Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang Yara tunggu-tunggu akhirnya tiba juga, tepatnya adalah hari dimana cutinya telah berakhir dan ia harus masuk kerja lagi. Setelah mengambil cuti 2 bulan, Yara yang tadinya benci bekerja jadi sadar kalau pekerjaannya sangat berarti baginya. Ia rindu segala hal tentang yang namanya bekerja, rindu teman-teman, rindu Sera, rindu berkas, rindu komputer, rindu ruangan divisi-nya, rindu senin yang hectic dan chaos, serta masih banyak lagi hal yang wanita itu rindukan.
Saking excited-nya akan kembali masuk bekerja hari ini, Yara sudah bangun pagi-pagi sekali, kira-kira tadi pukul 5 pagi untuk segera beranjak dari kamar menuju dapur dan langsung berkutat dengan bahan masakan dan alat penggorengan guna membuat sarapan untuknya dan sang suami yang masih terlelap. Tak ada yang spesial dari masakan Yara pagi ini, hanya kari ayam dengan telur mata sapi yang digoreng dengan oliveoil karena suaminya itu mengurangi pemakaian minyak goreng untuk kesehatan, tapi kalau jajan gorengan di luar juga masih sering.
Sembari menunggu kari ayamnya matang sempurna, Yara melepas apron dan berlari kecil menuju kamar dimana Jeka masih terlelap dengan tubuh yang terbalut dengan selimut tebal. Semalam suaminya itu mengeluh kedinginan karena sudah jadi kebiasaan bagi Jeka untuk tidak memakai baju apapun untuk menutupi badannya, hanya mengenakan celana pendek saja.
Yara mematikan pendingin ruangan, menyalakan lampu, dan membuka tirai jendela, membiarkan cahaya pagi memasuki ruangan kamar mereka berdua. Melihat Jeka yang masih tertidur dengan dengkuran membuat wanita itu menghela napas, pekerjaan yang paling susah baginya setelah menyandang status sebagai seorang istri adalah membangunkan suami. Pasalnya Jeka ini susah sekali kalau dibangunkan.
"Jeka, sudah hampir pukul setengah 7 pagi!"
Tak ada pergerakan sedikit pun dari Jeka ketika Yara mencoba membangunkannya hanya dengan suara. Sembari berkacak pinggang wanita itu melangkah duduk di pinggiran ranjang dan menepuk sisi kiri pipi suaminya beberapa kali, "Jeka!"
"Jeka!" Seru Yara sekali lagi dengan nada yang makin meninggi.
Sabar sabar saja jadi istri seorang Jeka yang kalau sudah tidur seperti orang mati, mungkin kalau ada gempa bumi atau kebakaran pun pria ini tak peduli. Yara juga sudah pernah diingatkan oleh kakek Ares, papa, dan bunda ketika mereka mengadakan pertemuan dua keluarga, kalau Jeka ini susah sekali dibangunkan dari tidur dan ya-- disinilah Yara berada, sedang berjuang membangunkan suaminya.
Selama menikah Yara tak pernah membangunkan Jeka, hanya pernah sekali itu pun ketika Jeka ketiduran di sore hari. Biasanya setiap pagi Jeka akan bangun sendiri karena pria itu bangun lebih awal dari Yara, tapi karena mereka harus pergi bekerja pagi ini, Yara harus membangunkan suaminya.
Yara memutar bola matanya, mendekat pada telinga Jeka dan berkata dengan pelan, "Jeka, sudah pagi!" Katanya sembari menyibak selimut.
Baiklah, kira-kira Yara berhasil membangunkan Jeka setelah berusaha lebih giat lagi dalam berbisik di telinga Jeka, membutuhkan waktu lama sekali baginya untuk berhasil membangunkan Jeka. Untung saja Jeka mau bangun dan membuka mata, kalau tidak, tadi Yara sudah berniat meninggalkan Jeka dan pergi ke kantor menaiki bus.