24; Kebun Stroberi

697 111 57
                                    

"Selamat pagi, Mi Casa-nya Jeka!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Mi Casa-nya Jeka!"

Yara terkekeh, matanya masih sembab dan berat hingga susah terbuka ketika ia membuka mata pagi ini, "Selamat pagi, ganteng!"

Jeka meletakkan sendok sup di atas meja dapur dan menghampiri Yara yang duduk di meja makan sebelum memberi kecupan pada kepala gadis itu, "Bagaimana tidurmu?"

Yara menipiskan bibir, mengingat bahwa ia tak tidur dengan cukup baik semalam. Ia masih berpikir tentang ayahnya hingga membuatnya tidur tak tenang semalam. Omong-omong mereka masih tinggal di rumah Arkatama, Yara memutuskan untuk menginap supaya ia bisa dekat dengan ayahnya sedikit lebih lama lagi sebelum kembali ke kota dan melanjutkan kehidupannya.

"Biasa saja," Jawab Yara dengan kebohongan, tentu ia tak mungkin mengatakan pada Jeka kalau ia dibebani pikiran yang amat sangat besar karena ayahnya.

"Syukurlah, aku sudah buat sup kepiting! Sebenarnya tadi mbok sudah memasak, tapi tak ada makanan hangat, hanya ada gorengan. Jadi, aku berinisiatif untuk membuatkanmu sup kepiting yang hangat!"

Yara tersenyum, "Terima kasih!"

"Kuambilkan, ya?"

Yara mengangguk, membuat Jeka segera melangkah menuju dapur untuk menyajikan semangkuk sup kepiting.

"Dimana ayah? Sudah bangun?" Tanya Yara ketika Jeka sudah kembali dengan semangkuk sup.

"Sudah, sedang ada di halaman belakang untuk sarapan. Ayah memang suka sarapan di luar daripada di meja makan!" Jawab Jeka.

"Sarapan dengan siapa?"

"Dengan mbok, selama ini mbok yang selalu merawat ayah!"

Yara hanya menganggukkan kepalanya, menyendokkan sup itu ke dalam mulut sembari berpikir bahwa ia harus berkenalan dengan mbok yang Jeka maksud karena sejak kemarin ia disini, ia belum bertemu dengan mbok sama sekali.

"Nanti mau jalan-jalan tidak? Ada kebun stroberi di dekat sini," Tawar Jeka, duduk di seberang Yara.

"Boleh."

"Ah, orang suruhanku sudah mengantarkan pakaian ganti untuk kita! Aku meletakkannya di kamar yang kugunakan, nanti ambil saja kalau kau hendak mandi!"

"Iya."

Hingga ketika Yara telah menyelesaikan acara sarapannya, ia dan Jeka kompak menoleh pada pintu ketika suara pintu terbuka berbunyi, menampakkan sosok ayahnya dengan seorang wanita paruh baya yang mendorong kursi roda milik Arkatama.

"Selamat pagi, nak! Sudah bangun?"

Yara hanya mengulas senyuman, sejujurnya masih terlalu kaku untuk berbicara santai dengan ayahnya setelah apa yang mereka lewati selama ini.

"Ayah sarapan apa?" Tanya Yara, melirik sebuah mangkuk kecil di pangkuan Arkatama.

"Bubur, ayah selalu makan bubur sejak sakit. Sudah tidak bisa makan nasi atau lauk lain lagi," Jawab Arkatama dengan tatapan sendu menatap mangkuk di pangkuannya.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang