TIGA PULUH

6.3K 436 16
                                    

"Hai." Sapa Andra dengan suara tertahan, raut wajah tampak terkejut.

Ia mengira akan mendapati Jeana yang sudah terlelap karna saat ini waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Tadi setelah selesai membantu membereskan bekas makan malam di belakang rumah, Ia sengaja duduk di gazebo belakang sendirian. Membiarkan Jeana agar terlelap lebih dulu sebelum Ia menyusul untuk bergabung denganya.

"Belum tidur?" tanya Andra setelah mendudukan tubuhnya disisi ranjang sebelah kanan. Sisi yang biasa Ia tempati saat tidur bersama Jeana.

Kedua lengan Jeana mengeratkan pelukan pada bantal guling. "Belum ngantuk." jawabnya dengan suara pelan. Tatapannya jatuh pada tali guling yang sejak tadi Ia mainkan.

"Mau Aku buatin teh madu?" tawar Andra. Eyang hanya punya satu jenis teh yang sejak dulu dikonsumsi oleh keluarganya. Jadi Andra yakin Eyang tidak punya the chamomile yang biasa Jeana minum saat kesulitan tidur. Ia juga lupa membawakan susu hamil milik Jeana. "Atau mau susu? Aku beliin ke minimarket didepan." tawar Andra dengan antusias.

Jeana hanya menggeleng sebagai tanda penolakanya. Antusiasme Andra seketika merosot sampai titik nol. Wajahnya perlahan mengetat dengan nafas yang juga tercekat. Dititik ini Andra semakin merasa takut Jeana sudah tidak membutuhkan dirinya lagi.

"Tadi.. " Andra mendongak dengan cepat saat mendengar suara Jeana. "Ajeng cerita didepan pertigaan sana banyak yang jual makanan." Kali ini Jeana menggeser posisi duduknya. Bersila dengan posisi menyerong menghadap Andra. "Ada sate kere yang enak banget kata Ajeng. Aku penasaran sate kere itu apa."

Andra menelan ludah gugup. "Kamu mau.. cobain? Aku beliin ya?" tawar Andra. Rasa antusias itu perlahan kembali memeluknya.

"Sebenarnya.. Aku pengen keluar, lihat-lihat disekitaran sini juga." Jeana menyampirkan rambut dengan gugup.

Now or Never Jean! Batin Jeana.

Andra tersenyum lembut sebelum bangkit dan meraih sebuah jaket bomber warna hitam yang tergantung di kapstok. "Pakai jaket Aku aja ya? Di luar dingin."

¤¤¤

"Nambah lagi?" tanya Andra saat melihat Jeana begitu lahap menikmati sate kere piring keduanya.

Sate kere dibuat dengan bahan tempe gembus. Tempe gembus sendiri adalah olahan ampas kedelai, sisa produksi tahu. Jeana langsung jatuh cinta dengan cita rasa sate kere dan kembali memesan piring kedua padahal baru mencoba satu tusuk dipiring pertamanya.

Kepalanya menggeleng untuk menolaknya karena mulutnya masih penuh. "Aku kenyang." ucap Jeana setelah menelan sate tusuk terakhir. Tanganya meraih botol air mineral yang Andra ulurkan.

Tadi sepanjang jalan, tidak ada percakapan yang terlontar diantara keduanya. Mereka sama-sama bungkam dan memilih untuk menikmati suara jangkrik yang bersahutan.

"Monggo cah bagus wedang rondenya." Andra mengucap terimakasih kepada wanita paruh baya yang mengantarkan wedang ronde pesananya.

"Kamu mau?" tawar Andra saat Jeana menatap mangkuk wedangnya.

Tidak ada jawaban. Andra berinisiatif menyuapi Jeana. Beruntung Jeana membuka mulutnya saat Ia mengulurkan sendok mendekati mulutnya.

"Aku.. minta maaf." ujar Andra setelah menyuapi Jeana. Ia menggeser mangkuknya saat tatapan Jeana masih tertuju pada wedang rondenya. "Maaf karena telah menyembunyikan semuanya dari Kamu." kepala Andra menunduk lesu. Tanganya saling bertaut gugup.

"Explain please."

Andra menatap Jeana dengan raut wajah yang keruh. "Dua bulan yang lalu, Hana kembali menghubungi Aku." ucap Andra memulai ceritanya. "Dia bilang ingin ketemu Gisel, kangen katanya." ada gurat kecewa pada wajah Andra.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang