DELAPAN

6.3K 489 12
                                    

Tangan Jeana gemetar saat mengangkat sebuah stik dari beberapa stik dengan bentuk dan merk berbeda yang Ia celupkan pada wadah kecil sejak lima menit yang lalu. Wajahnya semakin pucat saat mendapati dua garis menghiasi stik itu. Tidak hanya tanganya, tapi tubuhnya juga ikut gemetar saat ini.

"Oh God." desah Jeana pelan. Sepasang matanya dengan cepat memindai stik yang lain. Sama.

Ia melangkah lemas menuju walk in closet. Tanganya meraih sebuah cluth hitam keluaran Dior yang Jeana gunakan untuk pesta ulang tahun Florida Group. Jemarinya menggapit sebuah kertas bertuliskan nama Andra lengkap dengan jabatan dan tempat kerjanya. Jeana hanya fokus pada deretan nomor yang tercantum disana. Dia lupa belum menyimpan nomor Andra setelah kejadian itu.

"Halo." sapa suara serak khas orang bangun tidur menyapa panggilan telepon dari Jeana.

Menarik nafas dalam untuk menenangkan debaran dadanya Jeana membalas sapaan Andra. "Halo, Andra. Ini Jeana." sapa Jeana pelan.

Ada jeda sedikit panjang yang disusul dengan suara gemrisik dari kain yang bergesekan. Sebelum suara deheman berat kembali Jeana dengar. "Iya Jean, gimana?" tanya Andra dengan suara beratnya. Sepertinya Andra tersentak dan langsung tersadar dari kantuknya.

"Bisa ketemu pagi ini? Sebelum Kamu kerja... ehm.. kalau bisa." tanya Jeana ragu-ragu.

"Bisa, tentu saja bisa. Dimana? Mau Saya jemput Kamu sekalian antar Gisel sekolah? Arahnya sama dengan rumah Kamu." jawab Andra cepat.

"Boleh."

"Okay, see you then."

Jeana menatap ponselnya. Ia sedikit ragu ingin mengatakan kesediaanya untuk menikah dengan Andra setelah dua hari yang lalu Ia meninggalkan Andra yang sedang melamarnya.

"I hate you." bisik Jeana saat menatap cermin. Menatap bayanganya sendiri. Dia membenci sikapnya yang tidak konsisten ini.

"Sorry, I've to go." tanpa menjawab ajakan Andra, Jeana meraih tas miliknya dan beranjak keluar dari restoran.

Ia menulikan telinga saat mendengar Andra memanggilnya. Ia yakin Andra juga berusaha mengejarnya, namun sayang Jeana sudah lebih dulu masuk kedalam taksi yang kebetulan menurunkan penumpang di depan Joyganic.

"Dan sekarang Kamu akan mengemis minta di nikahi sama Andra, Jean." Jeana tersenyum miris menatap pantulan wajahnya yang pucat di kaca lemari. "What a crazy life."

¤¤¤

Andra berlari menuju kamar mandi. Yang Ia pikirkan saat ini adalah untuk mandi secepat mungkin. Bergegas memakai pakaian secara asal yang Ia ambil dari lemari. Tanpa memakai dasi dan jasnya, Andra berjalan keluar. Memanggil Ani untuk segera menyiapkan bekal untuk Gisel.

"Tapi Gisel pengen sarapan sereal, Pi." protes Gisel saat Andra mengajaknya untuk berangkat sekarang.

"Serealnya besok aja ya sayang. Papi sedikit buru-buru pagi ini." tak menerima protesan Gisel, Andra menggendong Gisel yang masih memasang wajah cemberut karena paksaan Ayahnya.

Setelah berkendara dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari biasanya, Andra berhasil mencapai gerbang berwarna hitam di rumah Jeana. Dia melihat Jeana sudah duduk di kursi teras dengan sebuah dress yang mengembang di bagian pinggang ke bawah berwarna broken white. Kakinya dibalut sebuah flatshoes berwarna beig.

"Gara-gara tante minta jemput, Gisel jadi nggak sempat sarapan tauk." protes Gisel saat Jeana masuk ke mobil.

Kepala Jeana menoleh pada Gisel yang menyilangkan kedua lenganya di kursi belakang. Jeana tampak kasihan melihat rambut Gisel yang belum di sisir. "Ini sebagai ganti permintaan maaf tante." ucap Jeana setelah selesai memindai Gisel.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang