makan siang bersama karena jam istirahat makan siang telah berjalan sejak 5 menit yang lalu.

"Apa, ya? Kau sedang ingin apa, Ser?"

Sera diam, berpikir sejenak selagi menunggu Yara selesai merapihkan meja kerja. Tiba-tiba ia jadi ingat tentang Yara yang kelihatannya sedang galau hari ini, "Bagaimana kalau makan mie ayam saja lalu makan dessert setelahnya? Mbak Yara kelihatannya sedang galau hari ini, makan makanan manis bisa membantu menaikkan mood loh, mbak!"

Yara mengulas senyuman, menumpuk berkas yang telah ia susun ke rak khusus berkas miliknya, "Baiklah, aku ikut saranmu!"

Galau? Ya, memang Yara sedang galau.

Bagaimana tidak galau kalau ketika membuka matanya di pagi hari tadi, ia tiba-tiba merasa rindu pada Jeka setelah pria itu hadir dalam mimpinya semalam.

Yara boleh rindu tidak, ya?

Omong-omong ini sudah lewat 2 minggu sejak mereka tak lagi bertemu dan melihat wajah satu sama lain sejak hari dimana Jeka mabuk di rumah Yara. Yara sadar sekali kalau Jeka mungkin sedang menghindarinya saat ini, terlebih ketika pria itu tahu kalau Yara telah memiliki kekasih.

Andai saja Jeka tahu kalau Yara ini gadis brengsek yang merindukan pria lain ketika statusnya telah berkencan dengan Vino.

Pagi setelah ia menangis bersama Jeka di dalam kamar, tepatnya setelah mendengar semua kalimat Jeka, Yara bangun pukul 6 pagi, terlambat 1 jam dari jadwal biasanya ia bangun pagi di hari kerja. Yara bangun dengan mata bengkak pagi itu, rasanya sampai sulit membuka mata. Ia berniat membuat sup penghilang pengar serta memberikan sebutir aspirin pada Jeka, jadi pagi-pagi itu ia sudah berkutat di dapur dan memasak sup serta menyiapkan sebutir aspirin, dengan segelas air mineral juga tentunya.

Setelah semua yang ingin ia berikan pada Jeka telah tersusun diatas nampan, Yara melangkah dari dapur menuju kamarnya, mengetuk beberapa kali namun tak ada jawaban. Pikirnya, mungkin Jeka masih tidur karena pria itu mabuk berat semalam. Jadi, Yara membuka pintu kamarnya dan tercenung di ambang pintu ketika tak melihat siapapun diatas ranjang dan ranjangnya terlihat telah begitu rapi.

Ia melangkah masuk, meletakkan nampan diatas nakas sebelum mengecek kamar mandi. Kosong juga. Jadi, pagi itu Yara tahu kalau Jeka telah pergi dari rumahnya pagi-pagi sekali.

Lagi-lagi, ini sudah 2 minggu dan Yara rindu.

"Mbak, kok melamun? Nanti tersandung lagi, loh!"

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang