Celotehan Gisel membebaskan keheningan antara Andra dan Jeana juga Eyang Sukma. Wanita sepuh berusia 89 tahun itu tampak senang dengan segala cerita Gisel. Usia senjanya tak menghambat kelincahan Eyang saat mengurus Gisel yang minta ini itu pada wanita sepuh itu.
"Nanti Eyang nginep dirumah Gisel kan? Kita bisa masak bareng.." Gisel melirik sebentar kearah jeana. "...sama tante Jeana juga." Andra terkekeh saat Gisel menyertakan nama Jeana dengan nada malas yang dibuat-buat.
"Boleh. Nanti Kita bikin nasi liwet sama pepes. Gisel suka kan pepes ikan?"
"Suka, suka banget. Tapi jangan pedes ya Yang."
Tanpa sadar Jeana mengusap perutnya saat Eyang Sukma menyebutkan menu yang akan mereka masak. Ia tiba-tiba merasa lapar padahal di bandara tadi Jeana menghabiskan empat buah donat dan satu gelas besar milkshake oreo.
"Emm.. Jeana pengen belajar masak *botok. Eyang bisa ajarin Jean masaknya?" Tanya Jeana menghadap kebelakang. Dimana Eyang sukma dan Gisel duduk.
"Wah kalau botok iku kesukaan Andra, nanti Eyang ajari cara gawe botok. Andra seneng kalau dicampur udang." Eyang tampak senang saat mengatakanya.
"Makasih Eyang."
"Sama-sama cah ayu. Pinter Kamu Le kalau cari istri. Mau belajar masak kesukaan suami." puji Eyang Sukma.
Gisel merapatkan duduknya pada Eyang. Menutup bibirnya dengan satu tangan. "Tapi Eyang.. " bisik Gisel yang masih sampai terdengar oleh Andra dan Jeana. "...tante Jeana itu.. galak."
"Masa, Sel?"
"Iya Eyang. Masa kemarin Gisel dikatain jorok, pemalas, dan manja sama tante Jean. Tante juga ngledek Gisel yang taunya cuma makan dan nggak bisa masak." adu Gisel dengan menggebu-gebu. Dia sudah tak berbisik lagi.
Eyang melirik kursi depan. Andra yang menahan tawa dan Jeana yang menepuk dahinya pelan. Ada tarikan halus disudut bibirnya.
"Memangnya Gisel ndak merasa gitu to, nduk?" tanya Eyang pelan. Tangan yang mulai dipenuhi keriput itu mengusap wajah Gisel halus.
"Eng-nggak dong. Gisel kan wangi, ra-jin juga." Gisel melirik sebentar pada Jeana yang meringis sambil menatap Eyang dengan gugup. "Gisel juga masih kecil, mana bisa masak. Mami juga nggak pernah masak, Gisel jadi nggak tau lah cara masak." aduan Gisel mengundang keheningan didalam mobil Lexus hitam milik Andra.
"Mulai minggu depan Gisel bisa belajar ya sama tante Jeana." Andra memecah keheningan karena Gisel membawa kata 'mami' di tengah percakapan.
"Iya benar kata Papi. Gisel juga harus mulai belajar panggil tante Jeana dengan sebutan Mami Jeana." timpal Eyang.
"Kenapa harus panggil Mami Jeana? Bukanya Mami Gisel itu Mami Hana, Eyang?" tanya Gisel polos.
Gisel sayang please. Batin Andra.
"Karena tante Jeana akan menikah sama Papi, jadi tante Jeana akan jadi Mami Gisel juga."
¤¤¤
Bayangan wanita tua dengan kebaya dengan rambut yang disasak tinggi penuh uban, pemikiran kolot serta keras kepala menguap saat Jeana melihat sosok Eyang Sukma keluar dari terminal kedatangan. Ditambah dengan sikap supel dan aneka topik yang diceritakan mewarnai acara masak siang ini.
Kedua mata coklat terang Jeana memandang lapar saat penutup panci tempat mengukus botok menguarkan aroma rempah yang khas. Senyum lebarnya terbit saat Eyang mengatakan sudah matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Take You
General FictionTake and Give Seharusnya seperti itu juga cara kerja untuk semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Tapi Jeana merasa Dia too much to give, dan terdengar terlalu serakah karena Ia menginginkan lebih banyak hal untuk diterima dan dimiliki. Karena sedar...