DUA

8.7K 524 11
                                    

"Ini.. kenapa rambut Gisel berantakan banget?" tanya Hesti-Ibu Andra.

Ani melirik Gisel yang dengan santainya menyuap sereal kesukaanya. "Non Gisel tidak mau lepas kepangnya, Bu. Jadi sejak kemarin sore kepangnya tidak di lepas." lapor Ani dengan suara berbisik.

"Kenapa nggak mau lepas kepang sayang?" tanya Hesti langsung pada Gisel. Ia tahu watak cucunya yang kelewat manja ini jelas membuat kuwalahan Ani. Sudah syukur mbak Ani mau bertahan satu tahun ini.

"Nanti kalo Gisel lepas, nggak ada yang kepang lagi dong Oma. Gisel kan pengen kesekolah dengan kepang rambut kaya Elsa."

Hesti menghela nafas pelan. Kepalanya berdenyut dengan tingkah laku cucu perempuanya. "Itu siapa yang kepang?" tanya Hesti.

"Di salon sama Papi kemarin sore." jawabnya setelah menelan serela dalam mulutnya.

"Kamu nggak cantik ah, rambut Gisel malah kelihatan kaya sarang burung. Bukan mirip Elsa, yang ada Gisel mirip barong sai." Gisel menghentikan kunyahanya. Memandang Omanya sebentar sebelum tangisnya terbit.

Andra berjalan dengan cepat saat mendengar tangis putri kecilnya. Ia menemukan Ibunya ada di samping Gisel dan mencoba menenangkanya.

"Papi.. "rajuk Gisel saat melihat sosok Andra ada di sampingnya. Tanganya terulur meninta gendong.

"Ada apa lagi, sayang?" tanya Andra menenangkan tangis Gisel.

"Oma jahat." jeritnya.

Andra menatap Ibunya yang sedang memijit pelipisnya. "Mama cuma bilang rambut Gisel kaya sarang burung-"

"Ma, biarin aja." potong Andra.

Hesti menggeleng. "Ndra, lihat dong. Rambut Gisel itu berantakan dan bau. Kamu ini, Mama kan sudah bilang jangan terlalu memanjakan Gisel. Gini nih jadinya."

"Dari pada rewel gini." Hesti mengerang kesal mendengar kalimat enteng Andra.

Hesti bangkit dan merebut Gisel dari gendongan Andra. Ia mengabaikan jeritan Gisel yang memanggil Andra. Membopong Gisel masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah dua puluh menit, Gisel turung dengan rambut yang sedikit basah di ujungnya namun rapi dengan pita diatas telinga kananya. Wajahnya terlipat, suram. Ia meraih tas ranselnya dan pergi meninggalkan meja makan.

Sepertinya Gisel memiliki hobi baru. Meninggalkan meja makan dengan wajah cemberut. Semoga saja wajahnya tidak segera tumbuh keriput.

¤¤¤

"Udah lah Ndra. Kawin aja lagi, ribet amat." seru Tomi. Andra melempar serbet yang ada di pangkuanya. Kesal dengan saran Tomi.

Wajahnya sangat kusut sejak pagi tadi. Belum lagi Ia beberapa kali melamun di tengah meeting. Tomi yang melihat keadaan sohib karibnya merasa miris. Di usia 36 tahunya, Andra adalah laki-laki tampan, mapan dengan karir cemerlang dan dompet tebal. Namun sayang harus menjadi duda akibat ditinggal selingkuh oleh istrinya.

"Lo pikir gampang apa cari cewek yang mau sama gue sepaket dengan Gisel, main kawin-kawin aja." Andra mendorong piringnya. Rasa laparnya menguap berganti sebal.

Tomi memajukan tubuhnya. Mengetuk meja dengan kepalan tangan pelan. "Kawin emang gampang, Ndra. Ada cewek mau di ajak buka celana, beres."

"Sial." maki Andra. "Nikah Tom. Gue butuh sosok istri dan Ibu buat Gisel."

Tomi terbahak mendapat makian Andra. Wajah frustrasi dan stres milik Andra benar-benar memicu tawanya. "Lagian, sok-sokan pake nikah muda sih lo." ledeknya.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang