38; Jadi Empat

607 107 21
                                    

(mohon perhatikan percepatan alur dan waktunya!)

tadi ada yang minta double up hehe karena udah lama ga ngasih double up, so here we goooo!

enjoy! 💜✨

"Kok kamu akhir-akhir ini setiap pagi keliatannya seperti pucat terus?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok kamu akhir-akhir ini setiap pagi keliatannya seperti pucat terus?"

Yara yang sedang menggunakan skincare di depan meja rias langsung memegang wajahnya, "Masa, sih? Tidak kok!"

"Iya, kau biasanya tidak sepucat ini. Kau sakit? Atau kelelahan?"

Yara menggeleng, "Aku baik-baik saja."

"Kalau lelah istirahat saja, oke? Aku bisa panggil cleaning service untuk membersihkan rumah, soal Abel juga jangan dipikirkan karena Abel sudah mulai bisa mengurus dirinya sendiri di usianya yang ke 5 ini. Kulihat kau terlalu banyak kegiatan, ya kerja, ya mengurus rumah, ya mengurus aku, ya mengurus Abel. Kau sering kali melupakan kesehatanmu sendiri," Begitu omel Jeka panjang lebar sembari memakai kaos kaki hitamnya.

"Kau juga tak perlu khawatir, aku akan istirahat kalau merasa lelah. Mungkin hanya masuk angin atau--"

"Lihat, kau tak enak badan, 'kan?" Cerca Jeka, menunjuk Yara yang kini sedang menatapnya melalui cermin.

Perempuan itu akhirnya menghela napas, "Sedikit saja, kok! Pinggulku juga terasa lelah akhir-akhir ini. Apa aku sudah setua itu sampai suka pegal-pegal?"

"Nanti malam kupijat, ya?"

Yara mengangguk, membubuhkan bedak pada wajahnya sebelum memoles lipstick pada bibirnya. Ia akan bekerja pagi ini, diantar Jeka sekalian mengantar Abel sekolah.

"Bunda, bunda!"

Mendengar teriakan sang putri disusul oleh pintu kamar yang terbuka, Yara menghentikan kegiatannya memoles lipstick ketika mendapati Abel masuk kamar dengan berlari kecil.

"Jangan teriak begitu, nak!" Peringat Jeka, merapihkan setelannya sendiri di kaca full body.

"Bunda, Abel lupa kalau kemarin disuruh bu guru membawa crafting paper!" Kata Abel dengan raut sedih, memeluk pinggang ibunya, "Bagaimana, bunda? Maafkan Abel, Abel lupa," Lanjut gadis kecil itu.

"Jeka, bukannya kau punya kertas lipat di laci meja kerjamu?"

Jeka menoleh pada istri dan anaknya, "Hah? Mana mungkin aku punya begitu di laci meja kerjaku!"

"Ada, waktu itu Abel membelinya ketika kita pergi ke toko buku dan kalian membuat banyak sekali kerajinan dari kertas lipat di ruang kerjamu. Kau tak ingat?"

Jeka menggeleng, "Aku tak ingat, tapi akan aku carikan!" Begitu katanya sebelum berlalu dari kamar menuju ruang kerjanya guna mencari si kertas lipat yang putrinya butuhkan untuk dibawa ke sekolah pagi ini.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang