16; Berakhir

755 141 58
                                    

Menghela napas karena merasa lelah sudah jadi bagian hidup dari seorang manusia, tak terkecuali Yara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghela napas karena merasa lelah sudah jadi bagian hidup dari seorang manusia, tak terkecuali Yara. Hari ini, hari senin, hari yang cukup tak disukai oleh Yara, pekerjaannya menumpuk sekali. Berkas-berkas banyak yang masih tak tersentuh olehnya, tergelak tanpa dosa diatas meja kerjanya.

Jemarinya terasa begitu pegal karena terus mengetik, matanya perih hingga berair karena menatap layar komputer sejak pagi, dan kepalanya terasa mau pecah. Sungguh, kenapa ya hari senin itu menyebalkan sekali?

Yara memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandar pada sandaran kursi, memejamkan matanya sejenak karena rasa kantuk juga cukup menyita tubuhnya.

"Bu, maaf mengganggu! Sera bawakan es kopi!"

Yara yang baru beberapa menit memejamkan mata kembali membuka matanya ketika suara Sera menyapa telinganya, gadis itu meletakkan sebuah cup berisikan cairan berwarna cokelat susu di mejanya.

Ah, Sera memang yang terbaik.

"Terima kasih banyak, Sera! Kebetulan aku sedang mengantuk sekali," Kata Yara, meraih cup kertas itu dan meneguk beberapa kali.

Segar sekali rasanya kalau sudah minum kopi begini.

"Semangat, bu! Jam pulang masih 3 jam lagi, bisa kok menyelesaikan pekerjaannya tanpa harus dibawa pulang," Kata Sera, menunjuk beberapa berkas lagi yang harus Yara kerjakan.

Yara tersenyum, "Aku akan semangat dan menyelesaikannya dengan cepat!"

"Oke, semangat Bu! Sera juga akan bersemangat mengerjakan pekerjaan Sera," Kata Sera dengan kekehan sebelum meninggalkan Yara untuk pergi ke kubikel-nya sendiri.

Baiklah, mari kita berperang lagi dengan pekerjaan! Batin Yara.

Tepat pukul setengah 6 sore, Yara menyelesaikan pekerjaannya, gadis itu sungguhan telah membabat habis seluruh berkas yang diberikan padanya untuk ia kerjakan tanpa ampun. Yara akhirnya bisa bernapas dengan lega ketika ia telah memindahkan semua file ke sebuah flashdisk untuk ia berikan pada atasan.

Melirik cup kertas yang Sera berikan padanya tadi, Yara menyeruput kopi itu hingga tak bersisa, kopinya telah berubah rasa jadi hambar karena Yara membiarkan kopinya selama 2 jam lebih dan es batunya telah mencair.

Meremat cup kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah, Yara membawa flashdisk kecil itu untuk ia bawa ke lantai atas, dimana letak ruangan Niko berada. Setelah meminta izin pada Lia untuk masuk ke dalam ruangan Niko, Yara masuk dan mendapati Niko dengan sibuk menandatangani berkas di mejanya.

"Sudah selesai?" Tanya Niko ketika melihat presensi Yara dalam ruangannya.

Yara mengangguk, "Lain kali yang banyak lagi ya, pak!" Katanya sarkas dengan senyuman terpaksa.

Niko tertawa kecil, "Oke, besok-besok akan kuberikan pekerjaan yang lebih banyak, tenang saja!"

Yara mencibir, "Dasar menyebalkan!"

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang