"Jadi pesan menu yang mana, Yar?"
Yara yang masih membolak-balik buku menu sejak buku hitam besar ini diserahkan oleh pelayan jadi mengerucutkan bibirnya karena bingung menguasai kepalanya. Ada banyak menu yang tersaji di restoran mewah ini, banyak jenis makanan, banyak jenis harga, sampai banyak jenis rupa pula. Sudah 5 menit lebih rasanya Yara melihat menu, tapi tak ada satu pun yang berhasil menarik perhatiannya untuk makan malam kali ini.
Matanya berganti menatap Niko setelah sejak tadi terfokus pada buku menu, "Aku tak ingin apapun."
Sudah bisa Yara tebak jawaban Niko, "Tidak ada yang seperti itu! Kau tidak boleh tidak makan malam, ingat kata bunda kalau ingin atau tidak, kau harus memaksakan makanan masuk ke dalam tubuhmu."
Yara berdecak kecil, "Mbak nanti saya panggil lagi, ya? Pesanannya untuk saat ini itu dulu saja!" Katanya pada pelayan yang sejak tadi menunggu Yara memilih karena di meja berisikan 4 orang ini, hanya Yara yang belum bisa memutuskan makanan apa yang ingin ia lahap untuk jadi santapannya makan malam.
Setelah pelayan pergi, Yara kembali melihat buku menu, menarik perhatian 2 manusia yang duduk di seberang dirinya dan Niko. Klien yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaan itu mengulas senyuman, "Apa tidak ada yang menarik dari menu di restoran ini? Padahal tiap kali saya mengajak klien makan disini, mereka selalu puas karena selain tempatnya bagus, pelayanan dan makanannya juga baik!"
Yara jadi merasa tidak enak, maka dirinya tersenyum canggung dengan gelengan kecil. Bukan seperti itu maksudnya.
"Sekretaris saya ini sedang hamil, pak! Usia kandungannya sudah menginjak 5 bulan, seiring bertambahnya usia janin, dia jadi suka pilih-pilih makanan dan tak semua jenis makanan bisa masuk ke dalam perutnya, kalau dia memakan sesuatu yang tak sesuai akan jadi mual. Jadi, mohon pengertiannya!" Jelas Niko panjang lebar sebelum Yara membuka mulut.
"Ah, jadi anda hamil? Astaga, maafkan saya! Saya tidak tahu kalau anda hamil, saya kira bu Yara ini masih muda dan belum menikah," Ucap pria paruh baya itu.
Yara tak menyalahkan juga sih, ia dan Niko datang duluan tadi. Jadi, mungkin klien dan sekretaris-nya itu tak lihat kalau perut Yara sudah membesar.
"Tidak apa-apa, pak! Maafkan saya juga karena jadi mengulur waktu," Ucapnya tak enak.
"Jangan pikirkan itu, kita masih punya banyak waktu karena ini di luar jam kantor! Pilih saja makanan mana yang anda inginkan, jangan sampai tak sesuai dan membuat anda mual."
Yara tersenyum lebar dan mengangguk, bersyukur karena klien yang satu ini pengertian sekali.
"Apa bu Yara ini istrinya pak Niko?" Tanya sekretaris klien.
Niko menggeleng, menanggapi dengan santai karena sudah sering mendapatkan pertanyaan seperti ini. Bahkan sebelum dikira pasangan suami istri, dulu mereka juga sering dikira sebagai pasangan kekasih, "Saya sahabatnya sejak SMA dan suaminya ini sahabat saya juga, sahabat dekat saya sejak SMA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Mi Casa
Fanfic𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑱𝒆𝒌𝒂, 𝒀𝒂𝒓𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑴𝒊 𝑪𝒂𝒔𝒂-𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒆𝒌𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈, 𝒌𝒆𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂, 𝒌𝒆 𝑴𝒊 𝑪𝒂𝒔𝒂-𝒏𝒚𝒂. 𝑴𝒂𝒖𝒌𝒂𝒉 𝒀𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒖 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝑱𝒆𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆 𝑴...