"Kamu mau kemana Jean?" tanya Andra saat mereka berpapasan didepan lift. Wajah Andra tampak terkejut mendapati Jeana duduk dikursi roda yang sedang didorong Ian. Sementara disampingnya ada Val yang tengah menarik koper kecil dan sebuah totebag berwarna hitam.
"Hari ini Jeana sudah diperbolehkan pulang. Semua administrasi udah gue urus. Ini rencananya mau langsung pulang kerumah-" Penjelasan Ian terpotong.
"Jangan!" Potong Andra.
Hening.
Val berdehem pelan. "Ke-napa?" tanya Val bingung, kepalanya celingukan memindai bergantian. Ia memecah keheningan yang sempat mengepung mereka usai Andra melarang Jeana.
"Jangan pulang dulu. Kamu harus disini dulu sampai benar-benar sehat."
"Kata Dokter Ginar Aku udah boleh pulang. Istirahat dirumah saja." Jeana mendongak menatap Andra yang berdiri tepat didepan kursi roda yang didudukinya.
Andra menekuk kakinya, berjongkok didepan kursi roda Jeana. "Kamu nggak boleh pulang dulu. Istirahatnya di sini aja, ada tim medis yang profesional yang akan merawat Kamu." Andra masih berkeras dengan laranganya.
Ian menghembuskan nafas kesal. "Apa Kita harus kembali mendaftarkan Jeana lagi? Setelah semua administrasinya gue urus satu jam yang lalu?" tanya Ian sarkas.
"Kenapa Abang nggak kabari dulu kalau mau urus administrasinya Jean ke Aku? Kenapa nggak ada bilang dulu kalau Jeana mau keluar hari ini?" Andra menatap Ian, Jeana dan Val bergantian.
Val berdeham pelan. "Secara tidak langsung kemarin Jeana ada bilang ke Gisel kalau hari ini Gisel bisa kesini untuk jemput Jeana-"
"Itu kalimat penghiburan untuk Gisel. Saya mau pemberitahuan yang pasti." potong Andra lagi.
"Kemarin kenapa nggak tanya juga?" bantah Val lagi. Nada suaranya mulai naik, Ia terlihat jengah dengan sikap Andra.
Jeana menyentuh lengan Ian pelan saat melihat Ia akan membantah Andra lagi. "Aku akan pulang ke rumah Bang Ian malam ini. Kalau nanti Kamu sudah memperbolehkan Aku pulang kerumah Kamu let me know." putus Jeana. "Ayo Bang. Malu disini jadi bahan tontonan orang-orang."
"Jean, bukan gitu. Aku mau kamu dirawat betul-betul disini. Ini juga untuk kebaikan Kamu dan anak Kita kan?" Andra mencegat kursi roda Jean.
"Aku.. udah baikan." Jeana menekan kata-katanya. "Dokter sudah memperbolehkan Aku pulang, jadi Aku pulang sesuai arahan Dokter Aku. Seperti kata Kamu, Dokter Ginar adalah dokter obgyn profesional. Jadi, kalau kamu tidak memperbolehkan Aku pulang kerumah Kamu." Jeana menekan jari telunjuknya pada dada Andra. "Aku bisa pulang kerumah bang Ian. Itu jauh lebih baik untuk Aku menjaga kewarasanku supaya nggak mudah stres. Minggir."
¤¤¤
"Gisel bawa jus nih. Mami mau nggak?" Jeana mendongak dari buku yang tengah dibacanya. Dia tersenyum melihat tingkah Gisel yang tampak lucu. Anak itu sebenarnya sangat perhatian, tapi masih saja mencoba menutupi ketulusanya dengan bersikap sok cuek yang berubah menggemaskan bagi Jeana.
"Wah asyik, Kak Gisel bawa jus jeruk nih Dek. Pasti seger deh setelah minum. Sini." goda Jeana.
Entah kenapa, wajah Gisel yang putih berubah merah saat Jeana tadi siang menggoda Gisel dengan memanggilnya dengan sebutan 'Kakak'. Anak itu dua kali lipat lebih salah tingkah usai mendengar sebutan Kak Gisel yang digunakan Jeana saat itu.
"Em.. Mami udah laper belum? Makan tuh jangan males-males, nggak makan juga bakal tetep gendut kan."
Nah, kalimat ini bisa diterjemahkan sebagai: Mami makan yuk? Biar nggak sakit lagi Mami dan Adik. Gisel will always Gisel, anak manis yang gengsian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Take You
General FictionTake and Give Seharusnya seperti itu juga cara kerja untuk semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Tapi Jeana merasa Dia too much to give, dan terdengar terlalu serakah karena Ia menginginkan lebih banyak hal untuk diterima dan dimiliki. Karena sedar...