LIMA

7.1K 512 9
                                    

Jeana mengibaskan topi sebentar. Mengusir hawa panas yang sedikit menyengat. Ia membuka ransel dan mengeluarkan sunblock. Mengoleskan pada lenganya yang terbuka.

"Tante pakai apa?"tanya Gisel mulai tertarik.

Mereka sedang duduk berdua di salah satu kursi beton dengan beberapa pepohonan yang meneduhkan. Sementara Andra sedang membelikan minuman yang di inginkan Gisel.

"Sunblock." jawab Jeana pendek.

"Sun itu matahari kan?" tanya Gisel. Jeana mengangguk. "Terus pakai itu buat apa? Kan sudah ada matahari di atas."

"Ini supaya kulitnya tidak gosong karena terkena sinar matahari. Sini lengan Gisel, tante pakein." tawar Jeana. Ia sangat menyayangkan melihat kulit putih susu Gisel menjadi kemerahan karena terkena sinar matahari.

Gisel dengan cueknya mengulurkan lengan. Jarak duduk mereka cukup jauh karena Gisel masih anti denganya. Dengan senyum jailnya, Jeana menarik lengan Gisel. Menggeser Gisel sampai mendekat padanya. Gisel memekik kesakitan dan juga sebal. "Sakit tante. Gisel aduin Papi loh."

Jeana tak menghiraukan ancaman Gisel. Ia mulai mengoleskan sunblock ke lengan juga kaki Gisel, karena gadis cilik itu memakai celana pendek. "Besok-besok tante beliin body lotion khusus untuk Kamu." Jeana lalu mengeluarkan ikat rambut yang selalu Ia lingkarkan di pergelanganya.

"Mau ngapain?" tanya Gisel memegang rambut panjangnya.

"Mau tante iket. Biar kamu nggak risi karena rambut kamu nempel dileher." tak menunggu jawaban Gisel, Jeana mulai menyatukan rambut Gisel menjadi satu ikat di atas kepala. Membentuk ekor kuda. Ia juga menggulung rambut Gisel dan menjepitnya dengan jepit yang Ia temukan didalam ranselnya.

"Rambut tante kenapa nggak di ikat?" tanya Gisel.

Jeana tak menjawabnya. Ia menggulung asal rambutnya. Menyisakan anak rambut yang masih melambai di bagian pinggir.

"Maaf, lama ya?" Andra datang dengan senyum lebarnya. Sebenarnya Ia selesai membeli minuman sejak tadi, Ia hanya terpesona saat Jeana memakaikan lotion pada lengan dan kaki Gisel.  Menggulung rambutnya agar Gisel tidak merasa risi karena rambutnya menempel di leher akibat keringat.

"Terimakasih." Ucap Jeana menerima sebuah minuman rasa lemon yang diberikan Andra.

"Habis ini makan dulu ya?" tanya Andra. Karena tidak merasa pertanyaan itu untuknya Jeana dengan santai masih menikmati minukan lemon yang hampir setengah Ia teguk.

"Gisel mau burger."

¤¤¤

"Pi, beli topi dulu. Di bianglala pasti panas." rengek Gisel yang berada digendongan Andra dengan suara pelan.

"Kan sudah sore sayang. Adem kok nanti, anginya juga kenceng." sahut Andra. "Rambut Gisel juga sudah di gulung sama tante Jeana."

Gisel cemberut mendengar kalimat Ayahnya. Dia melirik sebentar ke arah Jeana yang berjalan di samping kiri Andra. Gadis kecil itu mendekatkan mulutnya pada telinga Andra. "Gisel pengen topi, tante Jeana aja pakai topi." Andra tersadar kalau Gisel ingin meniru gaya Jeana.

Sepertinya Jeana juga mendengar kalimat Gisel. Makanya Ia jadi tersenyum meledek Gisel. Membuat gadis cilik itu semakin cemberut. Andra berhenti saat menemukan sebuah toko yang menjual aksesoris dufan. Dia membiarkan Gisel berkeliling memilih topi. Tapi putri kecilnya itu menghela nafas bosan saat tak ada topi yang menarik perhatianya.

"Nggak jadi deh. Nggak ada yang bagus."

Jeana mendengus melihat tingkah Gisel. Anak itu sangat lucu juga menyebalkan diwaktu yang bersamaan. Jangan lupakan sifat manjanya yang sangat super itu.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang