DUA PULUH TUJUH

5.6K 403 15
                                    

Pukul 07.14 WIB

"Jeana belum bangun?" Ian mengancingkan lengan kemejanya.

Val menoleh dengan kerutan yang melintang didahinya. "Kok tumben ya belum bangun." Sebuah teko berisi kopi Val kembalikan diatas meja bar. "Aku cek ke kamar Jean dulu ya. Abang sarapan aja dulu kalo lagi buru-buru."

"Nggak buru-buru kok." Ian duduk di kursi tinggi untuk melanjutkan racikan kopi Val.

Selang beberapa menit, Ian terkejut mendengar teriakan Val yang bersahutan dengan suara sandalnya yang tengah berlari menuruni tangga.

"Bang Ian!"

"What?" seru Ian setengah terkejut.

"Kamar Jean kosong. Dia nggak ada dikamar." seru Val dengan suara keras. Nafasnya berkejaran karna berlari kencang dari lantai atas.

"Bathroom?"

"Kosong Bang. Aku udah cek semua sudut kamar Jean. Nihil." Val kemudian menoleh pada mangkuk besar yang terbuat dari kayu. Tempat dimana semua kunci kendaraan disimpan. Langkahnya melesat mendekatinya. Sepasang mata Val memindai seluruh kunci yang tersisa.

"Kunci mobil Abang nggak ada." Val menatap Ian penuh harap. Kali ini Bal benar-benar bersyukur dengan sifat posesif Ian yang meletakan alat pelacak disemua mobil miliknya sendiri atau pun Jean. Bahkan milik Val Ian juga memasangnya.

Laki-laki itu segera meraih tab yang ada didalam tas kerjanya. Jemarinya menari dengan lincah diatas layarnya. "Jean ada di sekolah Gisel." Ian menghembus nafas pelan. "Abang mau izin dulu, Kamu siap-siap setelah itu Abang minta tolong panasin mobil dulu ya. Kita ke sekolah Gisel sekarang."

¤¤¤

Val kembali menyibak rambutnya. Kali ini Ia menyatukan rambutnya, mencepolnya secara asal. Disisinya, Ian tampak serius mengotak-atik tab yang sejak tadi menjadi benda yang tak terpisahkan dengan tanganya. Pria itu tengah melacak kembali keberadaan Jeana.

Setelah berkendara dengan kecepatan tinggi, mereka hanya menemukan mobil Ian yang terparkir dihalaman sekolah Gisel. Ian dan Valerie sudah berkeliling dipenjuru sekolah untuk mencari keberadaan Jeana. Tapi nihil. Jeana tidak ada di sekolah Gisel.

"Gimana Bang?" Val menutup botol air mineralnya.

"Ponsel Jean nggak aktif. Abang nggak bisa lacak Dia." Ian mendongak menatap Val. Wajahnya masih menampakan raut panik.

"Tanya ke bagain keamanan aja? Minta lihat cctv mereka. Atau Abang mau retas aja?" Val mengendik ringan. Ia sengaja sedikit meledek Ian, upayanya untuk meredakan kepanikan yang melanda Ian.

Ian terkekeh pelan. "Kita minta lihat baik-baik dulu yuk. Kalau ribet dan kelamaan, atau nggak boleh baru Abang retas."

Sepertinya keberuntungan tengah memihak mereka. Saat Ian dan Valerie datang, mengutarakan alasanya serta meminta bantuan. Dari tim Keamanan langsung mempersilahkan mereka untuk melihat rekaman CCTV pagi ini.

Perburuan mereka akhirnya berbuah, mereka menemukan Jeana yang tengah menghampiri sebuah mobil sejuta umat berwarna hitam. Ian bergegas mencatat nomer plat mobilnya.

"Val, Kamu yang nyetir. Aku mau cek mobil yang dinaiki Jean tadi."

Jalanan tampak lenggang, namun Val tidak berani mengemudikan mobilnya secepat biasanya. Konsentrasinya tengah berceceran, Ia harus memastikan keselamatan dirinya dan Ian. Mereka harus menemukan Jeana.

"Bisa minta tolong lebih cepat ya Jen. Gue beneran butuh informasi secepat mungkin." Ian menutup sambungan setelah mengucapkan terimakasih.

"Telpon Jeno?" tanya Valerie. Jeno adalah anak dari teman Daddy Valerie.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang