Bertemu lagi dengan hari senin.
Hari dimana Yara membenci pembukaan minggu baru itu. Sudah seperti perkiraannya, senin ini chaos sekali dengan berbagai macam laporan dan pekerjaan yang harus ia selesaikan, belum lagi tadi team divisi-nya ada sedikit masalah dengan divisi lain, untung saja mbak Jihan, atasan di divisi Yara segera bergerak cepat untuk meluruskan segalanya.
Pokoknya senin kali ini benar-benar membuat Yara lelah secara batin, raga, dan mental.
"Mbak, makan siang dulu, yuk? Laporannya dikerjakan nanti lagi."
Yara menghela napas ketika Sera menyadarkannya, ini sudah lewat 10 menit sejak jam istirahat kantor tiba, tapi ia menunda makan siang karena ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan, "Ya Tuhan, Sera maafkan aku! Kau pasti sudah lapar sekali saat ini, ayo kita makan siang, mbak yang traktir."
Wajah semangat kemerdekaan mendadak muncul pada muka Sera, "Serius, mbak?"
Yara mengangguk seraya bangkit dari duduknya, meraih ponsel dan dompetnya sebelum menerima uluran tangan dari Sera dan mereka melangkah sembari bergandengan tangan keluar ruangan. Baru saja mereka melewati pintu kantor divisi Yara dan Sera bekerja, keduanya telah dikejutkan oleh sosok Jeka yang baru akan memasuki ruangan.
"Selamat siang, pak Jeka!" Sapa Yara kaku sembari membungkuk kecil, disusul Sera.
Sedang Jeka yang seperti tertangkap basah mendadak tegang, dengan canggung ia mengulas senyuman, "K-Kau sudah makan siang?"
Yara terdiam selama 3 detik sebelum menunjuk dirinya sendiri, "Saya, pak?"
Jeka hanya menjawab dengan anggukan, masih dengan gerak tubuh yang kaku sekali.
"Belum, pak! Saya baru akan makan siang dengan teman saya."
Jeka mengangkat kedua alisnya sebelum mengangguk, "O-Oh, oke. Nanti pulang dengan saya, ya!"
"Maaf pak--"
Jeka menggeleng cepat, kini tanpa kekakuan, "Saya tidak mau dengar penolakan, nanti saya tunggu disini! Sekarang saya harus pergi dulu untuk rapat, nanti sore saya kembali lagi kesini."
Dia masih sama. Masih Jeka dulu yang tak suka ditolak ajakannya oleh Yara.
"B-Baik pak!"
Jeka menghela napasnya, menunjuk Yara dan Sera bergantian dengan cepat, "Kalian jangan sampai melewatkan makan siang. Saya pergi dulu!"
Selepas kepergian Jeka dari hadapan mereka, Yara dan Sera saling bertukar tatapan bingung, terlebih lagi Sera, "Bapak itu CEO yang akan kerja sama dengan perusahaan kita 'kan, mbak?"
Yara mengangguk, mengajak Sera untuk kembali berjalan menuju elevator, "Iya."
Sera mendekat pada Yara, berbisik di telinga gadis itu ketika sadar bahwa mereka sedang bersama orang lain di box elevator yang sempit ini, "Jangan bilang bapak itu menyukai mbak Yara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Mi Casa
Fanfic𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑱𝒆𝒌𝒂, 𝒀𝒂𝒓𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑴𝒊 𝑪𝒂𝒔𝒂-𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒆𝒌𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈, 𝒌𝒆𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂, 𝒌𝒆 𝑴𝒊 𝑪𝒂𝒔𝒂-𝒏𝒚𝒂. 𝑴𝒂𝒖𝒌𝒂𝒉 𝒀𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒖 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝑱𝒆𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆 𝑴...