DUA PULUH SATU

5K 430 3
                                    

Andra berlari meninggalkan mobilnya begitu saja, setelah sampai di depan pintu utama. Membiarkan mesin mobilnya yang masih menyala dan meninggalkan tas kerjanya disana. Dia kehilangan rasa tenangnya saat Jeana sama sekali tidak mengangkat panggilanya. Satu pun tidak ada jawaban. Bahkan Ian juga tidak menjawabnya.

"Jeana? Jean!" teriak Andra saat memasuki rumah. Hening. Tidak ada suara yang biasa menyambutnya selarut apapun Ia pulang. Ini masih jam 5 sore, keheningan ini lebih sunyi dari pukul 9 malam.

"Gisel? Sel!!"

"Bapak sudah pulang?" tanya Mbak Iis, asisten rumah tangga Andra yang datang tergopoh dari belakang.

"Kok sepi Mbak? Ibu mana? Gisel juga."

"Non Gisel dikamar Bapak, katanya mau nunggu Ibu pulang."

Dahi Andra mengernyit. "Gisel tidak pulang sama Jeana dari sekolah?"

"Tidak Pak. Non Gisel pulang sama.. Bu Hana tadi jam 3 sore." mbak Iis tampak gugup mengucap nama Hana.

"Hana?"

"Iya Pak."

Andra menelan ludah dengan berat. Keringatnya semakin membanjiri sekujur tubuhnya. Dia berdeham pelan sebelum mengucap terimakasih kepada Mbak Iis dan melangkah menaiki anak tangga. Sepertinya Ia butuh mandi lebih dulu untuk sekedar menjernihkan pikirannya.

Gisel mendongak dengan cepat saat Andra membuka daun pintu. Hanya beberapa detik, karena kepala Gisel kembali telungkup diatas lututnya. Antusiasmenya meluruh mendapati bukan Jeana yang membuka pintu kamar.

"Gisel, mau hadiah apa dari Papi?" tanya Andra lembut setelah berhasil duduk disamping Gisel.

"Kenapa nggak datang?" tanya Gisel masih dengan posisi yang sama. Suaranya semakin lirih, tenggelam diantara lututnya.

Andra mengerjap gugup, Ia merasa sedikit aneh karena Gisel tidak berteriak padanya seperti biasanya. Kali ini suaranya begitu pelan."Papi.. tadi masih ada pekerjaan yang nggak bisa ditinggal sayang. Maaf ya?"

Kepala Gisel mengangguk pelan, Ia beranjak pelan dari posisi duduknya dan menuruni ranjang dengan lesu. Perlahan Ia menyeret langkahnya keluar kamar Andra tanpa berkata apapun lagi.

¤¤¤

"Om Ian, Mami disana?" tanya Gisel setelah berhasil menghubungi Julian lewat ponsel Mbak Ani.

"Mami nggak ada mampir kesini Princess. Terakhir ngobrol tadi pagi dan bilang mau pergi antar Gisel kesekolah."

Gisel melirik Mbak Ani yang duduk disampingnya sebentar, sebelum menolehkan wajahnya dan membelakangi Mbak Ani. "Gisel tadi diajak Mami Hana makan siang, jadi Gisel nggak bisa cari Mami pas udah makan, Mami Hana ajak Gisel pergi langsung. Apa Mami masih nungguin disekolah ya?"

Disebrang sana Julian mulai gelisah. Setelah kembali ke kantor usai makan siang dengan Jeana dan Val, Ia belum menghubungi Jeana sama sekali karena ponsel Jeana dimatikan. Tidak ada tanda-tanda Jeana mampir kerumahnya karena kulkasnya masih kosong. Jeana berkata akan mampir usai belanja untuk mengisi kulkas disini.

"Princess, I'll call you later. Om coba tanya tante Val ya? See you Princess."

"Val?" sapa Julian setelah Val menerima panggilanya pada dering ketiga.

"Yap."

"Jeana disana?"

"Gue baru kelar ketemu klien Bang. Dia tadi minta diantar ke Joyganic karena ada sedikit masalah dengan supplier. Belum balik?"

"Belum. Gisel barusan telpon, nyariin Maminya."

"Wait, Gue telpon ke Joyganic dulu." Julian bergegas menggambil jaket dan kunci mobil. Bersiap menjemput Jeana, dimana pun Dia berada.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang