18; Misi yang Gagal

702 146 54
                                    

Dengan 2 buah paper bag ditangannya, Nara mengetuk pintu ruangan divisi dimana Yara bekerja, membuka pintu setelah beberapa kali mengetuk pintu, semua pasang mata seketika tertuju pada Nara, begitu juga sosok Yara yang cukup kaget melihat presensi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan 2 buah paper bag ditangannya, Nara mengetuk pintu ruangan divisi dimana Yara bekerja, membuka pintu setelah beberapa kali mengetuk pintu, semua pasang mata seketika tertuju pada Nara, begitu juga sosok Yara yang cukup kaget melihat presensi Nara disini setelah 1 bulan lebih lamanya ia tak melihat Nara beserta bos si kekasih Niko itu.

"Halo, aku mencari Bu Yara!" Sapanya dengan suara ceria tanpa rasa canggung atau malu sedikit pun.

Gadis itu memang ekstrovert. Tipe manusia yang friendly dan ceria sekali seperti Niko.

Yara langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri Nara yang mengajaknya berbincang di luar ruangan, "Selamat sore, mbak Yara! Sudah lama tak bertemu."

Yara menyunggingkan senyuman lebar dengan anggukan, "Lama juga tak jumpa denganmu, Nara!"

Nara melihat paper bag di tangannya sejenak sebelum memberikannya pada Yara yang kebingungan menatap kedua paper bag berbeda warna itu, "Ini dari pak Jeka, beliau menitipkan ini pada saya untuk mbak Yara! Pak Jeka sedang meeting diatas dengan pak Niko dan beberapa petinggi perusahaan lainnya. Saya juga diberi amanat untuk menyampaikan pesan bahwa pak Jeka mengajak mbak Yara pulang bersama nanti!"

Yara menganga, ia terkejut bukan main dan berusaha mencerna dengan baik tentang kalimat yang barusan Nara lemparkan padanya. Dengan ragu Yara menerima paper bag itu dan membukanya, mendapati beberapa barang disana, "D-Dari pak Jeka?"

Nara mengangguk, "Nanti jangan pulang dulu ya, mbak! Pak Jeka antar pulang kalau beliau sudah selesai meeting."

Pipinya bersemu merah, membayangkan akan bertemu Jeka setelah sekian lama tak bertemu pria itu membuat Yara jadi malu dan antusias sendiri, "Terima kasih banyak, Nara!"

"Saya akan jadi pendukung nomer satu pak Jeka dan mbak Yara!" Seru Nara tiba-tiba dengan kekehan.

Pipi Yara makin bersemu merah, malu sekali ketika Nara berkata demikian kepadanya, "Aku juga jadi pendukung nomer satumu dengan Niko!"

Giliran Nara yang dihampiri rasa malu, gadis itu sampai menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangan, "Terima kasih, mbak Yara!"

Yara mengangguk, "Sudah selesai? Aku masuk dulu kalau sudah karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku agar bisa pulang tepat waktu dengan Jeka. Boleh?"

Nara mengangguk cepat, "Oh, tentu, mbak!"

Yara tersenyum dengan tersipu ketika menyadari bahwa ia baru saja mengatakan nama pria itu tanpa embel-embel pak. Astaga, Yara!

"Terima kasih, Nara!"

Mengatur ekspresi wajahnya sebelum masuk lagi ke dalam ruangan kerjanya, Yara memasuki ruangannya dengan 2 paper bag di tangannya, mendapati beberapa tatapan penasaran dari teman-teman yang ia abaikan.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang