4; Merasa Kembali

827 159 39
                                    

"Yara, sudah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yara, sudah siap?"

Yara yang sedang membereskan beberapa kertas penting di mejanya menoleh pada pintu, mendapati Niko yang menyembulkan kepalanya disana. Yara mengangguk, "Sebentar, tunggu sebentar lagi!" Jawabnya sebelum cepat-cepat membereskan mejanya yang terkesan berantakan karena pekerjaannya sangat banyak hari ini, itupun masih belum ia selesaikan semua, berniat menyelesaikan sesampainya di rumah nanti.

Pulang kerja ini Niko mengajaknya bertemu dengan klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja, sudah jadi kebiasaan bagi Niko mengajak Yara untuk bertemu klien di luar jam kerja alih-alih mengajak sekretaris-nya.

"Pekerjaan sangat banyak, ya?" Tanya Niko ketika Yara menghampirinya dengan sebuah tas yang talinya sudah terpasang di pundak.

Yara mengangguk dengan bibir mengerucut, "Jari-jari tanganku lelah sekali."

Niko tertawa, melarikan tangannya untuk mengusak rambut Yara. Hal lain yang sudah jadi kebiasaan Niko pada Yara, selalu mengusak rambut Yara kapan pun pria itu gemas atau jahil pada Yara.

Yara berdecak sebal, "Jangan diacak-acak! Kita masih harus bertemu klien, Niko!" Ketusnya kesal.

"Tidak berantakan, kok!" Kata Niko masih dengan senyuman tengil.

Yara hanya menatap Niko malas ketika keduanya telah memasuki elevator, "Kemarin di pesan katanya kau ingin cerita padaku, cerita apa?" Tanya Yara.

"Ah, iya! Untung saja kau mengingatkan, nanti saja di mobil."

Yara mengangguk, hingga keduanya turun dari elevator dan berjalan menuju mobil Niko yang ternyata terparkir di luar kantor, bukan di basement gedung perusahaan.

"Kenapa sih parkir di luar?" Tanya Yara sebal.

"Suka-suka aku lah!" Jawab Niko dengan tengil membuat Yara segera melayangkan tinjuan pada lengan Niko yang kelihatannya tak punya otot padahal kekar sekali.

Hingga ketika Niko berlari ingin menghindari pukulan lain dari Yara dan Yara yang berniat berlari mengejar Niko, Yara terhuyung begitu saja ke depan ketika kakinya tersandung sesuatu, membuatnya terjatuh dengan lutut yang menabrak paving jalanan yang kasar.

"Niko!" Teriaknya sebal sembari melihat lututnya yang mengeluarkan sedikit darah.

Tak bohong, perih sekali.

Sedang Niko yang tadinya masih asyik berlari langsung menghentikan langkah dan menoleh, terkejut bukan main ketika Yara terduduk di aspal dengan lutut yang terluka. Ia buru-buru menghampiri Yara dan melihat luka di lutut gadis itu, "Astaga, kau terluka!"

Yara mengerucutkan bibirnya, rasanya hampir menangis karena malu dan kesakitan. Bagaimana tidak malu kalau ia sekarang sedang jadi tontonan karyawan yang sedang menunggu jemputan atau ojek di pintu perusahaan, apalagi ini jam pulang.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang