"Wait." tahan Jeana saat langkah mereka ada di ujung tangga teras rumah orang tua Andra. "Penampilan Saya... how? Saya gugup." Aku Jeana tanpa menutupi rasa gelisahnya.
Sepanjang perjalanan Jeana berkali-kali menanyakan itu. Dengan sabar Andra menjawab dengan gelengan halus serta senyum. Berusaha menenangkan Jeana. "Kamu sudah cantik. Ayo masuk, sudah ditunggu didalam."
Jeana memperhatikan penampilanya sekali lagi. Dress hijau toska tanpa lengan dengan ikat pinggang berwarna putih itu tampak manis melekat ditubuhnya. Ia masih mengenakan kitten heels setinggi 7 cm dan sukses mendapat protesan dari Andra. Rambut sebelah kirinya Ia tarik kebelakang dengan sebuah jepit berbentuk capung. Menampakan garis rahang Jeana yang semakin mempesona.
Suasana rumah orang tua Andra tampak tenang saat mereka berhasil masuk ke ruang tamu. Andra memanggil orangtuanya juga Gisel. Sebuah sahutan dari bagian rumah lain terdengar.
"Papii.. "seru Gisel yang berlari dari arah samping kanan rumah. Andra menyambut putri kecilnya. Langsung menggendongnya.
"Princess Papi sudah wangi." sapa Andra sambil menciumi pipi Gisel.
Gisel tertawa geli mendapat serangan ciuman dari sang Ayah. "Udah dong. Oma tadi yang mandiin." Tatapan Gisel jatuh pada Jeana yang masih berdiri di samping Andra. Menatap mereka dengan dalam. "Kenapa Papi ajak tante Jeana sih." bisik Gisel yang masih terdengar oleh Jeana.
"Oma mau ketemu sama tante Jeana sayang." sebuah suara menyahuti bisikan Gisel yang terlalu keras. Hesti, Ibu Andra. Wanita pertengahan 50-an itu tersenyum tipis menyambut Jeana yang masih berdiri tegak dimana Andra melepas genggaman untuk menggendong Gisel. "Saya Hesti, Mama Andra."
Melirik Andra sekilas, sebelum dengan kaku Menerima uluran tangan Ibu Andra. "Jeana tante."
"Pi, besok anterin Gisel beli jepitan rambut baru ya? Gisel mau yang bentuk capung." bisik Gisel. Andra melirik pada Jeana yang terkekeh pelan. Dia paham apa yang ditertawakan oleh Jeana saat Ia melihat jepitan milik Jeana. Sepertinya Gisel sangat menyukai penampilan Jeana.
Nice.
¤¤¤
"Andra akan menikahi Jeana dua minggu lagi, Pa." ucap Andra setelah makan malam yang berlangsung dengan hening telah selesai. Mereka berpindah duduk di ruang keluarga dengan Gisel yang sedang bermain game dengan tabletnya.
"Kok cepet banget? Memangnya cukup untuk persiapan pernikahan kalian?" tanya Mama Andra. Jeana meremas kedua tanganya. Takut akan reaksi Mama Andra kalau tahu Dia sidah hamil duluan.
"Kami mau pernikahan yang sederhana saja, Ma. Hanya kerabat dekat saja."
"Iya tapi kenapa secepat itu? Bahkan Mama dan Papa baru lihat Jeana sekali ini. Memang Gisel juga sudah setuju?" kejar Mama Andra masih belum habis pikir.
"Gisel-"
"Setuju. Iyakan sayang?" potong Andra tak memberi kesempatan pada Gisel untuk membantah.
Dengan wajah cemberut, Gisel mendengus dan mengangguk. Gadis kecil itu kembali menekuri layar tabletnya lagi.
"Kapan Papa harus melamar Jeana secara resmi ke orang tua Kamu?" tanya Lukman.
Jeana menoleh ke arah Andra sekilas. "Kalau satu minggu lagi bagaimana?" tanya Jeana. "Orang tua Saya sudah tidak ada, hanya Kakak Saya yang akan jadi walinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Take You
General FictionTake and Give Seharusnya seperti itu juga cara kerja untuk semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Tapi Jeana merasa Dia too much to give, dan terdengar terlalu serakah karena Ia menginginkan lebih banyak hal untuk diterima dan dimiliki. Karena sedar...