32; Memancing

580 114 34
                                    

halooo, i'm back!
maaf yaa kemaren lama ga update karena uas dan banyak tugas juga huhu

ga double update tapi cerita ini panjang kok hehe
enjoy, guys! <3

ga double update tapi cerita ini panjang kok heheenjoy, guys! <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeka..."

Mendengar rengekan manja dari istrinya membuat Jeka langsung mengalihkan fokus dari layar laptop menuju Yara yang sedang bersandar pada sandaran ranjang, tadinya istrinya itu sedang membaca buku tentang parenting.

Ah, mereka juga sudah kembali bersama. Lebih tepatnya, Yara sudah mau bertemu dengan Jeka dan kini malah lebih menempel. Kalau tadinya tidak suka bau tubuh atau parfum Jeka, kini jadi suka sekali sampai tidak mau jauh-jauh dari Jeka. Hari itu, ketika Jeka baru saja selesai bermain catur bersama kakek dan papanya, Jeka tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan sang bunda dan istri di rumah.

Sore itu, Callia bilang kalau Yara rindu pada Jeka sejak hari sebelumnya, bahkan malamnya sampai tidak bisa tidur, tapi masih belum ingin bertemu walau rindu. Lalu tiba-tiba saja ketika pulang dari kerja diantar Niko, Yara berkata dengan terburu-buru pada Callia bahwa dirinya ingin bertemu Jeka detik itu juga dan Callia langsung menyetujui untuk bertemu sang putra.

"Ada apa?"

"Mau memancing."

Jeka mengernyit, "Memancing? Sore-sore begini?"

Yara mengangguk, menutup buku di tangannya dan meletakkannya diatas nakas, "Tapi tidak mau di kolam pancing, maunya di kolam belakang rumah. Kolam ikan milik papa!"

Jeka menatap Yara tak percaya, "Mana mungkin papa menyetujui, cantik? Itu ikan-ikan hias kesayangan papa, kau tahu kalau--"

"Aku tak mau tahu, pokoknya aku mau memancing di kolam ikan milik papa!" Tukas Yara kesal, menuruni ranjang sembari mengomel, "Kalau tidak mau mengantar ya sudah, aku bisa minta antar pak supir atau Niko! Kau itu memang selalu sibuk dengan pekerjaan! Pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan! Sana menikah saja dengan pekerjaan!" Marahnya sebelum hilang dibalik pintu kamar mandi.

Sedang Jeka yang mendapat omelan hanya bisa memijat pangkal hidungnya karena pusing, sudah pusing masalah pekerjaan, pusing masalah istri yang sedang hamil pula. Padahal bukan maksud Jeka tak ingin mengantar, ia hanya takut kalau papanya melarang karena di kolam ikan belakang rumah itu berisi ikan-ikan hias kesayangan sang papa yang beliau urus sejak turun dari jabatan menjadi CEO dan memberikan jabatan pada sang putra.

Benar kata bundanya, ia memang harus banyak-banyak menyimpan stok kesabaran untuk menghadapi istri yang sedang hamil. Jeka merasakan sendiri selama 5 hari kembali tinggal bersama Yara yang kandungannya kini sudah berusia 6 bulan.

Yara yang sebelumnya sungguh penyabar dan imut kini berubah bak monster, jadi suka marah-marah dan manja. Banyak hal yang Jeka lakukan jadi salah di mata Yara, padahal Jeka juga sudah melakukan hal itu sejak lama, seperti bekerja di ruang kerja misalnya. Menurut Yara, kalau Jeka suka berlama-lama di ruang kerja, tandanya Jeka tak sayang pada dirinya dan calon anak mereka. Padahal Jeka di ruang kerja juga tidak untuk bersenang-senang, tidak menonton film, bermain game, atau pesta, Jeka 'kan bekerja. Akhirnya Jeka memilih untuk mengalah dan menuruti kemauan Yara agar Jeka mengerjakan seluruh pekerjaan di dalam kamar.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang