TIGA PULUH TIGA

5.8K 400 13
                                    

Sepasang mata Andra menatap haru pada kotak inkubator yang menaungi putri kecilnya. Karena lahir prematur, bayi kecilnya untuk sementara waktu harus tinggal didalam inkubator.

"Kondisi kesehatan bayi yang terlahir prematur sangat memerlukan perhatian khusus. Dengan memasukkan bayi ke dalam inkubator di ruang perawatan intensif neonatal (NICU), dokter dan perawat dapat memantau dan mengukur detak jantung, suhu tubuh, pernapasan, kadar oksigen, serta tekanan darah bayi." jelas Dokter Ginar semalam. Kebetulan Dokter Ginar baru saja membantu persalinan seorang pasien.

"Sebelumnya kondisi Ibu Jeana menurun karena pola makan dan tingkat stresnya yang cukup tinggi. Hal ini bisa menjadi pemicu kelahiran bayi prematur. Sepertinya Ibu Jeana kurang mengontrol tingkat stresnya setelah kondisinya yang sempat menurun. Syukurlah bayi Pak Andra dan Ibu Jeana lahir dengan selamat dan sehat."

"Setelah ini, Saya minta tolong untuk betul-betul menjaga tingkat stres Ibu ya Pak." peringat Dokter Ginar sebelum Andra pamit dari ruanganya.

Andra menghela nafas panjang saat ingatannya terputar pada percakapannya dengan dokter Ginar. "Hai sayang." suara Andra bergetar "Maaf, karena Papi masih saja gagal memberikan yang terbaik buat kamu dan Mami." bisik Andra. Tatapanya masih lekat pada putri kecilnya yang tidur dengan tenang disana.

"Mirip sama lo." Andra menoleh saat mendengar suara Ian. Laki-laki itu berdiri bersandar di samping tembok yang tidak berhadapan langsung dengan dinding kaca. Pantas saja Andra tidak menyadari kehadiranya.

"Mungkin karena Jean sebel sama gue selama masa hamil." Andra menyungging senyum kecut.

Ian terkekeh mendengar sebuah mitos yang Andra ucapkan. "Gue juga pernah dengar gituan sih. Dan baru percaya karena adik gue sendiri mengalaminya." Ian melangkah maju, mendekat pada dinding kaca yang menampakan keponakan cantiknya yang sedang tertidur dengan nyenyak. "Sebaiknya lo balik ke kamar. Gue nggak mau kejadian kemarin terulang lagi."

Kemarin, setelah selesai mengadzani putri kecilnya, tubuh Andra gemetar hebat. Pandanganya mulai kabur karena kepalanya terasa berat. Beruntung, Ia berhasil menyerahkan bayi cantiknya kepada suster sebelum jatuh pingsan bersamanya.

Andra terkekeh saat melihat tanganya yang terinfus. Kali ini Ia tidak mau ceroboh dengan menarik infusnya seperti aksi heroiknya kemarin. Ia harus sehat, Andra ingin membantu Jeana mengurus bayi mereka.

"Nggak mau ketemu Jean dulu? FYI Dia udah bangun sejak tadi pagi."

"Nanti gue kesana bang." Andra sebenarnya sudah menjenguk Jeana semalam. Saat semua orang terlelap, setelah sadar dari pingsanya Ia datang ke ruangan Jeana. Wanita itu masih terlihat pucat dalam lelapnya.

¤¤¤

Senyum Jeana mengembang lebar saat melihat bayi kecilnya terlelap dengan tenang didalam inkubator. Kedua matanya berbinar haru setiap menatap bayinya yang begitu munggil. Bayi kecil yang Ia sebut sebagai keajaiban dalam hidupnya.

"Suster.. ini aman 'kan?" tanya Jeana saat memposisikan putri kecilnya dalam dekapan.

"Aman Bunda. Selimutnya tebal." ucap suster menenangkan.

Jeana terkekeh pelan melihat putrinya mulai mengenali dirinya. Kemarin Ia sudah bertemu dengan bayinya walau hanya sebentar sebagai inisiasi dengan bayinya. Setiap harinya Dokter memberi waktu setengah jam untuk bertemu dengan baby. Membiasakan bayinya untuk menerima ASI darinya secara langsung.

"Hi baby, Mami is here." bisik Jeana lembut.

Satu hal yang sangat Jeana syukuri adalah anaknya berhasil lahir dengan selamat. Ia tidak akan mengeluhkan usia bayinya yang belum genap dan harus terlahir prematur. Ia tidak peduli. Yang Jeana pedulikan hanyalah bayinya selamat.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang